Biografi KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ., M.A

 
Biografi KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ., M.A
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren

4.    Organisasi dan Karir
5.    Chart Silsilah Sanad
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ, MA dikenal sebagai pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, sebuah lembaga pendidikan yang kini memilik 11 cabang di dalam dan luar kota. Pesantren ini memadukan sistem pembelajaran klasik dan modern. Beliau lahir di Banyuwangi, Jawa Timur pada 5 Juli 1955 M. Beliau putra dari pasangan Kyai Iskandar dengan Nyai Rabiatun.

1.2 Riwayat Keluarga
Ketika berusia 27 tahun atau tepatnya pada tahun 1982, KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ, MA menikah dengan Nyai Siti Nurjazilah, putri KH. Mashudi asal Tumpang, Malang, Jawa Timur. Nyai Nurjazilah juga pernah memimpin Pondok Pesantren Putri CukirTebuireng , Jawa Timur.

Pernikahan berlangsung di kediaman KH. Mashudi yang waktu itu hadir dua tokoh besar kyai Jawa Timur yaitu KH. Makhrus Aly sebagai wakil dari keluarga KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ, MA, sedangkan dari Nyai. Hj. Nur Jazilah yaitu KH. Adlan Aly pimpinan Pondok Pesantren CukirTebuireng Jombang , Jawa Timur. Pada itu akad nikah yang dilakukan oleh KH. Adlan sedangkan yang menjadi khutbah nikah adalah KH. Makhrus Aly .

Seminggu setelah pernikahan beliau kembali ke Jakarta bersama istrinya setelah beberapa hari di Jakarta beliau masih belum mendapatkan tempat tinggal, beliau masih hidup dari satu rumah ke rumah teman lain. Hingga akhirnya beliau dengan mudah berbicara kepada keponakannya Dra. Marsyidah Tahir untuk menitip istrinya dengan alasan bisa menemaninya sebagai teman bicara dan berbagi cerita.

Kemudian beliau mulai memantapkan kembali yayasan Al-Muhlisin di Pluit, setelah itu banyak sekali keberkahan yang di dapat mulai dari mengisi ceramah agama di radio CBB hingga banyak permintaan masyarakat untuk mengisi ceramah di berbagai daerah.

KH. Noer Muhammad Iskandar dikaruniai 6 orang anak yakni:

  1. Nur Eka Fatimatuzzahro,
  2. Istiqomah Iskandar,
  3. Ahmad Makhrus Iskandar,
  4. Atina Balqis Izza,
  5. Muhammad Muhsin Ibrahim Iskandar,
  6. Ahmad Ibrahim Iskandar meninggal beberapa hari setelah dilahirkan.

1.3 Wafat
KH. Noer Muhammad Iskandar. SQ., MA wafat pada tanggal 13 Desember 2020, jam 13.41 WIB. Jenazahnya dimakamkan di kompleks Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ, MA memulai pendidikannya di pesantren tradisional Sumber Beras, Banyuwangi, Jawa Timur, yang langsung di asuh oleh ayahnya sendiri KH. Iskandar. 

Setelah menamatkan pendidikan dasar di madrasah ibtidaiyah, tahun 1967 melanjutkan ke PondokPesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, yang pada waktu itu di asuh oleh KH. Makhrus Aly. Di PondokPesantren Lirboyo beliau pernah memimpin ikatan santri Banyuwangi. Pada tahun 1974 beliau lulus dari PondokPesantren Lirboyo kemudian melanjutkan kuliah di PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an) Jakarta.

2.2 Guru-guru

  1. KH. Iskandar,
  2. KH. Mahrus Ali,
  3. KH. Baidhowi Iskandar,
  4. KH. Anwaruddin Iskandar,
  5. KH. Abu Hasan Sadlili Iskandar.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Mendirikan Pesantren
Sebelum menentukan pesantren, sahabatnya KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ, MA, Ir. H. Bambang Sudaryanto kepala PPL Pluit datang kemari, ia bercerita tentang kesuksesannya yang terkait dengan pantai Mutiara Indah, Pluit. Kedatangannya kali ini, ingin berterimakasih atas doa yang telah Kyai Noer berikan padanya.

Ia memberi hadiah kios kecil dan biaya untuk berangkat haji, syukur tiada tara atas hal tersebut. Kemudian ketika berada di dalam diri untuk berhaji ternyata pendaftarannya tutup sudah akhirnya Kyai Noer bertemu kawan lama H. ​​Rosyidi Ambari yang telah menjadi asisten agama saat itu. Ternyata H. Rosyidi sudah lama mencari Kyai Noer untuk mengawasi sebidang tanah di Kedoya untuk dijadikan lembaga pendidikan.

Untuk memberikan jawaban seperti biasa Kyai Noer harus menunggu isyarat langit, istikhoroh. Isyarat yang beliau dapatkan bahwa lahan itu memang baik dan prospektif. Meski begitu kepada H. Rosyidi beliau masih belum menjawab jawaban tidak menerima atau menolak. Beliau tetap menjawab tawarannya dari tanah suci.

Saat itu, beliau baru punya satu anak Noor Eka Fatimatuzzahra. Namun beliau tetap bisa bermain pada istrinya. Setelah mendengar berbagai pertimbangan dari beberapa kyai dan guru-guru. Pada tahun 1984, beliau menyatakan menerima itu kepada H. Rosyadi Ambari, namun H. Rosyadi membawa beliau ke rumah H. Djaani sehingga seluas 2000 meter tanah wakaf.

Langkah pertama yang beliau tangani adalah membangun musholah kecil dari triplek. Modal pembangunannya dari bapak H. Abdul Ghani putra ketiga H. Djaani. Seperti kisah sukses pada umumnya, Asshiddiqiyah pun merintis dengan keprihatinan. Bahkan kini di Kedoya dari lahan wakaf yang seluas 2000 M telah berkembang menjadi 2,4 hektare, Batuceper yang sudah berkembang menjadi 6 hektare, yang di Cilamaya menjadi 11 hektare dan yang di Cijeruk menjadi 42 hektare. Semua cabang-cabang ini sudah dalam perencanaan besar untuk perkembangan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah masa depan.

4. Organisasi dan Karir

Organisasi

  1. Menjabat Dewan Pembina Jam'iyyatul Qurra wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH NU),
  2. Fungsionaris DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Karir

  1. Pengasuh pesantren Asshiddiqiyah
  2. Pengasuh Majlis Ta‟lim Miftahul Ulum
  3. Menjabat sebagai anggota DPR RI pada tahun 1999

5. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Noer Muhammad Iskandar., SQ., M.A dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

6. Referensi
Asshidiqiyah.com

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 01 September 2022, dan terakhir diedit tanggal 13 Desember 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya