Kitab Annuqayah

 
Kitab Annuqayah

LADUNI.ID, Sumenep - Kata "Annuqayah", secara etimologi, bermakna "bersih" atau "murni". Akan tetapi, ketika nama ini diacukan kepada nama  Pondok Pesantren Annuqayah yang beralamat di Guluk-Guluk, Sumenep, maka yang dimaksud dari nama tersebut adalah nama kitab karya As-Suyuthi.

Menurut Gus Dur—di dalam kata pengantar buku “Islam Inklusif” (karya Hb Alwi Shihab), kitab Annuqayah ini merupakan usulan As-Suyuthi sebagai “Kurikulum Pendidikan (Umat) Islam”. Kitab ini mencakup 14 fan (disiplin ilmu): yaitu 1. ‘Ilmu Ushūluddīn, 2. ‘Ilmu Tafsīr, 3. ‘Ilmu Hadīts, 4. ‘Ilmu Ushūl Fiqh, 5. ‘Ilmu Farā’idh, 6. ‘Ilmu Nahwu, 7. ‘Ilmu Tashrīf, 8. ‘Ilmu Khath, 9. ‘Ilmu Ma’ānī, 10. ‘Ilmu Bayān, 11. ‘Ilmu Badī’, 12. ‘Ilmu Tasyrīh (ilmu anatomi), 13. ‘Ilmu Thibb (ilmu pengobatan), dan 14.‘Ilmu Tashawwuf. 

Pada mulanya, gagasan tersebut ditulis oleh As-Suyuthi secara ringkas di dalam karyanya yang berjudul “An-Nuqāyah”. Namun, karena dirasa terlalu ringkat, maka atas saran dari rekan-rekan beliau, As-Suyuthi kemudian menulis anotasi untuk karya beliau sendiri dengan judul Itmām ad-Dirāyah li Qurrā’ an-Nuqāyah” yang merupakan penjabaran daripada kitab “Annuqayah”.

Kiai Muhammad Khazin bin Ilyas (generasi kedua PP Annuqayah) kemudian menggunakan nama kitab ini untuk nama Pondok Pesantren Annuqayah pada tahun 1933 (pondok pesantren Annuqayah didirikan pada tahun 1887 oleh Kiai Muhammad As-Syarqawi al-Kudusi), untuk menandai perubahan sistem pendidikannya,  dari sistem bandongan ke sistem kelas. Pada dasawarsa 90-an, Kiai Muhammad Mahfud Husaini (generasi kedua PP Annuqayah) kemudian menazamkan kitab tersebut ke dalam 1.111 bait dan menghasilkan kitab bernama “Manzumat an-Nuqayah” (hanya berisi 11 disiplin ilmu, 3 disiplin yang lain belum selesai).

Pada tahun 2015, saya mulai mendaras nazam karya Kiai Mahfudh ini. Dan pada tahun 2020, tepatnya hari ini, Kamis, 16 Januari 2019 atau bertepatan dengan 20 Jumadil Awal 1441, saya telah memiliki kitab asli karya ulama Mesir Abad 15 tersebut: Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuthi, Penerbit Kasyidah, Kairo, Mesir. Ini adalah cetakan pertamanya: tahun 2018.

____

CATATAN: Kiai Mahfoudh Husaini mendapatkan ijazah kitab-kitab karya Syaikh Jalāluddin ‘Abdurrahman al­Suyūthī dari Syaikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani (Padang, Sumatera Barat), di Makkah. Selain menulis kitab “Mandhūmat al-Nuqāyah”, Kiai Mahfoudh Husaini juga menyusun “Mandhūmatul Awāmil” yang merupakan nadham kitab nahwu yang sangat populer di pesantren, yaitu “Awamil” karya Syaikh Abdul Qahir Al-Jurjani (Semoga Allah swt senantiasa memberi pertolongan dan petunjuk kepada pendiri, kepada pengarang, para sesepuh, serta untuk semua nama yang telah disebutkan di atas, juga para kiai, para guru, para santri, serta para alumni yang telah belajar dan mengajarkan kembali apa yag telah dipelajari di pondok pesantren ini).

Wallāhu a’lam, Allāhul musta’ān.

(Ustadz M. Faizi)