Biografi KH. Abdul Djalil Hamid Tayu

 
Biografi KH. Abdul Djalil Hamid Tayu
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mengajar di Madrasah
3,2  Kiprah di Nahdlatul Ulama
3.3  Pejuang Melawan Penjajah

4.    Karya-Karya
5.    Chart Silsilah Sanad

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Abdul Djalil Hamid Tayu atau yang kerap disapa dengan panggilan Mbah Djalil lahir di Bulumanis Kidul, Margoyoso, Tayu, Pati.

Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Abdul Hamid dan Nyai Syamsiyah. KH. Abdul Djalil Hamid merupakan keturunan ke-8 dari KH. Mutamakkin Kajen, Pati.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Abdul Djalil menikah dengan Nyai Siti Siryati binti KH. Adnan Bulumanis Kidul. Dari pernikahan beliau dikaruniai seorang putri bernama Nyai Roudloh.

Sepeninggal istri pertama, KH. Abdul Djalil menikah Kembali dengan Nyai Hj. Aminah Noor Binti KH. Noor Khudlrin, Baletengahan. Pernikahan dengan Nyai Hj. Aminah Noor ini, KH. Abdul Djalil dikaruniai seorang putra, yaitu KH. Hamdan Abdul Djalil.

“Mbah Djalil diambil menantu KH. Nur Chudlrin, pendiri TBS. Beliau juga merupakan salah satu guru di Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) generasi pertama,” terang KH. Choirozyad seperti dilansir dari Suara Nahdliyin.

1.3 Wafat
KH. Abdul Djalil Hamid wafat di Makkah Al-Mukarramah pada 16 Zulqo’dah 1394 H. bertepatan dengan 30 November 1974 M. ”Yang membantu mengurusi pemakaman KH. Abdul Djalil di Makkah waktu itu adalah Prof. Dr. KH. Maghfur Usman.

Prof. Maghfur Usman merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) asal Cepu, Blora yang pernah belajar di Madrasah TBS Kudus dan tercatat sebagai Mustasyar PBNU periode 2010-2015. ‘’Dulu kalau Prof. Maghfur Usman berkesempatan hadir saat haul KH. Abdul Djalil, beliau yang selalu membaca riwayat hidup KH. Abdul Djalil,’’ tutur Nyai Hj. Roihanah.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Abdul Djalil memulai pendidikannya dengan belajar langsung kepada sang ayah hingga 1919 M, selanjutnya Kyai Abdul Djalil belajar di Pondok Jamsaren Solo asuhan KH. Idris (1919 – 1920), lalu meneruskan belajar ke Pondok Termas asuhan KH. Dimyathi (1920-1921), kemudian di Pondok Kasingan Rembang asuhan KH. Cholil (1921-1924).

Selanjutnya, pada 1924-1926 Kyai Abdul Djalil muda mukim dan belajar di Makkah Al-Mukarramah, lalu melanjutkan belajar di Pondok Tebuireng Jombang di bawah asuhan langsung KH. Hasyim Asy’ari (1926-1927), dan kemudian kembali lagi ke Makkah pada 1927-1930.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Abdul Hamid (ayah),
  2. KH. Idris Jamsaren Solo,
  3. KH. Dimyathi Termas,
  4. KH. Cholil Rembang,
  5. KH. Hasyim Asy’ari,

3. Perjalanan Hidup dan Dakwa

3.1 Mengajar di Madrasah
Setelah pengembaraan menuntut ilmu yang cukup panjang, kemudian beliau mengajar di Madrasah TBS. Di Madrasah TBS, KH. Abdul Djalil Hamid tercatat menjadi guru kepala Madrasah pada 1932-1935.

3.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Selain di TBS, berbagai posisi penting pernah diembannya. Antara lain menjadi anggota Raad Agama Islam di Kudus (1934-1945), Ketua Pengadilan Agama Kudus (1950-an), Asisten Khusus Wakil Perdana Menteri RI (1951-1958), hingga anggota DPR/MPR mewakili alim ulama di Fraksi NU (1958-1967).

Untuk di bidang sosial, KH. Abdul Djalil Hamid di antaranya tercatat ikut mendirikan Madrasah Darul Ulum di Makkah (1927-1930), anggota pembina PBNU (1930 -1974), Ketua NU Cabang Kudus (1932-1934), Rois Syuriyah NU Jawa Tengah (1967- 1974), Katib Syuriyah PBNU (1954-1967), Ketua Tim Penentu Arah Qiblat Masjid Baiturrahman Semarang (1968), Penyusun Almanak NU (1930-1974) dan Ketua Lajnah Falakiyah PBNU merangkap Lajnah Falakiyah Departemen Agama RI (1969-1973).

3.3 Pejuang Melawan Penjajah
Nyai Hj. Roihanah, menantu KH. Abdul Djalil Hamid yang ditemui di kediamannya di samping Masjid Alhamidiyyah Mlati, menceritakan, bahwa dalam perjalanannya, ayah mertuanya juga sempat di penjara.

Berdasarkan data yang disimpan pihak keluarga, KH. Abdul Djalil Hamid yang menjadi Komandan Gerilya melawan Belanda di Gunung Muria (1948-1949) itu di tahan Belanda di penjara Kudus pada 1949. Data itu juga menyebutkan, KH. Abdul Djalil pernah ditahan di era pemerintahan Orde Lama di Salatiga pada 1952-1954.
 

4. Karya-Karya
Perhatian KH. Abdul Djalil Hamid terhadap dunia keilmuan yang demikian tinggi, khususnya ilmu-ilmu agama, di tengah kesibukannya yang luar biasa, bisa dilihat dari berbagai karya (kitab) yang ditulisnya. Berbagai karya KH. Abdul Djalil, di antaranya:

  1. Fath Ar-Rouf Al-Mannan,
  2. Rubu’ Mujayyab (Quadrant),
  3. Jadwal Rubu’,
  4. Dalil Al-Minhaj,
  5. Tawajjuh,
  6. Tuhfah Al-Asyfiya’,
  7. Ahkam Al-Fuqoha’
  8. Takkalam bi Al-Lughoh Al-Arobiyah.

“Keseharian Bapak dulu sukanya membaca kitab, membaca buku dan menulis. Dulu juga sering mengajar ngaji di masjid ini (Masjid Al-Hamidiyah). Dulu masjidnya masih sangat sederhana,’’ terang Nyai Hj. Roihanah didampingi putrinya, Ning Nur Uswati.

5. Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Abdul Djalil Hamid Tayu dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 31 Agustus 2022, dan terakhir diedit tanggal 30 November 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya