Biografi Syekh Umar Baradja

 
Biografi Syekh Umar Baradja
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi Syekh Umar Baradja

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Guru-guru
3.    Penerus Beliau
3.1  Murid-murid Beliau
4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
5.    Karya-karya Beliau
6.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Syekh Umar bin Achmad Baradja lahir pada 10 Jumadil Akhir 1331 H. /17 Mei 1913 M., di kampung Ampel Maghfur. Secara nasab, Baradja berasal dari (dan berpusat di) Seiwun, Hadramaut, Yaman. Sebagai nama nenek moyangnya yang ke-18, Syekh Sa’ad, laqab (julukannya) Abi Raja’ (yang selalu berharap). Mata rantai keturunan tersebut bertemu pada kakek Nabi Muhammad SAW yang kelima, bernama Kilab bin Murrah.

1.2 Wafat

Sebelum beliau meninggal, Syekh Umar sempat berwasiat kepada putra-putri dan anak didiknya agar selalu berpegang teguh pada ajaran As-Salaf As-Shalih. Yaitu ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, yang dianut mayoritas kaum muslim di Indonesia dan Thariqah ‘Alawiyyah, dan bermata rantai sampai kepada Ahlul Bait Nabi, para sahabat, yang semuanya bersumber dari Rasulullah SAW.

Syekh Umar Baradja memanfaatkan ilmu, waktu, umur, dan membelanjakan hartanya di jalan Allah sampai akhir hayatnya. Ia memenuhi panggilan Rabb-nya pada hari Sabtu malam Ahad tanggal 16 Rabiul Akhir 1411 H/3 November 1990 M pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam, Surabaya, dalam usia 77 Tahun.

Keesokan harinya Ahad ba’da Ashar, beliau dimakamkan, setelah sebelumnya dishalatkan di Masjid Agung Sunan Ampel, yang secara langsung diimami putranya sendiri yang menjadi khalifah (penggantinya), Al-Ustadz Ahmad bin Umar Baradja. Jasad mulia itu dikuburkan di makam Islam Pegirian Surabaya. Kemuliaan beliau tak pernah hilang di tengah-tengah masyarakat. Semakin jelas kemuliaannya itu saat prosesi pemakamannya yang dihadiri ribuan orang.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Sejak kecil beliau diasuh dan dididik kakeknya dari pihak ibu, Syekh Hasan bin Muhammad Baradja, seoarang ulama ahli nahwu dan fiqih. Ketika sudah dewasa, Syekh Umar Baradja melanjutkan pendidikannya dengan belajar berbagai ilmu agama dan Bahasa Arab dari banyak ulama, baik melalui pertemuan langsung maupun melalui surat. Para ulama dan orang-orang shalih telah menyaksikan ketakwaan dan kedudukannya sebagai ulama yang ‘amil. Ulama yang mengamalkan ilmunya.

Beliau merupakan salah seorang alumnus yang berhasil, didikan Madrasah Al-Khairiyah di Kampung Ampel, Surabaya, yang didirikan dan dibina oleh Habib Muhammad bin Achmad Al-Muhdhar pada 1895 M. Sekolah yang berasaskan Ahlussunnah wal Jama’ah dan bermadzhab Syafi’i.

2.1 Guru-guru Beliau

Adapun guru-guru Syekh Umar Baradja, antara lain:

  1. Syekh Hasan bin Muhammad Baradja
  2. Al-Ustadz Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad bil Faqih (Malang)
  3. Al-Ustadz Muhammad bin Husein Ba’bud(Lawang)
  4. Al-Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf
  5. Al-Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya)
  6. Al-Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo)
  7. Al-Habib Ahmad bin Alwi Al-Jufri (Pekalongan)
  8. Al-Habib Ali bin Husein Bin Syahab, Al-Habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gresik)
  9. Al-Habib Ahmad bin Ghalib Al-Hamid (Surabaya)
  10. Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhar (Bondowoso)
  11. Al-Habib Abdullah bin Hasa Maulachaila
  12. Al-Habib Hamid bin Muhammad As-Sery (Malang)
  13. Syekh Robaah Hassunah Al-Kholili (Palestina)
  14. Syekh Muhammad Mursyid (Mesir)
  15. As-Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki
  16. As-Sayyid Muhammad bin Ami n Al-Quthbi
  17. As-Syaikh Muhmmad Seif Nur
  18. As-Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath
  19. Al-Habib Alwi bin Salim Al-Kaff
  20. As-Syaikh Muhammad Said Al-Hadrawi Al-Makky (Mekkah)
  21. Al-Habib Muhammad bin Hady As-Segaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman)
  22. Al-Habib Abdullah bin Ahmad Al-Haddar
  23. Al-Habib Hadi bin Ahmad Al-Haddar (‘inat, Hadramaut, Yaman)
  24. Al-habib Abdullah bin Thahir Al-Haddad (Geidun, Hadaramaut, Yaman)
  25. Al-Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri (Tarim, Hadramaut, Yaman)
  26. Al-Habib Hasan bin Ismail Bin Syeikh Abu Bakar (‘Inat, Hadramaut, Yaman)
  27. Al-Habib Ali bin Zein Al-Hadi
  28. Al-Habib Alwi bin Abdullah Bin Syahab (Tarim, Hadramaut, Yaman)
  29. Al-Habib Abdullah bin Hamid Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman)
  30. Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (Al-Baidhaa, Yaman)
  31. Al-Habib Ali bin Zein Bilfagih (Abu Dhabi, Uni Emirat Arab)
  32. As-Syaikh Muhammad Bakhit Al-Muthii’i (Mesir)
  33. Sayyidi Muhammad Al-Fatih Al-Kattani (Faaz, Maroko)
  34. Sayyidi Muhammad Al-Munthashir Al-Kattani (Marakisy, Maroko)
  35. Al-Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Johor, Malaysia)
  36. Syeikh Abdul ‘Alim As-Shiddiqi (India)
  37. Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir)
  38. Al-Habib Abdul Qodir bin Achmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi).

Beliau bertemu dengan guru-guru tersebut tidak hanya dalam proses belajar mengajar pada sebuah majelis, tetapi banyak dari mereka yang beliau hanya bertemu beberapa kali dan mengambil sedikit ilmu darinya sudah beliau anggap sebagai guru, inilah bukti dari sifat beliau yang tawadhu’. Bahkan tak sedikit dari dari mereka yang usianya jauh lebih mudah dari beliau.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Beliau

Penampilan Syaikh ‘Umar Bārajā’ sangat bersahaja, tetapi dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Beliau tidak suka membangga-banggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadah. Ini karena sifat tawadhu’ dan rendah hatinya sangat tinggi. Dalam beribadah, dia selalu istiqamah baik sholat fardhu maupun sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Sholat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah dia tinggalkan walaupun dalam bepergian. Kehidupannya dia usahakan untuk benar-benar sesuai dengan yang digariskan agama.

Sifat wara’nya sangat tinggi. Perkara yang meragukan dan syubhat dia tinggalkan, sebagaimana meninggalkan perkara-perkara yang haram. Dia juga selalu berusaha berpenampilan sederhana. Sifat Ghirah Islamiyah (semangat membela Islam) dan iri dalam beragama sangat kuat dalam jiwanya. Konsistensinya dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, misalnya dalam menutup aurat, khususnya aurat wanita, dia sangat keras dan tak kenal kompromi. Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas laki-perempuan dia tolak keras. Juga bercampurnya murid laki-laki dan perempuan dalam satu kelas.

Syaikh ‘Umar Bin Ahmad Bārajā’ mengawali kariernya mengajar di Madrasah Al-Khairiyah Surabaya tahun 1935-1945, yang berhasil melahirkan beberapa ulama dan asatidz yang telah menyebar ke berbagai pelosok tanah air. Di Jawa Timur antara lain, almarhum al-ustadz Achmad bin Hasan Assegaf, almarhum Al-Habib Umar bin Idrus Al-Masyhur, almarhum al-ustadz Achmad bin Ali Babgei, Al-habib Idrus bin Hud Assegaf, Al-habib Hasan bin Hasyim Al-Habsyi, Al-habib Hasan bin Abdul Qodir Assegaf, Al-Ustadz Ahmad Zaki Ghufron, dan Al-Ustadz Dja’far bin Agil Assegaf.

Selanjutnya, beliau pindah mengajar di Madrasah Al-Khairiyah, Bondowoso. Berlanjut mengajar di Madrasah Al-Husainiyah, Gresik tahun 1945-1947. Lalu mengajar di Rabithah Al-Alawiyyah, Solo, tahun 19471950. Mengajar di Al-Arabiyah Al-Islamiyah, Gresik tahun 1950-1951. Setelah itu, tahun 1951-1957, bersama Al-habib Zein bin Abdullah Al-kaff, memperluas serta membangun lahan baru, karena sempitnya gedung lama, sehingga terwujudlah gedung yayasan badan wakaf yang di beri nama Yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim.

Selain mengajar di lembaga pendidikan, Syaikh ‘Umar Bārajā’ juga mengajar di rumah pribadinya, pagi hari dan sore hari, serta majelis ta’lim atau pengajian rutin malam hari. Karena sempitnya tempat dan banyaknya murid, dia berusaha mengembangkan pendidikan itu dengan mendirikan Yayasan Perguruan Islam atas namanya, Syaikh ‘Umar Bārajā’. Ini sebagai perwujudan hasil pendidikan dan pengalamannya selama 50 tahun. Hingga kini masih berjalan di bawah asuhan Ustadz Mushtofa bin Ahmad bin ‘Umar Bārajā’, cucu beliau. Yang sebelumnya diasuh oleh Al-Ustadz Ahmad bin ‘Umar Bārajā’. Dan telah melahirkan alumni-alumni yang sukses di bidang dakwah, di antaranya Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus.

Salah satu peninggalan beliau adalah membangun Masjid Al-Khair (danakarya I-48/50, Surabaya) pada tahun 1971, bersama KH. Adnan Chamim, setelah mendapat petunjuk dari Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul) dan Al-Habib Zein bin Abdullah Al-Kaff (Gresik).

Masjid ini sekarang digunakan untuk berbagai kepentingan dakwah masyarakat Surabaya. Penamplan Syekh Umar sangat bersahaja, tetapi dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Beliau mejabarkan dengan sangat gamblang akhlak Ahlul Bait, keluarga Nabi dan para sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW. Sekalipun demikian, beliau tidak suka membanggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadahnya. Semua ini tidak lain adalah karena sifat tawadhu’ dan rendah hati beliau yang sangat luhur.

4. Penerus Beliau

4.1 Murid-murid Beliau

  1. Ustadz Achmad bin Hasan As-Segaf
  2. Habib Umar bin Idrus Al-Masyhur
  3. Ustadz Achmad bin Ali Babgei
  4. Habib Idrus bin Hud As-Segaf
  5. Habib Hasan bin Hasyim Al-Habsyi
  6. Habib Hasan bin Abdul Qodir As-Segaf
  7. Ustadz Ahmad Zaki Ghufron
  8. Ustadz Dja’far bin Aqil As-Segaf
  9. Habib Idrus bin Muhammad Al-Aydrus.

5. Karya-karya Beliau

Buku-buku karya Syekh Umar Baraja dari Surabaya. Sudah sekitar 11 judul buku yang diterbitkan, di antaranya adalah:

  1. Kitab Al-Akhlaq lil Banin
  2. Kitab Al-Akhlaq lil Banat
  3. Kitab Sullam Fiqih
  4. Kitab 17 Jauharah
  5. Kitab Ad’iyah Ramadhan

Semua karya tersebut terbit dalam Bahasa Arab, sejak 1950 telah digunakan sebagai buku kurikulum di seluruh pondok pesantren di Indonesia. Ya, secara tidak langsung Syekh Umar Baradja ikut mengukir akhlak para santri di Indonesia.

Buku-buku tersebut pernah di cetak di Kairo, Mesir, pada 1969 atas biaya Syekh Siraj Ka’ki, dermawan Mekkah, yang kemudian dibagikan secara cuma-cuma ke seluruh dunia Islam. Syukur alhamdulillah, atas ridha dan niatnya agar buku-buku ini menjadi jariyah dan bermanfaat luas, pada 1992 telah di terbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura, dan Sunda.

Tidak ada yang meragukan keilmuan dan kemuliaan akhlak beliau. Teladan bagi umat Islam, khususnya bagi para santri. Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

6. Referensi

  1. Muhammad Achmad Asseggaf. Sekelumit riwayat hidup Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja, (Surabaya: Panitia Haul ke-V. 1995).
  2. Nikmatul Choiriyah, “Etika Peserta Didik Perspektif Syekh Umar bin Achmad Bardja dalam Kitab Al-Akhlaq Lil Banat”, Skripsi, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014).
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya