Nukilan Rindu: Sepotong Kisah Syeikh Said bin Syeikh Armia

 
Nukilan Rindu: Sepotong Kisah Syeikh Said bin Syeikh Armia

LADUNI.ID, Jakarta - Di masa Habib Husen Bin Muhammad Bin Ali Al-Haddad masih kecil, beliau menghadiri haul di Cikura. Setiba di area kediaman KH Said, beliau mengikuti terus arah KH Said berjalan.

Saat itu, sepanjang perjalanan di area pegunungan dengan berliku-liku, Cikura yang sangat indah dengan kesuburan tanahnya menghijau tanaman di sisi kiri kanan menyejukkan mata. Tanaman yang sedang berbuah adalah tanaman jeruk. Di mana-mana terhampar tanaman jeruk dengan buah yang sangat lebat. Begitu juga di pekarangan dan halaman penduduknya dipenuhi lebatnya tanaman jeruk yang ranum.

Habib Husen kecil pun menginginkan jeruk,”Kyai Said… Saya pengen jeruk, Kyai Said,” katanya sambil menunjuk kearah tanaman jeruk.

“Ohh sampeyan pengen jeruk Bib? Kalau sampeyan pengen… sebentar lagi… jangan yang ini… nanti di sana ya..,”jawab KH Said sambil mengalihkan menuju ke tempat lain.

Berjalanlah keduanya agak jauh. Hingga tiba di sisi tanah dengan tanaman jeruk yang sangat lebat.

“Bib… Itu tanaman jeruknya. Bila Habib pengen jeruk, ambillah semau Habib,” kata KH Said.

“Iya Kyai?,” tanya Habib Husen kecil kegirangan dan seakan tak percaya.

“Iya Bib,” jawab KH Said.

Dengan sigap gembira memetiklah beberapa buah jeruk cukup banyak dan dibawa pergi untuk menuju kediaman KH Said kembali.

Setiba di sana, Habib Husen kecil menikmati buah jeruk yang baru dipetiknya. Beliau merasakan rasa yang teramat lezat nikmat, yang selama ini belum pernah dirasakannya. Dengan lahapnya karena nikmat tiada tara.

Satu demi satu akhirnya jeruk pun habis. Namun .. Habib Husen kecil masih ingat jalan arah dimana tanaman jeruk yang amat lezat ini berada. Beliau pun beringsut menuju ke sana. Toh sudah mengantongi izin dari KH Said untuk mengambil semaunya. Tengak tengok dicarinya tanaman yang tadi dipetiknya, ternyata tidak ada. Sambil mengingat kembali….dan yakin jika tadi disitulah berada, namun pohonnya sudah tidak ada.

Berlarilah kembali menuju KH Said, ”Kyai… Kyai… Saya tadi menuju pohon jeruk yang tadi saya petik, namun sudah tidak ada. Mengapa tidak ada Kyai?,” tanya Habib Husen kecil.

“Bukankah tadi saya sudah pesan Bib, ambillah yang banyak. Kalau sekarang ya sudah tidak ada ..”jawab KH Said

“Mengapa Kyai ?”tanya Habib Husen kecil penasaran.

“Sebab yang tadi adalah hadiah tanaman jeruk dari syurga. Kalau sekarang ya sudah tidak ada lagi…ya bagaimana lagi,”jelas KH Said.

Natasyarrof Bihudurikum (Kemuliaan bagi kami atas kehadiran anda)

Kita hadir... duduk bersama, berdzikr, bersholawat, dan mendengarkan taushiyah dari para habaib dan ulama.

(Pemalang, 15 Rojab 1441 H.)

 

*) Penggalan kisah ini dituturkan langsung oleh Habib Husen pada Putra KH Said, nukilan sambutan Syaikh Hasani


Menjelang Haul beliau ke 46 KH Said bin Kyai Armia

  • Lahir di desa Cikura Kec. Bojong – Tegal : 1315 H/1896 M
  • Wafat : 20 Rajab 1395 / 29 Juli 1974
  • Orang tua : KH Armia dan Ibu Nyai Aliyah

Guru beliau :

  1. KH Armia’ bin Kyai Kurdi
  2. Kyai Romdhon (Lemah Duwur)
  3. KH Abu Ubaidah (Giren)

Putra Penerus :

  1. Syaikhuna Syaikh Ahmad Sai’di
  2. Syaikhuna Syaikh Muhammad Hasani

Salah satu kitab karya beliau:

  • Kitab Ta’limul Mubtadiin atau yang sangat terkenal di kalangan santri dengan Risalah Awwal.