3 Ulama Paku Bumi Tanah Banten Paling Keramat yang Masih Hidup

 
3 Ulama Paku Bumi Tanah Banten Paling Keramat yang Masih Hidup

LADUNI.ID, Jakarta - Banten merupakan Provinsi seribu Kiyai dan sejuta santri itulah julukan untuk provinsi yang satu ini tak heran jika nama Banten terkenal di seluruh Nusantara bahkan dunia internasional sebab ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi Al Bantani adalah kelahiran di Serang Banten yang Sampai detik ini karya kitab-kitabnya  rutin dikaji berbagai Pesantren hingga universitas dalam negeri sampai keluar negeri.

Provinsi yang dikenal dengan seni debus nya ini disebut-sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat luar biasa, berikut  tiga ulama Banten paling kramat yang masih hidup hingga saat ini

1. Abuya Syar'i Ciomas Banten

Abuya Tubagus Ahmad Syar'i Ciomas Banten, merupakan sosok ualama yang saat ini paling diakui keberadaannya sebagai paku bumi di Banten, beliau merupakan satu-satunya murid Syekh Nawawi Al Bantani sekaligus ulama satu angkat dengan Mbah Hasyim Asy'Ari pendiri Nahdlatul Ulama

Kini usianya sudah mencapai kisaran 140 tahun tentunya sudah sangat sepuh. Ulama yang satu ini sangat jarang dikenal oleh orang umum di Nusantara tak jarang di Banten sendiri dikarenakan memang Beliau jarang keluar terlihat publik, kesehariannya hanya berdiam di rumah dan menerima tamu yang datang kerumah. banyak tamu yang datang sekedar meminta doa dan barokah dari beliau.

Beliau disebut-sebut sebagai pemegang golok ciomas, golok yang bukan sekedar golok biasa, tapi golok ini merupakan golok prasejarah yang menjadi wasilah terusirnya orang-orang badui saat mereka menyerang Banten

2. Abuya Muhtadi Cidahu Pandeglang Banten

Merupakan salah satu ulama yang diakui sebagai pakunya tanah Banten seorang ulama yang terdaftar dalam jajaran mustasyar PBNU, Beliau adalah seorang putra dari Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang ayahnya merupakan seorang waliyullah yang sangat masyhur tak hanya di nusantara namun juga dunia internasional.

Pernah suatu ketika Abuya Dimyati pernah dipenjarakan oleh Salah satu partai politik namun anehnya ketika Abuya Dimyati di dalam penjara semua penjaga Lapas yang ada disitu selalu merasakan hal yang aneh seperti muntah-muntah, sakit perut dan buang air besar terus menerus, atas kejadian tersebut kemudian dalam jangka waktu singkat Abuya Dimyati dibebaskan dari penjara.

Abuya Muhtadi merupakan sosok ulama kharismatik yang mempunyai banyak karomah, banyak murid-muridnya yang secara langsung melihat karomah beliau, salah satunya yang terkait dengan Banjir sekitar daerah Serang belakangan ini yang menghanyutkan banyak korban bangunan toko besar dan barang-barang berharga lainnya.
Sebelum terjadi banjir besar di Serang malam harinya Abuya Muhtadi melakukan ritual dzikir yang cukup lama Setelah usai dikira beliau keluar lalu berkata pada orang-orang yang berada di situ " Banten sudah tidak dapat tahan lagi oleh saya" orang-orang yang berada di tempat tersebut bingung apa maksud Abah Muhtadi, apa yang akan terjadi dengan banten, biasanya kalau Abah berkata begitu tak lama lagi akan ada hal besar yang akan terjadi di Tanah Banten, benar saja esokan harinya sekitar waktu subuh Banten berduka khususnya yang berada di daerah Serang dan sekitarnya terjadi banjir besar yang luar biasa.

3. Abuya Munfasir Padarincang Banten

Penampilan yang sangat bersahaja membuat orang yang melihatnya bergetar, wajahnya bersinar, beliau bagai magnet kehidupan, Ulama paku bumi Banten yang terakhir adalah Abuya Munfasir yang bertempat tinggal di Padarincang Serang Provinsi Banten, beliau mempunyai Pesantren yang tanpa nama terletak di kaki Bukit Padarincang.

Abuya Munfasir dulunya seorang dosen IAIN di Kota Cirebon setelah itu beliau hijrah kembali ke Padarincang beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah dan membangun sepetak gubuk dan sisa selebihnya beliau sumbangkan.

Pada saat krisis moneter di mana keadaan sangatlah paceklik, sampai sampai pada saat itu katanya untuk makan 1 biji telur saja harus dibagi 7, cerita beliau.
Abunya Munfasir hanya menerima santriLaki-laki yang jumlahnya maksimal 40 orang saja, akan tetapi belum pernah santrinya mencapai angka 40 orang.

Abuya menerapkan Beberapa syarat untuk dapat mondok dan menuntut ilmu di tempatnya salah satunya dengan tidak diperbolehkannya membawa apapun hanya baju yang melekat di badan saja yang diperbolehkan untuk dibawa ke pondok beliau, selain dites agar sanggup berpuasa selama 40 hari sambil berbuka dan sahur nya hanya dengan 3 Teguk air saja tidak lebih.

Setelah melewati cara pengetesan ini Abuya mengharuskan santri untuk berpuasa dengan umbi-umbian yang tidak diperbolehkan untuk dimasak atau terkena api pada taraf ini santri harus mengiringi puasanya dengan membaca Al Quran 10 juz per harinya ketika semua sudah dilewati sampailah kita pada syarat yang bisa dibilang syarat tertinggi yang diberikan oleh Abuya yaitu harus puasa mutih berpuasa dengan hanya nasi putih dan garam saja dan berpuasa dari segala omongan atau tidak berbicara jadi jangan heran ketika berkunjung ke tempat beliau akan menemukan santri-santri beliau yang tidak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun.

Syarat-syarat yang di berikan beliau memang terlihat sangat berat tapi beliau punya manhaj sendiri untuk menjadikan santri-santrinya memiliki hati yang bersih salah satunya melalui jalan tasawuf