TGH. Muchammad Soleh Hambali (Tuan Guru Bengkel)

 
TGH. Muchammad Soleh Hambali (Tuan Guru Bengkel)
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Metode Pemikiran Tuan Guru Bengkel
3.2  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Karya-Karya
5.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Tuan Guru Haji (TGH) Muchammad Soleh Hambali atau yang akrab dengan sapaan Tuan Guru Bengkel lahir pada waktu Isya, hari Jum‘at, 7 Ramadhan 1313 H/21 Februari 1896 M di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Beliau merupakan putra terakhir dari pasangan Hambali bin Gore dengan Rahimah (alias Inak Fatimah).

Tuan Guru Bengkel merupakan keturunan Raja Selaparang dan mempunyai enam saudara, yaitu:

  1. Abu Bakar (alias Amak Gendeng),
  2. Qabul Ilyas (alias Amak Amsiah),
  3. Daimah (alias Inak Syamsiah),
  4. Hj. Khadijah (alias Inak Muhsin),
  5. Balok Kejuk (alias Inak Abdurrahman),
  6. Putraseh (alias Inak Rukaiyah).

Tapi sayangnya, sejak dalam kandungan Tuan Guru Bengkel harus ditinggal oleh ayahnya yang wafat. Dan karena itu pula, dua hari setelah kelahirannya, beliau diberi nama Muchammad Soleh oleh salah satu tokoh agama di Desa Bengkel yang bernama Haji Ali.

1.2 Keluarga
Setelah kepulangannya ke kampung halaman pada tahun 1916 hingga wafatnya pada tahun 1968, jumlah keseluruhan istri Tuan Guru Bengkel adalah 12 orang yaitu:

  1. Hj. Aminah
  2. Hj. Amnah
  3. Sumenep
  4. Hj. Jamilah
  5. Hj. Zainab
  6. Sarijah
  7. Hj. Aisyah
  8. Hj. Maimunah
  9. Hj. Fatimah
  10. Hj. Jawahir
  11. Hj. Halimah
  12. Hj. Aminah

Beliau menjalani poligami namun tidak pernah lebih dari empat orang istri, sebagian ada yang meninggal dan ada yang diceraikannya. Tuan Guru Bengkel dikarunia 8 orang anak, yaitu:

  1. Hj. Fatimatuzzahra
  2. M. Turmuzi
  3. M. Izzi
  4. M. Zaki
  5. M. Hakki
  6. Hj. Rukaiyah Mukminah
  7. Hj. Zainab Hidayah
  8. M. Tamam Shaleh

1.3 Wafat
Tuan Guru Bengkel wafat pada hari Sabtu, tanggal 7 September 1968 M/13 Jumadil Akhir 1388 H. Pada jam 17.00, jenazah Tuan Guru Bengkel dimakamkan, tepatnya di depan Masjid Jami' M. Shaleh Hambali yang sekarang.

Ketika itu, yang bertindak sebagai pembaca talqin adalah TGH. Ibrahim Khalidi, Kediri, Lombok Barat, Pimpinan Ponpes Islahuddiny. Sedangkan, yang menyampaikan kata-kata takziah adalah TGH. Abhar Pagutan, Lombok Barat.

Wasiat
Tuan Guru Bengkel menulis sebuah wasiat 18 hari sebelum beliau wafat. Wasiat tersebut ditulis oleh TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin. Dalam awal wasiatnya, tertulis dengan jelas berikut ini "…barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu sekalian…." 

Berikut ini wasita beliau selengkapnya:

Asssalmu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh 

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, was Shalatu was Salamu 'ala Asyrafil Mursalin wa 'ala Alihi wa Ashabihi Ajma'in. Amma Ba'du.

Syukur Alhamdulillah, saya ucapkan kepada Allah Subanahu wa Ta'ala bahwa pertemuan ini dapat kita langsungkan pada hari ini, barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu sekalian. Oleh karena itu saya amanatkan sebagai berikut:

  • Amalkan segala pelajaran dan petunjuk yang kamu peroleh dari saya dan usahakan agar pengetahuanmu bertambah dengan menuntut ilmu pada ulama Ahlussunnah wal Jama'ah
  • Selain dari itu saya minta padamu semua agar dipelihara terus Perguruan Darul Qur’an dan usahakan supaya berkembang menjadi besar
  • Peliharalah dan pertinggikan paham Ahlussunnah wal Jama'ah dan jagalah persatuan dan kesatuan antaramu semua.

Inilah amanat saya padamu dan peliharalah baik-baik.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Pada tahun 1903 M/1320 H ketika Tuan Guru Bengkel berumur tujuh tahun, bapak angkatnya H. Abdullah (Amak Rajab) menitipkannya mengaji Al-Qur’an dan sekaligus belajar tajwid pada Bapak Ramli (alias Guru Sumbawa) di Desa Bengkel. Dinamakan Guru Sumbawa, karena gurunya itu pergi mengaji Al-Qur’an pada seorang guru Al-Qur’an yang ahli tajwid di Taliwang, Sumbawa.

Selain itu beliau juga belajar kepada TGH. Abdul Hamid Pagutan, Lombok, untuk mendalami Al-Qur’an, ilmu fiqih, dan ilmu agama yang lainnya. Lima tahun kemudian orang tua angkatnya yang telah menjadi orang kaya di Desa Bengkel berniat untuk mengajak Tuan Guru Bengkel pergi menunaikan ibadah haji.

Tradisi haji di masa lalu, ketika seorang berniat menunaikan ibadah haji, maka biasanya mereka akan mukim di Tanah Suci untuk menunggu musim haji tiba sambil menuntut ilmu pada beberapa ulama yang ada di Tanah Suci. Hal tersebut dikarenakan sulitnya alat transportasi untuk pergi-pulang yang membutuhkan waktu yang sangat lama hingga berbulan-bulan.

Kemudian berangkatlah Tuan Guru Bengkel pada saat usianya dua belas tahun, yakni pada tahun 1908 M/1325 H, ke Tanah Suci melalui Labuan Haji di Lombok Timur bersama orang tua angkatnya, yaitu Amak Rajab dan Inak Rajab. Tetapi, rupanya Allah menakdirkan lain pada ibu angkatnya, yang wafat dua hari sebelum hari Tarwiyah haji pada tahun itu, tepatnya pada hari Jumat, 6 Dzulhijjah 1325 H/10 Januari 1908 M.

Pada tahun 1325 H/1908 M itulah awal mula Tuan Guru Bengkel menetap di Tanah Suci selama 9 (sembilan) tahun kurang tiga bulan setengah, untuk menimba ilmu pengetahuan. Pengembaraan ilmunya mengantarkan beliau hingga sampai di Madinah. Kebanyakan masa belajarnya dihabiskan di Makkah Al-Mukarramah, baik di Masjid Al-Haram maupun di rumah-rumah gurunya.

Guru-guru beliau tidak hanya yang berasal dari Makkah saja, namun dari negeri India sampai dari daerah Tanah Sasak dan Sumbawa. Tuan Guru Bengkel bukan merupakan orang pertama dari Tanah Sasak yang belajar di Tanah Suci, ada beberapa orang sebelumnya, seperti TGH. Umar Kelayu Lombok Timur dan TGH. Amin Pejeruk Ampenan dan beberapa orang lainnya yang berdomisili dan mengajar di Tanah Suci.

Selama berada di Makkah, Tuan Guru Bengkel tinggal di kampung Maulud Nabi dan kampung Maulud Ali. Beliau belajar dengan sistem talaqqi (face to face) yang merupakan tradisi yang masih sangat kental pada waktu itu. Pada awal mulanya, Tuan Guru Bengkel belajar Al-Qur’an pada TGH. Amin Pejeruk Ampenan di Masjid Al-Haram, Syaikh Misbah Al-Banteni di rumahnya, kampung Syib Ali Makkah dan juga belajar kepada TGH. M. Arsyad bin TGH. Umar Sumbawa di rumahnya kampung Syib Ali Makkah.

2.2 Guru-Guru
Kehausan akan ilmu pengetahuan tidak membuat Tuan Guru Bengkel puas hanya dengan belajar Al-Qur’an saja. Setelah belajar Al-Qur’an, beliau pun melanjutkan studi talaqqi-nya dalam ilmu agama pada beberapa orang guru, yang di antaranya adalah:

  1. Bapak Ramli (alias Guru Sumbawa)
  2. TGH. Abdul Hamid Pagutan
  3. TGH. Umar Sumbawa di Masjid Al-Haram
  4. TGH. Umar Kelayu Lombok Timur di rumahnya, kampung Syamiah Makkah
  5. TGH. Mali Lombok Timur di rumahnya kampung Jiat Makkah
  6. TGH. Mukhtar Abdul Malik Ampenan Lombok di kampung Sūq Lail Makkah
  7. Syekh Usman Serawak di Masjid Al-Haram
  8. KH. Mukhtar Bogor di Masjid Al-Haram
  9. Syekh Akhyar Jakarta di Masjid Al-Haram
  10. Syekh Salim Cianjur di rumahnya Kampung Qasyasyiah Makkah
  11. TGH. Abdul Ghani Jemberana Bali di rumahnya Kampung Suq Lail Makkah
  12. TGH. Abdurrahman Jemberana Bali di rumahnya Kampung Syib Ali Makkah
  13. TGH. Usman Pontianak Kalimantan di rumahnya Kampung Bab As-Salam Makkah
  14. TGH. Asy‘ari Sukarbele Lombok di rumahnya Kampung Maulud Nabi Makkah
  15. TGH. Yahya Jerowaru Lombok di rumahnya Kampung Suq Lail Makkah, Syaikh Sa'id Al-Yamani di Masjid Al-Haram
  16. Syaikh Hasan bin Syaikh Sa‘id Al-Yamani di Masjid Al-Haram
  17. Syaikh Shaleh Bafadhol Al-Yamani di Masjid Al-Haram, Syaikh Ali Maliki Al-Makki di Masjid Al-Haram
  18. Syaikh Hamdan Al-Maghribi di Masjid Al-Haram
  19. Syaikh Abdus Sattar Al-Hindi di Masjid Al-Haram
  20. Syaikh Sa‘id Al-Khadrawi Al-Makki di Masjid Al-Haram
  21. Syaikh Hasan Al-Ghastani Al-Makki di Masjid Al-Haram dan Syaikh Yusuf An-Nabhani di Masjid Al-Haram
  22. Syaikh Zain Serawak di Masjid Al-Haram dan Syekh Zainuddin Sumbawa
  23. Syaikh Ali Maliki Al-Makki
  24. Syaikh Ali Umairah Al-Fayumi.

Pada waktu menuntut ilmu, Tuan Guru Bengkel mendapatkan ijazah ilmu yang muttasil sampai Nabi Muhammad SAW dari beberapa gurunya, yaitu Syaikh Hasan bin Sa'id Al-Yamani dan Syaikh Ali Maliki Al-Makki serta dari guru Al-Qur’an-nya di Al-Madinah Al-Munawwarah, yaitu Syaikh Ali Umairah Al-Fayumi.

Belum ada data yang memberikan penjelasan mengenai kitab-kitab apa saja yang Tuan Guru Bengkel pelajari di Tanah Suci, hanya saja diberitakan dalam Manaqib Tuan Guru Bengkel secara umum bahwa pelajaran yang didalami adalah Al-Qur’an, dan ilmu agama. Namun, terdapat manuskrip/naskah kitabnya yang berjudul As-Siqayah Al-Maridah fi Asma’ Al-Kutub Al-Fiqhiyyah li Ashabina As-Syafi‘iyyah yang berisikan katalog kitab-kitab, khususnya Mazhab Syafi‘i yang belum selesai ditulis.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Metode Pemikiran Tuan Guru Bengkel
Pemikiran Islam Tuan Guru Bengkel memiliki sifat kontekstual dengan masyarakat Sasak, khususnya pada awal abad ke-20. Pengaruh Hindu yang merasuk kuat dalam tradisi dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Sasak, seperti dalam upacara pernikahan selalu diiringi dengan musik dan tarian, menjadi dasar Tuan Guru Bengkel menulis kitab pertamanya tentang hukum bernyanyi dan menari yakni Kitab Luqtah Al-Jawharah.

Di dalam kitab tersebut, Tuan Guru Bengkel tidak hanya membahas hukum tari dan lagu saja tanpa memberikan solusi alternatif, akan tetapi Tuan Guru Bengkel mengenalkan juga kehidupan sufistik bagi masyarakat Sasak pada waktu itu. Kehidupan sufistik yang ditawarkan oleh Tuan Guru Bengkel bukan hanya dalam bahasa kitab saja, akan tetapi beliau secara langsung telah menjalani dan menjadikannya sebagai baju kesehariannya.

Bukti kehidupan sufistik Tuan Guru Bengkel terlihat dari sikap tidak masuknya dalam wilayah politik praktis. Beliau lebih memilih hidup dengan para santrinya, anak-nak yatim piatu, dan masyarakat secara umum. Setiap hari beliau selalu menyempatkan makan bersama anak-anak yatim. Hidupnya adalah untuk berkhidmah kepada masyarakat.

Dipilihnya Thariqoh Qadiriyah Khalwatiyah sebagai bagian dari baju sufistiknya adalah karena wiridnya tidak terlalu menyibukkannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang lebih penting. Dalam pengertian lain bahwa kepentingan umat lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadinya.

Tuan Guru Bengkel melakukan dakwah secara bertahap. Pembebasan masyarakat Sasak dari kebodohan membaca Al-Qur’an adalah pekerjaan utamanya. Untuk menopang dakwahnya ini, beliau secara sadar membuat Perguruan Darul Qur’an wal Hadis. Oleh karenanya, ketika membaca Al-Fatihah menjadi rukun shalat dan untuk memahami agama harus merujuk kepada Al-Qur'an

Saat itu pula Tuan Guru Bengkel memandang perlu adanya kitab panduan belajar Al-Qur’an dan menulisnya dalam bahasa Arab Melayu dengan judul Hidayah Al-Athfal fi Tajwid Kalam Allah Al-Muta'al. Yakni, sebuah kitab dengan metode modern (tanya jawab) pada saat itu sehingga mudah dipahami sebagaimana yang dikomentari oleh Abdul Hamid bin Sulaiman, Mustafa Bakri Al-Bukhari dan Muhammad Rais Sukarbele.

3.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Tuan Guru Soleh Chambali (Tun Guru Bengkel) menjadi Rais Syuriyah PWNU NTB pertama dan aktif memulainya pada tahun 1953. 

4. Karya-Karya
Tuan Guru Bengkel menuangkan kreativitas intelektualnya melalui berbagai macam buku. Hal ini dilakukannya dalam rangka menjawab masalah pada zamannya. Tradisi terjemah atau syarh (penjelasan) suatu kitab tertentu dalam Bahasa Arab dan Arab Melayu merupakan tradisi pada masa itu dan juga masa sebelumnya.

