Ziarah di Makam KH. Warson Munawwir, Pengarang Kamus Al-Munawwir

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Warson Munawwir, Pengarang Kamus Al-Munawwir

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Kiai Haji Ahmad Warson Munawwir adalah ulama, pengasuh pesantren al Munawwir, dan pembuat kamus Arab-Indonesia al-Munawwir. Beliau merupakan putra dari Kyai Munawwir yang menempuh pendidikan di Pesantren al-Munawwir Krapyak dan murid dari Kiai Ali Maksum Krapyak. Kamus al-Munawwir diselesaikan pada tahun 1404 H/1984 M dan sampai sekarang menjadi kamus bahasa Arab yang paling banyak dipakai di Indonesia.

Sejak ayah beliau (KH. Munawwir) wafat pada 1942, kepengasuhan Pondok Pesantren Krapyak diserahkan kepada menantu beliau, KH. Ali Maksum. Kakak ipar inilah yang selanjutnya menjadi guru KH. Warson. Bahkan semasa hidupnya, ulama yang lahir pada tahun 1934 ini tidak pernah nyantri ke guru selain KH. Ali Maksum. Guru sekaligus kakak ipar yang akrab ia sapa ‘Kang Ali’ inilah yang mendampinginya menyelesaikan kamus Al-Munawwir.

KH. Warson memiliki modal yang amat cukup untuk menyusun sebuah kamus. Sejak menjadi murid KH. Ali Maksum, beliau telah mempunyai kecerdasan yang menonjol. KH. Warson dikenal sebagai ahli di bidang ilmu alat yaitu nahwu, shorof, dan balaghoh.

Pada saat itu, dalam masa  kepengasuhan Mbah Ali, mulai dirintis pengajian kitab yang terus berkembang hingga kini. Kepada KH. Ali Maksum, KH. Warson dan kakaknya KH. Zainal Abidin Munawwir belajar. Melihat begitu pentingnya kaderisasi di pesantren, KH. Ali Maksum berusaha semaksimal mungkin menggembleng santri, khususnya keduanya yang kelak akan meneruskan kepengasuhan di pesantren.

Salah satu metode belajar yang pernah dienyam KH. Warson adalah dengan aktif mengikuti sorogan setiap hari. Sorogan  diakui sebagai metode belajar efektif warisan KH. Ali Maksum. Sorogan memacu santri untuk berusaha keras mempelajari isi kitab sendiri, baik dengan meminta petunjuk kepada temannya yang lebih pandai, maupun menela’ah kitab yang sama dan sudah ada maknanya. Kemudian santri membaca kembali di hadapan guru dan menerangkan isi kitab di depannya.

Pendidikan yang nampaknya keras tersebut membuahkan hasil dengan hafalnya KH. Warson bait Alfiyyah Ibnu ‘Aqil di usia sembilan tahun. Pada usia sebelas tahun, beliau mulai ikut serta mengajar di pesantren dengan rata-rata usia santri yang diajar lebih tua darinya.

Sebagai pengajar, KH. Warson muda menjadi guru yang simpatik karena kecakapan dan keramahannya di mata para santrinya. Di usia belia, beliau telah memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengajarkan beberapa mata pelajaran. Di luar kelas pun, beliau menjadi kawan bermain yang egaliter bagi segenap santri.

Di Pondok Pesantren Krapyak kala itu, KH. Warson mengampu mata pelajaran Nahwu, Shorof, dan Bahasa Inggris. Di samping itu, karena pengetahuannya yang luas, beliau juga mengajar Tarikh.

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.

- iOS: https://sin.do/u/ios

Profil
KH. Ahmad Warson Munawwir lahir pada hari Jum’at Pon tanggal 20 Sya’ban 1353 H atau 30 November 1934M di Pondok Pesantren Al Munawwir. KH. Ahmad Warson Munawwir merupakan putra dari pasangan KH. Munawwir dengan Nyai Hj. Khusnul Khotimah. Sejak Mbah Munawwir wafat pada 1942 M

Guru-guru beliau di antaranya:
KH. Ali Maksum

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Warson Munawwir

Lokasi Makam
beliau kemudian wafat pukul 06.00 WIB hari Kamis, 8 Jumadil Akhir 1434 H/18 April 2013. Makam KH. Warson Munawwir berada di dekat Masjid Nurul Huda Dongkelan, Bantul, Yogyakarta

 

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
 

Fadilah
Makam KH. Warson Munawwir banyak dikunjungi para peziarah. Tidak hanya datang dari wilayah  saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di belakang Masjid dongkelan.

Ada keyakinan dari masyarakat yang datang ke sana bahwa dengan berziarah ,berdoa, dan bertawassul di makam beliau, maka akan dimudahkan dalam mencari Ilmu yang bermanfaat, dimudahkan, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya, dan dimudahkan mendapatkan keturunan yang cerdas, sholeh, dan sholehah.

Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Yogyakarta di antaranya:
Bakpia, Gudeg, batik Jogja, Gerabah Kasongan, Kaus Dagadu, peyek tumpuk, Keripik belut, Cokelat Monggo, Geplak, Yangko.