Pesantren Asyrofuddin Sumedang

 
Fasilitas di Lembaga ini :
Nama FasilitasJumlah Nama FasilitasJumlah
MI/SD0 MTS/SMP1
MA/SMA2 Maly/Univ.1
Tahfidz1 Laboratorium1
Poli Kesehatan1 Koperasi1
Pesantren Asyrofuddin Sumedang

Profil

Pesantren Asyrofuddin yang terletak di Desa Cipicung, Kecamatan Conggeang. Pesantren ini didirikan tahun 1846 oleh Hadratusyekh K. R. Asyrofuddin yang masih keturunan Pangeran Syamsuddin I dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Pesantren ini didirikan bukan sebagai bagian dari proses penyebaran agama Islam, melainkan sebagai reaksi terhadap politik kolonial Belanda di Cirebon sekitar abad ke-18. Dikisahkan dalam sebuah sumber, ketika Sultan Sepuh usianya telah uzur, ia memanggil Asyrofuddin untuk diserahi jabatan sebagai sultan menggantikan dirinya.

Dalam pertemuan itu, Asyrofuddin bersedia memangku jabatan sebagai sultan dengan syarat orang Belanda tidak boleh mencampuri urusan pemerintahan di daerah Cirebon. Syarat yang diajukan oleh Asyrofuddin itu tidak bisa dipenuhi ayahnya karena terikat kontrak politik warisan sultan sebelumnya. Pertentangan itu mendorong terjadinya konflik antara ayah dan anaknya karena masing-masing pihak mempertahankan keinginannya. Konflik itu berakhir dengan diusirnya Asyrofuddin dari Cirebon dan ia meninggalkan kampung halamannya menuju Kampung Cikuleu di Ujung Jaya yaitu perbatasan antara Sumedang dan Majalengka.

Di Cikuleu, Asyrofuddin menyelenggarakan pengajian bagi penduduk setempat. Pengajian tersebut ternyata mendapat respons positif sehingga selalu banyak yang menghadiri. Dari waktu ke waktu, pengajian itu tidak hanya dihadiri oleh penduduk setempat, melainkan juga dihadiri oleh penduduk yang berasal dari luar kampung Cikuleu. Oleh karena itu, di sekitar masjid tempat Asyrofuddin menyelenggarakan pengajian, didirikanlah semacam pondok sebagai tempat tinggal mereka. Pengajian yang diselenggarakan oleh Asyrofuddin berbeda dengan pengajian pada umumnya karena yang diberikan bukan hanya masalah keagamaan, tetapi juga masalah politik dalam rangka menghadapi Belanda.

 Dalam perkembangan selanjutnya, pengajian yang diselenggarakan oleh Asyrofuddin itu berubah menjadi sebuah pesantren. Keberadaan Pesantren Cikuleu akhirnya diketahui oleh Pangeran Aria Suria Kusuma Adinata atau Pangeran Sugih, Bupati Sumedang (1836-1882), tatkala sedang berkeliling di daerah tersebut. Setelah mengetahui keberadaan Pesantren Cikuleu, Pangeran Sugih mendekati Kyai Asyrofuddin bahkan memasukkan Aom Sadeli (putranya, kelak dikenal dengan nama Pangeran Mekah) ke pesantren tersebut. Tidak lama kemudian, Pangeran Sugih meminta Kyai Asyrofuddin untuk memindahkan pesantrennya ke daerah Cipicung yang terletak di daerah Conggeang.

Kyai Asyrofuddin memenuhi permintaan tersebut dan pada 1846 secara resmi berdirilah sebuah pesantren di Cipicung dibawah pimpinan Kyai Asyrofuddin di atas tanah wakaf pemberian Pangeran Sugih seluas 3,5 hektare. Sementara itu, Pesantren Cikuleu diserahkan kepada putranya yang bernama KRH. Abdul Hamid. Akan tetapi, Pesantren Cikuleu ini tidak berkembang sepeninggalnya Kyai Abdul Hamid. Anaknya yang masih kecil dibawa oleh Kyai Asyrofuddin ke Pesantren Ardli Sela untuk dididik keagamaan. Meskipun tidak berkembang, di daerah bekas berdirinya kompleks Pesantren Cikuleu, masyarakat menamainya Jalan Pesantrean atau Blok Pesantren.

Di Cipicung, Kyai Asyrofuddin berusaha membangun pesantrennya itu sehingga santri yang belajar kepada dirinya semakin banyak. Sikapnya kepada Belanda pun tidak berubah, seperti ia menanam karet di sekitar pesantren padahal pada waktu itu Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat untuk menanam karet. Pada 1874, Kyai Asyrofuddin meninggal dunia dan kedudukannya digantikan oleh cucunya, K. R. Mas’un (putera KH. Abdul Hamid). Di bawah kepemimpinannya, Pesantren Cipicung semakin berkembang.

Ketika bangsa Indonesia memasuki masa Perang Kemerdekaan, Pesantren Cipicung dijadikan tempat berkumpulnya para pejuang dan tempat pengungsian rakyat. Sepeninggal KR. Mas’un tahun 1947, Pesantren Cipicung berada di bawah kepemimpinan KR. Ukun Muhammad Sholeh. Sementara itu, penggunaan nama Asyrofuddin sebagai nama pesantren dimulai pada 1965 ketika pesantren berada di bawah kepemimpinan Kyai Bukhorie Ukasyah Mubarok. Sampai sekarang, Pesantren Asyrofuddin tetap eksis sebagai lembaga pendidikan di Kabupaten Sumedang. Sejarah
Pesantren Pondok Pesantren Asyrofuddin bedasarkan data-data yang ada berdasarkan Badan kerjasama dengan Pondok Pesantren Indonesia atau BKSPPI, merupakan salah satu pondok pesatren tertua dan terbesar di wilayah Sumedang. Pondok pesantren Asyroffudin merupakan pondok tertua di kabupaten Sumedang. Pondok pesantren Asyrofuddin adalah salah satu pondok yang terdapat pendidikan formal di kecamatan Conggeang, tingkatan sekolah Tsanawiyyah dan Aliyyah juga terdapat perguruan tingi dari cabang Universitas Sebelas April (UNSAP).

Pondok pesantren Asyrofuddin di dirikan pada tahun 1846 M, pertama kali oleh salah satu keturunan kesultanan kesepuhan Cirebon yaitu Pangeran Cas Sumarja putra dari sultan Samsudin Jaenuddin pertama atau KH.R. Asyrofuddin, beliau wafat pada tahun 1876, kemudian setelah beliau wafat kepemimpinan pondok di ambil alih oleh anaknya yang bernama Pangeran Muna atau KH.R.Abdul Hamid dan kemudian di teruskan oleh KH.R.Mas’un kemudian kepemimpinan di teruskan oleh KH.R.Mama Ukun Ukasyah Mas’un kemudian kepemimpinan di lanjutkan oleh Keturunan kelima dari pendiri pertama KH.R.Endang Buchori beliau wafat pada tahun 2008 dan saat ini pondok pesantren Asyroffudin di pimpin oleh anak keturunan ke enam yaitu K.H.R.Ahmad Sadad Mubarok,S.H.I.

Sampai dengan sekarang sudah kepada 7 turunan kesultanan Cirebon. Pondok Pesantren Asyrofuddin Cipicung Conggeang Sumedang, didirikan pada tahun 1846 M oleh Hadrotussyekh KR. Asyrofuddin, keturunan dari Pangeran Syamsuddin I dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Sebelum mendirikan pesantren Asyrofuddin di Cipicung, K.R.Asyrofuddin lebih dahulu mendirikan Pesantren di Kampung Cikuleu Ujungjaya, yaitu pada tahun 1802 M.

Atas permintaan Kanjeng Pangeran Sumedang yang memerintah pada saat itu, yaitu Kanjeng Pangeran Soerja Koesumamah Adinata (1836 s/d 1882).K.R. Asyrofuddin diminta pindah ke kampung Cipicung Conggeang Sumedang yaitu pada tahun 1846 M hal ini adalah untuk memperluas perkembangan Agama Islam di Sumedang.

Sedangkan kampung Cipicung dikala itu bernama (dikenal) dengan sebutan Ardli Sela Singa Naga : Ardli artinya Daerah, Sela artinya batu, Singa artinya macan, Naga artinya ular. Artinya Daerah Cipicung itu dahulunya merupakan daerah yang penuh dengan batu, dihuni oleh macan dan ular.Hal ini masih tercermin pada keadaan daerah Cipicung saat ini.Sepindahnya K.R. Asyrofuddin dari Pesantren Cikuleu lalu diserahkan kepada purtanya K.R.H. Abdul Hamid. K.R.H Abdul Hamid beliau wafat mendahului ayahnya, yaitu pada tahun 1823 M, sehingga pesantren Cikuleu tersebut terlantar, dan saat ini hanyalah tinggal nama yakni dengan sebutan Blok Pesantren.

Selain mengajarkan dan menimba ilmu Agama K.R. Asyrofuddin juga mengajarkan Ilmu politik dan ilmu bela diri, untuk dijadikan kader-kader pejuang melawan penjajahan Belanda, sehingga para santrinya banyak berdatangan dari daerah luar . Pada tahun 1874 M, K.R.Asyrofuddin wafat, dan Pesantren dilanjutkan oleh cucu putra dari K.R. H. Abdul Hamid, yaitu K.R. Mas’un.

Pada kepemimpinan K.R. Mas’un sistem pendidikan masih sama dengan yang diterapkan oleh kakeknya, bahkan Pesantren dikala itu dijadikan pula tempat berkumpulnya para pejuang kemerdekaan untuk mengatur siasah, juga dipakai tempat pengungsian masyarakat. Pada 1947 M, KH. Mas’un wafat, sedangkan Pesantren dilanjutkan oleh putranya yaitu K.R. Ukun Muhammad Sholeh (wafat pada tahun1970) dan K.R. Ukasyah Mas’un (wafat pada tahun 1985).

Karena sesepuh Pesantren telah Udzur, maka sejak tahun 1965 kepemimpinan pesantren diserahkan kepada K.R.H.E.Bukhorie Ukasyah Mubarok (Putra dari K.R.H.Ukasyah Mas’un) dan sejak itu pula pesantren diberi nama Pondok Pesantren ASYROFUDDIN sebagai tafa’ulan
kepada hadrotusyekh pendiri Pesantren.

Dimulai dari kepemimpinan K.R.H.E.Bukhorie Ukasyah Mubarok yang merupakan alumni Pondok Pesantren Ciwaringin Cirebon dan Pesantren Tebu Ireng Jombang, Pondok Pesantren perlahan mengalami perubahan sistem, namun walaupun demikian pengajian kitab tetap merupakan prioritas utama, Hal ini merupakan kebijaksanaan bersama dan harapan mampu mengikuti perkembangan jaman, dan
ternyata system ini disambut baik oleh masyarakat, sehingga saat ini merupakan titik awal dari pesatnya perkembangan pesantren.

Dengan diterapkannya system Madrasah/sekolah diharapkan adanya perluasan wawasan pengetahuan para santri. Pada tahun 1970 berdirilah Madrasah Tsanawiyah sebagai penunjang pembangunan pada tahun 1979 dibentuk pula Yayasan Ardli Sela, dengan Akta Notaris SUHARMANI dari Cirebon. Disamping adanya sistem persekolahan juga dalam membentuk para santri yang taqwa, berakhlak mulia dan bisa hidup mandiri tidak menjadi beban masyarakat.sebagai sunbjek dan objek pembangunan, maka pada tahun 1984 diadakan pendidikan keterampilan Pondok Pesantren seperti pertanian, perikanan. peternakan, percetakan sablon dan perkoperasian (1985 telah berbadan hukum).

Pada tahun 1986 Pondok Pesantren Asyrofuddin mendapat kepercayaan untuk dijadikan Pusat Inpormasi Pesantren (PIP) se-Kabupaten Sumedang, dan bersamaan dengan itu lahirlah perpustakaan Pondok Pesantren untuk merangsang minat baca santri. Disamping itu pula pada setiap liburan panjang, pondok pesantren Asyrofuddin selalu mengadakan kegiatan pesantren kilat yang pesertanya tidak hanya dari Kabupaten Sumedang tetapi juga banyak berdatangan dari luar Kabupaten Sumedang.

 Pesantren kerapkali dijadikan sebagai tempat penelitian bahan skripsi/ Tesis Mahasiswa, tempat study banding yang tidak hanya dari daerah Jawa Barat saja, melainkan dari Luar Pulau Jawa seperti halnya dari DPRD Sungai Ulu Selatan Kalimantan Selatan tahun 1991, bahkan pernah dijadikan tempat penataran perikanan pada tahun 1985 dan 1991, Training Centre guru–guru Agama di bidang ilmu pasti se-Kabupaten Sumedang 1973 dan 1975.

Pada saat ini santrinya menjapai jumlah 659 siswa terdiri dari 55 % santri putri dan 45 % santri putra yang berasal dari Pulau Jawa dan Sumatra serta Madura Sedangkan tingkat Pendidikan yang ada pada saat ini adalah madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,TKA, SMK. Dan STAI, dan Tahasus Pengajian kitab kuning serta cabang-cabang pendidikan yang lainnya.
Pendiri
Hadratussyekh K. R. Asyrofuddin

Pengasuh
1. Hadratusyekh K. R. Asyrofuddin
2. KH.R. Abdul Hamid
3. KH.R. Mas’un
4. KH. Ukun Soleh
5. KH. Ukasa Mas'un
6. KH. Endang Bukhari (Alm)
7. KH. Anwar Sanusi
8. KH. Sadad Mubarak
9. KH. Sadad Mubarak

Pendidikan

Pendidikan Formal: 
1. Raudlatul Athfal Asyrofuddin
2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Asyrofuddin
3. Madrasah Aliyah (MA) Asyrofuddin
4. SMK Ardli Sela (jurusan: Teknik Informatika)
5. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Asyrofuddin
Pendidikan Nonformal: 
1. Madrasah Diniyah
2. Tahfidz Alqur'an
3. Majelis Taklim
4. Pesantren

Ekstrakurikuler

Pesantren Asyrofuddin memiliki ekstrakurikuler sebagai berikut:
1. Pengajian Kitab Kuning
2. Jamiyyah Taqorruban Halaqoh
3. Hadromiyah Jamiyyah
4. Qosidah
5. Burdah
6. Jamiyyah
7. Khitobah
8. Qiroatul Quran
9. Kesenian Burdah
10. Pengembangan Bahasa Asing
11. Keterampilan Agribisnis
12. Perikanan
13. Keterampilan Pertanian Terpadu
14. Keterampilan Pembangunan Rumah
15. Olahraga
16. Seni Beladiri
17. Jurnalistik 


Kajian kitab di pesantren Asyrofuddin

Hadrah di pesantren Asyrofuddin

Fasilitas

Pesantren Asyrofuddin memiliki fasilitas sebagai berikut:
1. Ruang Belajar
2. Gedung asrama santri
3. Masjid
4. Koperasi pesantren
5. Laboratorium komputer
6. Perpustakaan
7. Lapangan Olahraga
8. Kantin/Kios
9. Kolam/Sumber mata air bersih

Gedung pesantren di pesantren Asyrofuddin

Gedung pesantren di pesantren Asyrofuddin

Alamat

Komplek Pontren Asyrofuddin, Dusun Cipicung, RT/RW.12/03, Desa Conggeang Wetan, Kec. Conggeang, Kab. Sumedang, Jawa Barat
Kode Pos: 45391
Telepon: 0877-3812-0201, 08522-2197-7069, 0816-1844-872, 0816-4210-377

 

 

Relasi Pesantren Lainnya

  • Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.