Biografi Habib Al Walid Muhammad bin Alwi bin Husin bin Hood Al-Atthas

 
Biografi Habib Al Walid Muhammad bin Alwi bin Husin bin Hood Al-Atthas
Sumber Gambar: Foto Ist

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.   Teladan
5.    Referensi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
Al habib Walid Muhammad lahir di Desa Subik, Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. Beliau lahir pada tanggal 14 Mei 1934, beliau merupakan putra dari Al Habib Alwi bin Husin bin Hasan Al bin Hood Al-Atthas dan ibunya bernama Rugayyah binti Alwi bin Abdullah bin Sahl Jamalullail. Desa Subik ini adalah suatu daerah nelayan yang berhadapan dengan teluk Mandar, terletak diantara dua wilayah yaitu Majene dan Polewali.

1.2 Riwayat Keluarga
Al Habib Walid Muhammad menikah pada umur 21 tahun dengan Syarifah Khadijah binti Alwi bin Ali Assofi Asseggaff.

1.2 Wafat
Sebulan sebelum meninggal Habib Zainal Abidin sempat bertemu dengan Al Habib dirumahnya, Al Habib berpesan “Ya Waladi, jangan engkau ikuti orang-orang yang berpegang di luar salaf kita, ikuti salaf-salaf kita suatu saat nanti mereka yang keluar dari salaf kita akan hancur sehancurnya,” sembari beliau mengantar Habib Zainal Abidin ke luar.

Habib Al Walid Muhammad wafat pada tanggal 6 Februari 1995 dunia dan dimakamkan di kompleks pemakaman Al Habib Ahmad bin Alwi Al Umar Al Haddad (Habib Kuncung, dibelakang Kalibata Mall, Jakarta).

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Al Habib datang ke banyak orang hanya untuk belajar memahami ilmu nasab, sehingga beliau membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menguasai ilmu nasab. Beliau tidak menguasainya dengan tiba-tiba atau dengan memiliki niat untuk kepentingan tertentu demi mencari kedudukan di mata manusia. Beliau mempelajari ilmu nasab ini jauh dari kepentingan pribadi ataupun golongan.

Ada suatu kejadian yang membuat Al Habib terpacu untuk belajar ilmu nasab, yaitu ketika hendak memulai belajar silsilah, beliau banyak mendapat sindiran yang malah membuatnya termotivasi untuk belajar dan membuktikan ketidakbenaran ucapan orang-orang tersebut.

Pada waktu itu ada ucapan yang mengatakan bahwa, “Mana mungkin orang dari pedalaman bisa mengerti nasab,” dan ternyata perkataan ini terbantahkan. Al Habib memegang kendali dalam menjaga kemurnian dan kelestarian ilmu nasab.

Al Habib mematahkan perkataan orang yang meragukan kemampuan beliau, dan ternyata orang yang berasal dari daerahpun mampu memegang kendali ilmu nasab ini setelah belajar puluhan tahun dengan berkeliling kemana-mana. Al Habib berkeliling Indonesia bahkan semenanjung Melayu, Al Habib juga punya hubungan yang baik dengan beberapa orang ahli nasab masa itu.

Diantaranya adalah Al Isa bin Muhammad bin Al Qatmyr Al-Kaff, Al Habib Ibrahim bin Muhammad Al Kaff Singapura dan beberapa ahli nasab yang lainnya. Beliau juga mendidik beberapa santri untuk menjadikan mereka ahli nasab di masa depan. Diantara santrinya ialah Al Habib Zainal Abidin bin Segaf Assegaf yang waktu itu masih berumur 30 tahun.

 2.2 Guru-Guru
Al Habib Isa bin Muhammad bin Al Qatmyr Al-Kaff (Siangpura)
Al Habib Ibrahim bin Muhammad Al Kaff (Singapura)

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Masa kanak-kanak Habib Muhammad dihabiskan di daerah ini, hingga suatu masa beliau diajak oleh pamannya yang bernama Al Habib Ali bin Husin bin Hasan bin Hood Al-Atthas untuk merantau ke tanah Jawa, tepatnya di daerah Pekalongan. Karena tidak betah dengan suasana baru ini Al Habib pulang kembali ke Ujung Pandang.

Pada umur 15 tahun Habib Muhammad kembali merantau ke tanah Jawa tepatnya di daerah Surabaya, di sini beliau bekerja pada Al Habib Ja’far Aidid. Setelah menikah Al Habib mendapat kepercayaan yang besar dari Al habib Alwi bin Ali Assofi Asseggaff yang juga merupakan mertua beliau untuk mengelolah pabrik tenun kain sarung secara penuh yang berada di daerah Gapuro, Gresik.

Al Habib beserta keluarga hijrah ke Jakarta pada tahun 1981 di Jl. Cililitan Kecil, Jakarta Timur dan pada tahun 1989 beliau memegang kendali dalam menjaga kemurnian dan kelestarian ilmu nasab ini, bahkan hingga akhir hayatnya.

5. Teladan
Saat itu beliau tinggal di Gresik, di samping mempunyai relasi dagang yang cukup luas dari berbagai daerah di Indonesia, beliau juga sering menerima kunjungan tamu dari berbagai lapisan masyarakat Alawiyin yang ada di Jawa Timur.

Kegemaran Al Habib terhadap nasab ini telah dimulai sejak beliau masih muda, di mana waktu itu masih banyak Wulaiti (kaum yang lahir di Hadramaut). Dalam setiap acara beliau selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi dan bergaul dengan segala golongan, dan secara sungguh-sungguh menanyakan nama qabilahnya, asal daeranya dan berbagai masalah yang berkaitan dengan nasab.

Terkadang Habib Muhammad juga menyempatkan diri untuk berkunjung dengan wulaiti demi menanyakan permasalahan sekaligus belajar mengenai ilmu nasab. Pernah suatu saat ketika ada acara, Al Habib datang dengan membawa air untuk cucian tangan guna melayani wulaiti, beliau menggunakan kesempatan yang sesaat itu untuk berkenalan sekaligus mengenal orang lain.

6. Referensi
ahlussunnahwaljamaah.wordpres.com

Artikel ini sebelumnya dibuat tanggal 30 Maret 2021, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 6 Februari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya