Biografi Prof. KH. Anwar Musaddad, Pendiri Pondok Pesantren Musaddadiyah Garut, Jawa Barat

 
Biografi Prof. KH. Anwar Musaddad, Pendiri Pondok Pesantren Musaddadiyah Garut, Jawa Barat
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Masa Penjajahan
3.2  Terjun ke Politik
3.3  Mendirikan Pesantren

4.    Karir Beliau 
5.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Prof. KH. Anwar Musaddad lahir pada 3 April 1910 di Garut dengan nama Dede Masdiad. Beliau merupakan putra dari H. Abdul Awwal bin Haji Abdul Kadir yang jika ditilik secara garis nasab beliau merupakan keturunan Syekh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Djati. Ibunya adalah Hj. Siti Marfuah seorang wiraswasta pengusaha batik “Garutan” dan dodol Garut “Kuraesin”.

Dede Masdiad dibesarkan oleh seorang ibu yang lembut dan taat beragama, yang selalu menjadikan Shalat Istikharah sebagai konsultasi kepada Allah dalam menghadapi persoalan. Setelah ditinggal ayahnya pada usia muda, ibunya sendiri yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.

Meski bukan ayah kandungnya yang membimbing, ayah tirinya juga memiliki kepribadian yang baik. Meskipun tidak dibesarkan di lingkungan pesantren, namun dengan pendekatan cinta dan kasih sayang, Dede Masdiad tumbuh menjadi anak yang mandiri. Selain itu, silsilah keturunannya masih terkait dengan Sunan Gunung Jati, mungkin memberikan pengaruh positif bagi perkembangan pribadinya.

1.2 Keluarga
Prof. KH. Anwar Musaddad menikah dengan Nyai Maskatul Millah, yang akrab dipanggil Nyi H. Rd. Atikah, putri dari KH. Qurthubi dan Hj. Fatimah dari Ciparay. Mereka memiliki banyak anak yang kebanyakan berhasil dalam berbagai bidang.

Anak-anaknya mengungkapkan bahwa beliau menerapkan pendidikan yang disiplin, ketat, dan penuh cinta, dengan memantau dan mengawasi mereka secara berkelanjutan. Keberhasilan pendidikan tersebut terlihat dalam kedisiplinan waktu, ketaatan terhadap aturan agama, dan interaksi hangat antara ayah dan anak. Dari pernikahannya beliau dikaruniai putra-putri di antaranya:

  1. Drs. H. Moch Cholil (Pimpinan Ponpes Nurul Iman Al-Musaddadiyah),
  2. Dra. Hj. Yies Sa’diyah, M.Pd (Dosen IAIN SGD dan STAIM),
  3. Kiki Zakiyah (Almarhumah/meninggal saat masih kecil),
  4. Prof. Dr. Hj. Ummu Salamah, Msi (Dosen UNPAS dan UNIGA),
  5. Hj. Aminah (Anggota DPRD TK I Jawa Barat),
  6. Moh. Salim (Almarhum/meninggal saat masih kecil),
  7. KH Ir. Abdullah Margani (Alm.) (Pendiri STTG dan Pimpinan Pembangunan Kampus),
  8. Hj. Maemunah (Pimpinan Koperasi Bina Hasanah Al-Musaddadiyah),
  9. KH Cecep Abdul Halim, LC (Pimpinan Ponpes Al-Bayyinah, Ketua STAIM),
  10. Dra. Titin Fatimah (Wiraswasta),
  11. KH. Tontowi Jauhari, MA (Pimpinan Ponpes Al-Wasilah),
  12. H. Toha Nur Jamil (Wiraswasta),
  13. Dr. Abdurrahman, DEA (meninggal saat menjabat ketua STTG),
  14. Drs. H. Asep Saepudin (Kepsek SMP-IT Ciledug dan Dosen STAIM),
  15. Hj. Atik Mardiati (Bendahara Yayasan Al-Musaddadiyah),
  16. Ir. H. Bunyamin M.Kom (Dosen STTG).

1.3 Wafat
​Prof. KH. Anwar Musaddad wafat pada tanggal 21 Juli 2000 bertepatan dengan 19 Rabiul Akhir 1422 dalam usia 91 tahun. Dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Pondok Pesantren Musaddadiyah, Garut Jawa Barat. Ziarah di Makam KH. Anwar Musaddad.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Prof. KH. Anwar Musaddad memulai pendidikannya dengan belajar HIS (setingkat SD) Kristen karena sebagai pribumi yang bukan anak pegawai negeri (ambtenar) dan bukan dari kalangan bangsawan (menak), beliau tidak dapat masuk HIS Negeri. Kemudian masuk MULO (setingkat SMP) di Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi. 

Setelah menamatkan sekolah menengah, KH. Anwar Musaddad kemudian belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, selama dua tahun. Pada tahun 1930, beliau menimba ilmu ke Makkah selama 11 tahun di Madrasah Al-Falah.

Di Makkah, KH. Anwar Musaddad menuntut ilmu kepada para ulama terkenal di masa itu, antara lain: Sayyid Alwi Al-Maliki, Syaikh Umar Hamdan, Sayyid Amin Quthbi, Syaikh Janan Toyyib (Mufti Tanah Haram asal Minang), Syaikh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram asal Solo).

2.2 Guru-Guru
1. Hj. Siti Marfuah (ibu),
2. Sayyid Alwi Al-Maliki,
3. Syaikh Umar Hamdan,
4. Sayyid Amin Al-Kutbi,
5. Syaikh Janan Toyyib (Mufti Tanah Haram asal Minang),
6. Syaikh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram asal Solo).

3, Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Masa Penjajahan
Pulang ke tanah air ketika masa penjajahan Belanda mulai berakhir. Pada masa penjajahan Jepang, beliau diangkat menjadi kepala Kantor Urusan Agama Priangan. Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), bersama KH. Yusuf Taujiri dan KH. Mustofa Kamil, beliau memimpin pasukan Hizbullah, melawan agresi Belanda yang ingin kembali menjajah RI. Sempat ditangkap Belanda (1948) dan mendekam di penjara. Baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan (1950).

3.2 Terjun ke Politik
KH. Anwar Musaddad aktif dalam politik sebagai anggota DPR dari Partai NU pada tahun 1955 dan DPR-GR dari 1960-1971. Di NU, beliau menjadi Wakil Rais 'Aam PBNU pada Muktamar NU di Semarang (1980).

3.3 Mendirikan Pesantren
​Prof. KH. Anwar Musaddad merupakan pendiri Pondok Pesantren Musaddadiyah, Garut Jawa Barat. Sepeninggal beliau, tahun 1999, kepemimpinan pondok dilanjutkan oleh putra putrinya, dan saat ini pimpinan pondok dipegang oleh Dra. Hj. Yies Sa`diyah, M.Pd.

4. Karir
Pada tahun 1953, Prof. KH. Anwar Musaddad diberi tugas oleh Menteri Agama KH. Fakih Usman untuk mendirikan PTAIN di Yogyakarta, yang kemudian menjadi cikal-bakal IAIN dan kini UIN. Beliau menjadi guru besar Ushuluddin di sana dan menjabat sebagai dekan fakultas pada 1962-1967. Pada Dies Natalis IAIN Al-Jami’ah ke-5, beliau menyampaikan pidato tentang "Peranan Agama dalam Menyelesaikan Revolusi".

Pada 1967, beliau merintis IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, dan menjadi rektor pertamanya hingga 1974. Dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia, beliau mendirikan Sekolah Persiapan IAIN di beberapa tempat. Pada tahun 1976, beliau mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah di Garut yang menyediakan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
NU Online
infogarut.id


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 21 Juli 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 2 April 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya