Biografi Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid, Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Jombang

 
Biografi Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid, Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Jombang

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga

2     Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
3.2  Kiprah di Nahdlatul Ulama

4.    Karir-Karir
5.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Dakwah

1.1 Lahir
Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid lahir pada 12 Maret 1944 di Jombang. Beliau merupakan putri pertama dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Wahab Chasbullah dan Siti Rahma. Adik-adik beliau diantaranya: Nyai Hisbiyah Rohim, Nyai Munjidah Wahab, KH. Muhammad Hasib Wahab dan KH. M. Roqib Wahab.

Beliau terlahir dari keturunan tokoh besar, jika diurut dari silsilah keluarga Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Nyai Machfudhoh adalah keturunan dari Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Pendiri dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum adalah Abdussalam, dia termasuk keturunan raja Brawijaya dari majapahit sebagaimana silsilah berikut: Abdussalam putra Abdul Jabbar putra Ahmad putra Pangeran Sumbu putra Pangeran Benowo putra Jaka Tingkir atau Mas Karebet putra Lembu Peteng Aqillah Brawijaya.

1.2 Riwayat Keluarga
Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid menikah dengan putra KH. Abdullah Ubaid yang bernama KH. Aly Ubaid. Mereka menikah pada tahun 1962. Namun setelah menikah Kyai Aly Ubaid kembali ke Makkah dan pada Agustus 1963 diadakan resepsi pernikahan. Setelah pernikahannya, beliau pindah ke Tebet, Jakarta. Nyai Machfudhoh dan KH. Aly Ubaid dikaruniai seorang putri, yaitu Ulfah Masfufah yang menikah dengan M. Mujib dikaruniai 2 putri dan seorang putra, yaitu:
1. Nabila Maulidyah,
2. M. Masrur Maulidi,
3. Nazihan Nabihah.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Masa kecil Nyai Machfudhoh adalah masa kecil yang bahagia, meskipun beliau lahir ketika Indonesia masih menjadi tanah jajahan, beliau tidak pernah merasakan susahnya jaman tersebut, seperti tidak makan dan lain sebagainya. Sejak kecil Nyai Machfudhoh belajar kepada ayahnya sendiri seperti belajar kitab, sedangkan belajar mengaji Al-Qur’an beliau diajari oleh ibunya, Nyai Siti Rahma. Nyai Machfudhoh sejak kecil sering sakit oleh karenanya kerap kali beliau dimanja, sering mimisan, bisulan dan sesak nafas.

Sebagai seorang anak-anak beliau juga suka bermain, Nyai Machfudhoh suka permainan yang penuh tantangan. Beliau juga suka bermain dengan saudara dan teman laki-laki. Ketika kecil pada Zaman Belanda beliau sering bermain perang-perangan dan membuat bungker tiruan. Sejak kecil Nyai Machfudhoh dididik dengan kasih sayang, KH. Wahab Chasbullah sering kali bercerita tentang kisah sahabat kepada anak-anaknya.

Beliau bercerita dalam berbagai kesempatan. Bukan hanya cerita sahabat, ketika dalam perjalananpun KH. Wahab Chasbullah menceritakan tentang kota-kota yang dilewatinya, seperti ketika lewat Solo maka beliau akan bercerita tentang keraton Solo. Dalam hal shalat, beliau benar-benar diperhatikan oleh KH. Wahab Chasbullah, sejak kecil beliau didekte shalat oleh sang ayah, mulai dari bacaan-bacaan yang dibaca ketika sujud, ruku begitupun dengan wudhu.

Setelah melakukan dekte biasanya ayahnya memberi koreksi terhadap kekurangannya. Masa-masa kecilnya dilatih untuk berbagi, menyambung silaturrahim dan dikenalkan dengan organisasai NU. Nyai Rahma, Ibunya Nyai Machfudhoh mengajari berbagi dengan cara Nyai Machfudhoh suruh ngirim makanan ke Mbahnya, Nyai Latifah.

Selain itu, KH. Wahab Chasbullah juga memberi teladan kepadanya. Ketika KH. Wahab Chasbullah pulang dari Jakarta, beliau membawakan oleh-oleh dan membaginya kepada keponakan-keponakan. Adapun masa pengenalannya kepada organisasi dimulai dengan seringnya beliau diajak pengajian, maulid Nabi, Rojabiyah, dan juga hari Kartini.

Sejak kecil pula beliau diajak oleh ayahnya mengikuti kegiatan NU. Ketika ada muktamar atau konferensi Nyai Machudhoh suka ikut walaupun disana beliau hanya main-main, melihat bazar, dan makan-makan. Sekitar kelas 4 Sekolah Dasar Nyai Machfudhoh sudah ikut kelompok diba’an Fatayat keliling. Jika ada kegiatan diba’an beliau selalu berada di barisan paling depan.

2,2 Guru-Guru
1. KH. Wahab Chasbullah,
2. Nyai Siti Rahma.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Sejak tahun 1994 atau pada awal-awal Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, beliau dibantu oleh adiknya Gus Roqib dan istrinya mengasuh pondok karena pada saat itu beliau menjadi ketua Wanita Persatuan pusat dan wakil ketua departemen Dakwah DPP PPP yang harus bolak balik Jakarta-Jombang.

Setiap satu bulan satu kali beliau datang melihat kondisi pesantren dan santrinya. Saat itulah beliau manfaatkan untuk mengisi materi dan memberi motivasi kepada para santri.

Diawal kepengasuhan, karena masih ada suaminya, Kyai Aly lah yang paling rajin mengisi materi untuk para santri, sedangkan Nyai Machfudhoh seringnya dua bulan sekali. Nyai Machfudoh merupakan sosok yang perhatian terhadap santrinya, beliau memperhatikan struktur kepengurusan dan materi pengajian.

Beliau melakukan pendataan ulang para ustadz-ustadzah yang mengajar dan melakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali. Dari forum evaluasi tersbut beliau mengetahui ustadz-ustadzah yang aktif mengajar dan tidak, kemudian mencari solusinya. Dengan cara tersebut beliau dapat membenahi pesantren. Selain itu beliau juga mengadakan pertemuan dengan wali santri setiap tahun ajaran baru.

Beliau adalah pengasuh yang perhatian terhadap santrinya, beliau tidak melarang santri untuk mengikuti kegiatan ataupun organisasi diluar pesantren, namun tetap dalam peraturan pesantren. Kegiatan yang diikuti santri seperti ekstrakurikuler di sekolahan dan ORDA (Organisasi Daerah).

3.2 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Keterlibatan Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid dalam dunia politik berawal ketika Ibu Asma Sahroni, sebagai ketua umum PP Muslimat NU, sering mengajaknya untuk dialog tentang permasalahan yang terjadi pada masyarakat. Dari berbagai perbincangan tersebut akhirnya menjadikan beliau pada tahun 1976 sebagai ketua umum Fatayat NU.

Menjadi ketua PW Fatayat NU adalah hal yang tidak diduga beliau. Saat itu yang siap menjadi ketua adalah Ibu Cicik Mukafi, tetapi beliau harus ke Bojonegoro setelah suaminya meninggal. Kemudian, semestinya Ibu Khotimah yang menjadi ketua tetapi beliau pulang ke Malang. Maka PW Fatayat NU menjadi vakum. Pada saat PP. Fatayat NU mengadakan konferensi wilayah, Nyai Machfudhoh diminta untuk memimpin sidang tata tertib.
1. Menjabat ketua umum Fatayat NU 1976,
2. Saat itu beliau belum pernah memimpin sidang. Akhirnya beliau bersedia memimpin sidang dan sidang berjalan dengan baik, selanjutnya beliau terpilih menjadi ketua Fatayat NU wilayah DKI Jakarta,
3. Menjabat sebagai Wakil Ketua Dept. Dakwah DPP PPP,
4. Menjabat Ketua I Pucuk Pimpinan Muslimat NU,
5. A'wan PBNU 2015-2020.

4. Karir-Karir
1. Ketua I Yayasan STAJ (Sekolah Tinggi Agama Islam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang), dan menjadi mengurus pesantren,
2. Selain itu, Nyai Machfudhoh juga menangani majlis ta’lim dan anak yatim di Tebet Timur mulai tahun 1983,
3. Kemudian karier beliau terus berlanjut, hingga pada tahun 1986 menghantarkan beliau, menjadi anggota MPR menggantikan Pak Yahya Ubaid karena wafat,
4. Menjabat anggota DPR RI pada tahun 1987.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Muslimat NU

Artikel ini sebelumnya diedit pada tanggal 12 Maret 2022 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 12 Maret 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya