Urgensi Menjaga Lisan dan Ucapan

 
Urgensi Menjaga Lisan dan Ucapan

LADUNI. ID, HIKMAH-Dalam sebuah kata mutiara Islam dijelaskan bahwa, “Terge­lincirnya lidah itu lebih berbahaya dari tergelincirnya kaki.”. Hal ini nampaknya sangat relevan dengan keadaan rakyat Indonesia saat ini. Krisis akhlak atau budi pekerti saat ini mulai menjangkiti hati masya­rakat, terutama sejak adanya medsos yang dengan mudah untuk disebarkan secara luas.

Dengan hanya mengandalkan jari-jari dan jempol, seseorang bisa dengan mudah mengungkapkan perasaan amarahnya, yang sering kebablasan. Yang mereka lakukan bukan kritik terhadap penguasa, tetapi malah caci maki dan anca­man yang jelas-jelas sudah ada Undang-Undangnya.

Ada benarnya jika ada yang mengatakan kalau tergelincirnya lidah itu lebih berbahaya dari ter­gelincirnya kaki. Jika kaki sese­orang tergelincir, hanya dia yang merasakan sakit dan itu bisa disembuhkan dengan cara diurut, dioles minyak, atau lewat terapi lain yang menjadi perantara untuk sembuh dari cedera. Namun, tak bisa dibayangkan jika lidah yang tergelincir. Efek dari ini semua justru lebih luas. Ada banyak orang yang sakit hati dan juga berbahaya bagi sang pemilik lisan.

Karena fitnah yang dilontarkan lewat mulut seseorang dan disebar­kan lewat medsos yang ada, akhirnya banyak orang yang sakit hati. Merasa telah difitnah dan diza­limi sehingga mereka mela­porkan dengan tuduhan peng­hinaan atau pencemaran nama baik.

Allah swt. dalam Alquran surat Al-Mulk ayat 13 berfirman, “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”

Ayat ini secara tersirat menje­laskan bahwa seyogianya manusia menjaga lisan dari hal-hal yang tidak baik. Jika sekiranya itu me­nimbulkan fitnah dan perteng­karan, hendaknya agar tak pernah sekalipun melontarkan kata-kata yang kurang baik. Atau, berkatalah yang baik dan benar, jika itu akan mendatangkan manfaat atau ke­mas­lahatan bagi sesama.

Intinya, menjaga lisan adalah hal yang wajib agar kita tak ter­sandung masalah, terutama jika ber­urusan dengan orang-orang di sekitar kita. Karena, menjalin persaudaraan bersama para tetang­ga dan orang-orang yang kita kenal, baik di dunia maya lebih-lebih di dunia nyata, jauh lebih bermanfaat dan mendatangkan pintu-pintu rahmat dan rezeki yang datang tanpa diduga.

Tak sedikit karena jalinan persaudaraan yang kental membuat seseorang mendapatkan tawaran pekerjaan, usaha, atau saling bekerja sama dalam hal-hal kebai­kan dan kemaslahatan. Sebaliknya, saling menfitnah dan menghina justru menjauhkan diri kita dari indahnya persaudaraan. (*)

Untung Wahyudi,: Lulusan UIN Sunan Ampel