Kreativitas intelektual yang dilakukan oleh Tuan Guru Bengkel dapat dipetakan menjadi empat bagian, yaitu:

  1. Karya terjemah (murni) dari suatu kitab tertentu. Misalnya, Al-Mawā‘iẓ Aṣ-Ṣāliḥiyyah fī Al-Aḥādīṡ An-Nabawiyyah yang merupakan terjemah dari Kitab Al-Mawā‘iẓ Al-‘Usfūriyyah.
  2. Karya ramuan, yaitu terjemah ditambah dengan beberapa pendapat lainnya dari beberapa kitab. Misalnya, Hidāyah Al-Aṭfāl yang merupakan terjemah dari Kitab Hidāyah Al-Mustafīd.
  3. Karya hasil ‘ijtihad’ sendiri atau dalam pengertian bahwa Tuan Guru Bengkel tidak menyebut dari kitab apa atau pendapat siapa yang dijadikan marāji’ (referensi). Misalnya, Buku Cempaka Mulia.
  4. Karya kumpulan atau ringkasan yang dilakukan oleh para muridnya, seperti Kitab Amalan dan Doa yang ditulis oleh Moh. Syawab (H. Saefuddin, Nazir Tuan Guru Bengkel).

Berikut ini merupakan hasil karya Tuan Guru Bengkel yang berupa kitab-kitab yang dapat ditemukan dan disusun berdasarkan tahun tertulisnya dalam kitab:

  1. Luqṭah Al-Jawharah fī Bayān Al-Ginā’ wa Al-Mutafaqqirah

Kitab ini belum diterbitkan dan masih dalam bentuk tulisan tangan. Pada bagian akhir naskah ini disebutkan bahwa kitab ini selesai ditulis pada tanggal 16 Ramadhan tahun 1351 H bertepatan pada hari Jum’at tanggal 13 Januari 1933 M. Kitab Luqṭah Al-Jawharah ini membahas masalah tasawuf, lagu, dan tarian serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Kitab ini masih lengkap berjumlah 51 halaman dan hanya halaman 28 dan 29 yang tidak ada (hilang) atau belum ditemukan. Tapi yang menaik, bahwa kitab ini masih dapat terbaca dengan jelas.

  1. Hidāyah Al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh Al-Muta‘āl

Adalah kitab yang membahas masalah ilmu tajwid dan merupakan terjemah dari Kitab Hidāyah Al-Mustafīd karangan Muhammad Mahmud yang dikenal dengan sebutan Abu Raimah dengan beberapa penambahan yang perlu. Kitab setebal 53 halaman ini selesai ditulis pada hari Selasa, 30 Januari 1934 M. Terdapat naskah Kitab Hidāyah Al-Aṭfāl tulisan tangan disusun rapi yang cukup tebal, yaitu 64 halaman, dan merupakan edisi revisi dari cetakan yang pertama, dilengkapi dengan gambar makhraj yang tidak didapat pada Kitab Hidāyah Al-Aṭfāl edisi pertama.

Pada halaman sampul Kitab Hidāyah Al-Aṭfāl edisi revisi ini tertulis “I‘lam, bahwasanya ini ṭaba‘ yang kedua kali terlebih baik daripada ṭaba‘ yang pertama, lagi ditambahi dengan kenyataan dan keterangan supaya mudah dipahami adanya.”

Sebenarnya naskah tersebut merupakan salah satu naskah yang akan dicetak kembali, akan tetapi belum atau tidak terwujud.

  1. Ta‘līm Aṣ-Ṣibyān bi Gāyah Al-Bayān

Merupakan kitab yang ditulis dengan metode tanya jawab dan membahas masalah tauhid, fikih, dan tasawuf. Pada hari Jum’at tanggal 13 Desember 1935 kitab ini selesai ditulis oleh Tuan Guru Bengkel. Jumlah halaman kitab ini cukup tebal, yaitu 101 halaman, yang diterbitkan oleh Penerbit dan Percetakan Salim bin Nubhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.

  1. Waṣiyyah Al-Muṣṭafā li ‘Alī Al-Murtaḍā

Ditulis pada tahun 1956 M. Kitab ini sampai sekarang belum dicetak dan naskahnya masih berbentuk tulisan tangan yang memerlukan pencarian yang lebih jauh untuk menemukan naskah yang lebih bisa terbaca dan lebih lengkap. Naskah ini berisikan nasihat atau petuah yang diberikan oleh Nabi saw. kepada Ali bin Abi Thalib. Naskah setebal 27 halaman ini membicarakan tentang fikih dan akhlak.

  1. Al-Mawā‘iẓ Aṣ-Ṣāliḥiyyah fī Al-Aḥādīṡ An-Nabawiyyah

Merupakan kitab hadis yang diterjemahkan dari kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Usfūriyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah. Kitab ini membahas empat puluh hadis Nabi dan dilengkapi dengan penjelasan nilai historisnya dan beberapa cerita sufi serta akhlak. Kitab ini dicetak pada tahun 1952 di penerbit dan percetakan Salim bin Nabhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.

  1. Manẓar Al-Amrad fī Bayān Qiṭ‘ah min Al-I‘tiqād

Kitab ini merupakan karangan gurunya, yaitu TGH. Umar Kelayu, yang ditulis pada tahun 1878 M dan Tuan Guru Bengkel yang telah mengedit dan menerbitkannya menjadi sebuah kitab atas izin dari anaknya, yaitu TGH. Abdullah bin Tuan Guru Umar Kelayu. Oleh karenanya, dalam hal ini, Tuan Guru Bengkel merupakan editor dari kitab Manẓar al-Amrad ini dan bukannya penulis sebagaimana yang didakwa oleh banyak muridnya.

Kitab Manẓar al-Amrad ini dicetak pada tahun 1949, yaitu sembilan belas tahun setelah wafatnya Tuan Guru Umar bersamaan dengan kitab karangan gurunya juga, yaitu Al-Lu’lu’ Al-Manṡūr tentang kisah Nabi Muhammad, seperti kitab Barzanji. Mengacu pada Kitab Al-Lu’lu’ Al-Manṡūr yang diterbitkan atas nafkah Persatuan Dagang ‘Akar’ Kelayu Lombok Timur dan atas seizin anak TGH. Umar, yaitu TGH. Abdullah Kelayu, maka dapat dikatakan bahwa Kitab Manẓar Al-Amrad diterbitkan oleh Penerbit Mulia Surabaya, dan hanya saja ini khusus atas nafkah/biaya Tuan Guru Bengkel.

Tuan Guru Bengkel mengedit dan mencetak kitab ini adalah sebagai penghormatan kepada gurunya yang wafat pada tahun 1930 M tepatnya pada tanggal 18 Rabiul Akhir 1349 H. Kitab Manẓar Al-Amrad ini merupakan terjemah dari beberapa kitab, yakni:

  1. Kitab Kifāyah Al-‘Awām karya Syaikh Al-Faḍālī
  2. Ḥāsyiyah Al-Bajuri karangan Syaikh Ibrāhīm Bajūrī
  3. Matn As-Sanūsī karya Imām Sanūsī Al-Mālikī
  4. Syarḥ As-Sanūsī karangan Syaikh Huḍūdī
  5. Ḥāsyiyah As-Syarqawi karangan Syaikh Abdullah As-Syarqawī
  6. Syarḥ Al-Jauhar karangan Syaikh Abd. As-Salām
  7. Ḥāsyiyah Tuḥfah Ar-Rāgibīn karangan Syaikh Alī Ruhbānī
  8. Syarḥ Al-Wusṭā karya Imām Sanūsī
  9. Ḥāsyiyah Dasūqī karangan Syaikh Muhammad Dasūqī.

Akan tetapi, dari berbagai rujukan itu, kebanyakan kitab yang dipakai dan diterjemahkan adalah Kitab Kifāyah Al-‘Awām yang berbicara masalah tauhid.

  1. Intan Berlian (Perhiasan) Laki Perempuan

Ada dua versi penulisan pada kitab ini dan terlihat dari perbedaan halaman covernya dan jumlah halamannya, yaitu naskah pertama tertulis sampai halaman 25, dan naskah kedua tertulis sampai halaman 28. Untuk naskah kedua ini terdapat penambahan sebanyak 4 halaman dengan tulisan tangan, yaitu masalah "tanbīh fī faḍl birr al-wālidain wa ḥuqūqihimā wa syu’m al-‘itq". Pada bagian terakhir kitab ini diungkap bahwa kitab ini selesai ditulis pada hari Selasa, 9 Oktober 1951.

Kitab Intan Berlian ini berbicara masalah akhlak rumah tangga (suami istri) berdasarkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali dan istrinya Fatimah Az-Zahra’.

  1. Jamuan Tersaji (pada) Manasik Haji

Kitab tentang haji yang komprehensif pada masa itu. Naskah yang lengkap disertai dengan gambar penentu arah kiblat dan selesai ditulis pada hari Jum’at, 8 Oktober 1954 M bertepatan dengan 10 Shafar 1374 H.

  1. Risalah yang Kecil Sekali pada Menyatakan Thawaf Perempuan yang Haid atau Nifas

Merupakan terjemah dari kitab karya Najmuddīn Abdurraḥmān bin Syamsuddīn Ibrāhīm. Kitab ini diperoleh dari H. Saefuddin Bengkel beserta Kitab Jamuan Tersaji dan belum dicetak. Dinamakan risalah kecil sekali karena jumlah halamannya yang hanya 9 halaman beserta halaman muka. Risalah kecil ini selesai diterjemahkan pada tanggal 10 Shafar 1374 H bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1954 M. Risalah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan masih dapat dibaca dengan jelas.

  1. Cempaka Mulia Perhiasan Manusia

Merupakan kitab akhlak dengan jumlah 29 halaman yang ditulis pada tanggal 15 Muharram 1376 H bertepatan dengan hari Rabu, 22 Agustus 1956 M. Dari segi bentuk tulisan, naskah Kitab Cempaka Mulia ini terlihat dari satu sumber saja, atau dalam bahasa lain satu penulis, kemudian dicopi dan disebarkan kepada para murid. Naskah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan belum dicetak.

  1. Bintang Perniagaan pada Kelebihan Perusahaan

Kitab yang membahas tentang usaha perdagangan atau dapat dikatakan kitab tentang manajeman usaha, yang ditulis delapan tahun sebelum Tuan Guru Bengkel wafat, yaitu pada tahun 1960. Jumlah halaman kitab ini sebanyak 58 termasuk 1 halaman sampul, 2 halaman komentar, dan 2 halaman keterangan. Kitab ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pribadi Surabaya dan masyhur di kalangan murid dan masyarakat.

  1. Jalan Kemenangan yang Benar (pada) Menyatakan Jalan Taubat yang Sebenarnya

Kitab ini merupakan terjemah dari kitab karangan gurunya, yaitu Syaikh Muhammad Alī bin Ḥusain Al-Malikī Al-Makkī yang berjudul Manhaj Al-Fauz Aṣ-Ṣāliḥ bi Bayān Sabīl At-Taubah An-Naṣūḥ. Pada bagian akhir dari kitab ini, Tuan Guru Bengkel menambahkan dengan beberapa doa.

Kitab ini berbicara mengenai konsep taubat yang benar dan implementasinya. Kitab ini mulai ditulis pada hari Ahad, 8 November 1964 yang bertepatan dengan tanggal 3 Rajab 1384 H. dan dalam kitab ini tidak disebutkan kapan selesai ditulis, yang biasanya ditulis pada akhir kitab. Kitab ini juga belum dikomentari oleh para Tuan Guru Tanah Sasak.

  1. Wirid 17 (Rātib Al-Barakah)

Kitab kecil Wirid 17 ini merupakan wirid atau Rātib Al-Barakah yang ditulis oleh Syaikh Al-Barakah Al-Qudwah Umar bin Abdurrahmān bin Aqīl bin Salīm bin Abd Allāh bin Abdurrahmān Bā'alawī Al-Haḍramī. Kitab ini diedit/disalin oleh Tuan Guru Bengkel dan dicetak olehnya. Ust. M. Sahyun Abdullah adalah sekretarisnya yang menulis kitab ini untuk dicetak di Surabaya. Kitab ini masih dapat terbaca dengan jelas dan berjumlah 10 (sepuluh) halaman termasuk halaman depan/covernya.

Wirid ini sebaiknya atau dianjurkan untuk dibaca sesudah mendirikan shalat Isya' tiap malamnya dan pada bulan Ramadhan sebelum shalat Isya' dan setiap pagi dan sore bagi siapa saja yang mempunyai hajat mendesak kepada Allah. Tidak ada catatan tertulis mengenai kapan kitab kecil ini ditulis, hanya saja pada bagian akhir kitab ini tertulis bahwa dikirim oleh seorang mufti Makkah, Syaikh Ḥasan Sa'īd Al-Yamānī yaitu guru Tuan Guru Bengkel, pada tahun 1375 H/1955 M dan kemudian ditulis ulang dan diedit dan diberi kata pengantar oleh Tuan Guru Bengkel pada tahun 1965 M.

  1. As-Siqāyah Al-Marīḍah fī Asmā’ Al-Kutub As-Syāfi‘iyyah

Merupakan katalog nama-nama kitab Mazbah Syafi‘i yang disertai dengan pengarang, juga sekaligus nasab mereka. Kitab ini sebagaimana kitab Cempaka Mulia, sepertinya belum selesai disalin, atau mungkin telah selesai disalin, hanya saja baru didapat beberapa halaman saja.

  1. Permaiduri

Nama kitab ini didapat dari penuturan dan manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Menurut TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin, naskah ini merupakan kitab yang membahas masalah akhlak. Kitab ini belum ditemukan sampai sekarang.

  1. Ilmu Al-Manṭiq

Nama Kitab ‘Ilmu Al-Manṭiq, akan tetapi sampai sekarang kitab ini belum ditemukan. Nama kitab ini dan kitab Permaiduri kemudian secara jelas didapatkan dari catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin yang ditulis setelah tulisan tentang wasiat Tuan Guru Bengkel yang dinukil oleh TGH. Azhar Bagu.

  1. Dalīl Al-Ḥaul

Merupakan kitab yang memuat dasar dan argumen bolehnya mengadakan haul. Kitab ini didapat dari manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Jumlah halaman kitab ini adalah 22 halaman. Kitab ini mengambil rujukan dari Al-Qur’an, Kitab Żakhīrah Al-Ma‘ād Syarḥ Rātib Al-Ḥaddād, dan Pendapat TGH. Mutawalli Jerowaru bin TGH. Yahya.

  1. Piagem beserta Ajat Qoer’an

Merupakan penjelasan tentang tafsiran beberapa ayat-ayat Al-Qur’an, huruf-huruf dan Al-Asmā’ Al-Husnā. Dalam kitab ini juga dijelaskan tentang silsilah keturunan Tuan Guru Bengkel beserta beberapa persoalan fikih. Kitab ini ditulis tangan dengan sebagian memakai bahasa Indonesia Latin dengan ejaan lama dan sebagian lainnya terutama pada hal silsilah memakai tulisan Arab Melayu. Jumlah halaman kitab ini adalah 9 halaman.

  1. Doa dan Zikir

Merupakan lembaran yang terserak penuh dengan amalan zikir dan doa yang disalin oleh para katibnya. Ada juga yang dalam bentuk kumpulan yang disusun oleh muridnya, seperti yang dilakukan oleh H. Saefuddin.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:

  1. Republika.id
  2. NU Online

Artikel ini sebelumnya diedit pada tanggal 07 September 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 21 Februari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya