Muhasabah 8 Rabiul Awal 1440

 
Muhasabah 8 Rabiul Awal 1440

Oleh Dr. Sri Suyanta (Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)

LADUNI. Mensyukuri Kitab Suci
Saudaraku, pilar iman setelah mengimani adanya Allah (yang sudah kita syukuri asmaul husnaNya), mengimani adanya malaikatNya (yang sudah kita syukuri perutusannya), adalah mengimani bahwa Allah telah menurunkan kitab suci. Inilah rukun iman ketiga.

Dalam diskursus keagamasn, di samping Tuhan (baca Allah), ajaran atau doktrin, pembawa atau nabi, unsur penting dalam agama adalah adanya kitab suci. Dalam agama samawi, agama yang diturunkan oleh Allah kita mengenal empat kitab suci, yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur'an. Bahkan dalam tuntunan Islam, kita wajib mengimani adanya kitab-kita suci ini, di samping sebelumnya telah diturunkan shuhuf atau shahifah, sebagai lembaran-lembaran suci yang memuat ajaran dari Allah yang disampaikan ke beberapa nabi utusanNya, seperti ke Nabi Ibrahim.

Adapun tentang empat kitab suci tersebut, telah diturunkan oleh Allah sesuai peruntukannya. Kitab suci Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, dalam bahasa Iberani. Di dalamnya berisi syariat yang sesuai dengan tempat dan kondisi umat Nabi Musa as.Kitab Suci Taurat antara lain menjelaskan tentang akidah yang benar, janji-janji Allah, dan ancaman-ancaman-Nya serta menceritakan tentang akan datangnya Nabi Muhammad saw, sebagai kunci para Nabi dan Rasul untuk menggantikan ajaran-ajaran sebelumnya. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as secara sekaligus.

Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Maidah 44)

Kitab Suci Zabur diturunkan kepada Nabi Daud dalam bahasa Qibti dan berisi doa, zikir, pengajaran, puji-pujian, dan hikmah. Kitab Zabur tidak memuat hukum agama dan syariat, karena Nabi Daud mengikuti dan melaksanakan Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.

Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Qs. Al-Nisa' 163)

Kitab Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa as dalam bahasa Suryani dan Qibti bertujuan menerangkan beberapa hukum dan mengajarkan manusia kembali kepada akidah tauhid. Nabi Isa as bertugas memperbaiki agama umat Bani Israil yang telah kacau dan menyeleweng. Injil menerangkan tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.

Allah berfirman yang artinya Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.(Qs. Al-Maidah 46)

Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa Arab, yang isinya menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya. Bila kitab-kitab suci sebelumnya, hanya ditujukan kepada suatu golongan atau umat dan masa tertentu saja, maka Al-Qur’an ditujukan untuk seluruh umat manusia, di manapun, dalam kondisi apapun dan berlaku sepanjang zaman apapun juga.

Allah berfirman yang artinya, Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)... (Qs. Al-Baqarah 185)

Oleh karena itu sudah selayaknya kita mensyukuri diturukanNya kitab suci sebagai pedoman hidup bagi manusia. Mensyukuri kitab suci dapat dilakukan dengan hati, lisan dan perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri ditutunkanNya kitab suci di hati dengan meyakini bahwa kitab suci menjadi pedoman bagi manusia sesuai dengan masanya. Masa berlakunya pedoman kitab suci Taurat, Zabur, dan Injil sudah dikhususkan bagi umat sesuai zamannya masing-masing. Sekarang dan masa datang merupakan masa berlakunya pedoman kitab suci Al-Qur'an.

Kedua, mensyukuri diturunkannya kitab suci di lisan dengan memperbanyak mengucapkan alhamdulillahirabbil alamin. Kita bersyukur kepada Allah yanh Allah telah menurunkan pedoman hidup pada setiap kerasulan dan menyempurnakanNya dengan diturunkanNya al-Qur'an.

Ketiga, mensyukuri diturunkannya kitab suci dengan langkah konkret, yaitu mempedomani kitab suci al-Qur'an. Karena dalam iman Islam, Al-Qur'an merupakan kitab suci penyempurna terhadap kitab-kitab suci sebelumnya, maka dengan mempedomaninya kita sudah mengimani kitab suci sebelumnya. Di antara langkah konkret mempedomani Al-Qur'an dilakukan dengan mengembalikan segala sesuatu dan urusan hidup dan kehidupan ini kepada Al-Qur'an.