Potret Tradisi Kupatan di Tengah Pandemi Corona

 
Potret Tradisi Kupatan di Tengah Pandemi Corona

LADUNI.ID, Madiun - Tradisi Iebaran ketupat atau yang biasa dikenal oleh warga Kota Madiun dengan sebutan Kupatan, biasanya dirayakan sepekan pasca Hari Raya ldul Fitri. Kegiatan ini juga dikenal sebagai hari raya kecil.

Ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong anyaman daun kelapa yang masih muda (janur). Masyarakat biasanya membuat sendiri anyaman tersebut, Ialu diisi dengan beras yang telah direndam air. Selanjutnya ketupat tersebut direbus berjam-jam sampai matang.

Makan ketupat biasanya disajikan dengan Iauk opor ayam, sambal goreng, rendang, atau sayur Iabu siam. Ditambah taburan bubuk kacang dan kerupuk udang semakin menggugah selera.

Kini, tak perlu bersusah payah untuk membuat ketupat dl rumah. Banyak pedagang pasar yang menjualnya dalam keadaan matang. Bahkan. penjual sayur kelillng juga membawanya untuk mempermudah pembell mendapatkannya.

Kebanyakan warga Kota Madiun pun memperingati Kupatan dengan makan sajian ketupat bersama keluarga. Atau, sebagai suguhan ketika ada tamu datang ke rumah untuk bersilaturahmi. Selama sepekan penuh, selalu tersedia ketupat di rumah-rumah warga yang merayakannya.

Tradlsi Kupatan pertama kali dikenalkan oleh Sunan Kalijaga. Ketupat atau kupat berasal dari singkatan ngaku Iepat, atau mengakui kesalahan. Pada Hari Raya Idul Fitri. umat musllm saling mengakui kesalahannya masung-masing. Serta, saling memberikan maaf tehadap sesama. Karena Itu, sajian ketupat dipillh untuk menemani kegiatan silaturahmi.

Bungkus ketupat terbuat dari janur kuning merupakan lambang penolak bala. Sedangkan, bentuk segi empat menyiratkan prinsip dan kiblat papat lima pancer. Artlnya, ke manapun manusia pergl. pasti akan kembali kepada Allah.

KibIat papat lima pancer juga menggambarkan empat macam nafsu dunia. Yakni, nafsu emosional, nafsu untuk memuaskan rasa lapar, nafsu dalam memiliki sesuatu yang indah, dan nafsu memaksakan diri. Keempatnya telah bemasn dnaklukkan selama Ramadhan.

Sedangkan, anyaman ketupat menyiratkan kesalahan-kesalahan manusua. Wama putlhnya melambangkan kesucian yang telah diralh karena saling bermaafan. Sementara itu, beras melambangkan kemakmuran di Hari Raya Idul Fitri.

Meski di tengah pandemi Covid-19 ini banyak daerah yang membatalkan kegiatan tradlsi Kupatan, namun tak menyurutkan semangat warga dalam merayakannya. Namun, dengan cara yang berbeda. Tak ada pesta atau makan bersama tetangga secara besar-besaran. Misalnya, dengan makan ketupat di masjld dengan jumlah massa yang minimal. Atau, hanya di rumah masing-masing warga.

Meski demikian, perayaan yang jauh dari kata meriah ini tak akan melunturkan fllosofi dari tradlsi Kupatan. Karena, pada intlnya saling bermaafan dan berupaya menjadi insan yang Iebih balk merupakan hal yang terpentlng.


*) WS Hendro, Madiun Today