Ziarah Makam di Guru Mughni, Mualim dari Tanah Betawi

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah Makam di Guru Mughni, Mualim dari Tanah Betawi
Sumber Gambar: Twitter @dennieHan

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Guru Mughni adalah salah satu dari enam guru ulama Betawi di abad ke-19 hingga abad ke-20. Beliau memiliki nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qays.

Bahkan sebagian harta dirinya sumbangkan untuk membiayai kegiatan dakwah Islam dan juga untuk membantu masyarakat Kuningan yang butuh modal berdagang. Ketika Guru Mughni tinggal di Makkah, beliau seringkali memberikan pinjaman kemah-kemah untuk jemaah haji Indonesia. Selain itu rumahnya yang berada di Makkah juga dijadikan wakaf untuk para pelajar Indonesia yang bermukim di tanah suci.

Guru Mughni memang terkenal sangat mengutamakan kepentingan masyarakat, seperti halnya dalam perjuangan kemerdekaan. Beliau pernah mengizinkan rumahnya di Jalan Mas Masur 38 Tanah Abang sebagai tempat pertemuan tokoh-tokoh Jong Islamiten Bond oleh KH Agus Salim.

Guru Mughni adalah seorang saudagar yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar. Bahkan, beliau pernah menolak tawaran Belanda menjadi kepala penghulu.

Guru Mughni memiliki peran penting dalam memberikan penerangan kepada masyarakat Betawi, khususnya soal akidah, sehingga pengaruh ajaran animisme dan dinamisme lambat laut mulai luntur.

Selama mengajar, Guru Mughni menggunakan beberapa kitab. Untuk pelajaran Fiqih, misalnya, Kitab Safinatun Najab diajarkan kepada murid, dan Kitab Fathul Mu’in untuk tingkat guru. Untuk pelajaran Tauhid digunakan Kitab Kifayatul Awam, dan Kitab Tafsir Jalalain untuk pelajaran tafsir. Sedangkan pelajaran hadits digunakan Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Sementara Kitab Minhajul Abidin digunakan untuk pelajaran akhlak. Untuk pelajaran tata bahasa Arab (Nahwu) digunakan Kitab Alfiyah.

Profil

Guru Mughni lahir sekitar tahun 1860 M di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Sanusi bin Ayyub dengan Hj. Da’iyah binti Jeran.

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:

  1. H. Sanusi (ayah beliau)
  2. Habib Usman bin Yahya
  3. Syekh Sa’id al-Babasor
  4. Syekh Mukhtar Athari
  5. Syekh Umar Bajunaid al-Hadrami
  6. Syekh Sa’id al-Yamani
  7. Syekh Muhammad Ali Al-Maliki
  8. Syekh Abdul Karim Al-Dagestani
  9. Syekh Mahfud At-Tarmasi
  10. Syekh Muhammad Umar Syatho
  11. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

Lokasi Makam

Guru Mughni wafat pada Kamis, 5 Jumadil Awal 1352 H/1935 M. Jenazah beliau dishalatkan dan diimami oleh Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsy Kwitang selepas shalat Jumat. Makam Guru Mughni berada di pemakaman keluarga di Mushola Al-Mizan/Langgar Tanjung, Jalan Mega Kuningan Barat Blok E. 33, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, 500 meter dari Hotel JW Marriott, persisnya di depan kantor Kedutaan Besar Pakistan.

Haul

Haul Guru Mughni diperingati setiap tahun sekali di Masjid Baitul Mughni, Kuningan, Jakarta Selatan. Haul beliau diperingati pada bulan Jumadil Awal/Ula, untuk tanggal haul akan diberitahu oleh pihak keluarga besar Guru Mughni.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Guru Mughni banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Malang saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Kawasan Mushola Al-Mizan/Langgar Tanjung, Kuningan Timur, Jakarta Selatan.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Guru Mughni, dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam mencari rezeki, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

 

Peninggalan

Beliau adalah Masjid Baitul Mughni dan Madrasah Al Mughni

  1. Masjid Baitul Mughni
    Masjid yang lokasinya sangat strategis (karena dikelilingi gedung-gedung komersial dan perkantoran) ini merupakan salah satu masjid tua yang ada di Ibukota Negara RI, Jakarta yang dibangun oleh salah seorang guru besar atau tokoh Islam Betawi, Al-Maghfur Lah Tuan Guru Haji Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais. Masjid ini didirikan pasca kepulangan Tuan Guru dari menimba ilmu di Mekah Al-Mukarramah pada tahun 1901. Perintisan pembangunan masjid diteruskan oleh generasi berikutnya dari keluarga Abdul Mughni meskipun pada saat awal-awal pendiriannya tidak mendapat rekomendasi dari pemerintah Belanda atas masukkan Snouck Hurgronje. Guru Mugni tetap melaksanakan pembangunan masjid Baitul Mugni pada tahun 1901 dengan biaya sendiri dan di atas tanahnya sendiri.
  2. Mendirikan Lembaga Pendidikan
    Pada tahun 1926, Guru Mughni mendirikan Madrasah Sa’adatud Darain yang merupakan satu-satunya madrasah di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Setelah seluruh pembangunan rampung, Guru Mughni lalu menyerahkan pengelolaan madrasah kepada kedua puteranya KH. Syahrowardi dan KH. Rahmatullah dan dibantu menantunya, H. Mahfudz dan H.M Toha.
  3. Karya Beliau
    Selama hidupnya, Guru Mughni menulis dua kitab, di antaranya adalah:
    1. Kitab Taudhih al-Dala’il fi Tarjamati Hadist al-Syamil
    2. Kitab Naqlah Min ‘Ibarat al-Ulama Nasihat Mawa’izah li Awlad al-Zaman Fi Adab Qira’at al-Qur’an wa Ta’limih.  

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Malang di antaranya:
Kerak Telor, Putu Mayang, Kue Kembang Goyang, Roti Buaya, Telur Gabus Keju, Kue Semprong, Akar Kelapa, Tape Uli, Biji ketapang, Bir pletok, Dodol Betawi, Geplak.