Gus Baha: Masuk Surga Bukan karena Ibadah Kita

 
Gus Baha: Masuk Surga Bukan karena Ibadah Kita

LADUNI.ID, Jakarta - Selama ini kita tidak tahu atau bahkan lupa bahwa ibadah yang kita lakukan tidak semata-mata hanya mengharap imbalan masuk surga. Ada hal yang lebih penting dari sekadar mengharap imbalan masuk surga, yakni keikhlasan beribadah hanya kepada Allah SWT.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, dalam salah satu ceramahnya menyampaikan bahwa, status lamanya di surga semuanya bukan karena ibadah kita, melainkan karena fadhal-Nya atau karunia-Nya Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an,

ۨالَّذِيْٓ اَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهٖۚ لَا يَمَسُّنَا فِيْهَا نَصَبٌ وَّلَا يَمَسُّنَا فِيْهَا لُغُوْبٌ (٣٥

alladzii ahallanaa daara almuqaamati min fadhlihi laa yamassunaa fiihaa nashabun walaa yamassunaa fiihaa lughuubun

Artinya: “Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Q.S. Fatir [35] ayat 35).

Dalam beberapa kitab tasawuf, sebagaimana diceritakan oleh Gus Baha bahwa terdapat sebuah kisah seseorang yang tidak pernah maksiat dan hidupnya sangat tha’at. Orang tersebut lalu masuk surga.

Kemudian orang itu ditanya oleh Allah, “kamu masuk surga karena apa?”

“Saya karena tidak pernah maksiat, tha’at terus,” jawab orang tersebut.

Kemudian Allah SWT menjawab, “Ya sudah kamu di sini saja delapan puluh tahun, ya sudah gak papa kamu di sini saja delapan puluh tahun.”

Si ahli ibadah yang tak pernah maksiat ini kemudian protes. “Katanya surga itu selamanya lama?”

“Iya kata kamu kan karena amal kamu, amal kamu di dunia kan hanya delapan puluh tahun, berarti surgamu 80 tahun, karena kamu menganggap masuk surga karena amal kamu.”

“Tapi kata njennengan surga itu lamanya lama?”

“Yang selamanya lama itu fadhal-Ku, itu tidak ada habisnya. Kalau amal kamu kan ada habisnya.”

Dari cerita Gus Baha ini mengingatkan kita bahwa untuk memahami ibadah dan amalan yang kita lakukan diperlukan pikiran yang logis. Oleh karena itulah dalam beragama jangan hanya mengikuti orang cerdas yang tidak punya sanad.

Biasanya, orang yang tidak punya sanad selalu mempertanyakan, “lalu gunanya amal kita apa kalau masuk surga karena fadhal-Nya pangeran?”. Inilah pertanyaan yang bukan bersumber dari sanad dan terkesan gendeng, geblek, dan campur gak punya sanad.

Padahal, sanad dari guru-guru kita dan ulama-ulama kita bahwa Allah SWT mensifati semua surga itu min fadhli, yakni ada unsur fadhal-Nya Allah meskipun kita sudah ibadah di dunia. Sebab, kalau karena amal kita, itu sebenarnya tidak ada apa-apanya. Paling shalehnya orang mungkin hanya 80 tahun. Itupun jika umur selama itu shaleh terus?!

Memang amal dan ibadah kita sewaktu di dunia ikut dipertimbangkan, akan tetapi hanya termasuk ke dalam hal yang dipertimbangkan. Bukan segala-galanya amal ibadah kita yang membuat kita masuk surga atau lama di surga. Yang paling membuat kita masuk surga dan lama di surga itu adalah karena fadhal dan rahman-Nya Allah, sebab fadhal dan rahman-Nya Allah itulah yang tak terbatas.

Dengan demikian, orang masuk surga itu bukan karena hanya dari amal ibadahnya selama hidup di dunia, tetapi yang lebih penting dan besar itu adalah karena karunia dan rahman dari Allah SWT. Semoga dengan tulisan ini mampu menyadarkan diri kita bahwa amal ibadah kita tidak akan pernah cukup kecuali karena rahman dan fadhal-Nya Allah SWT.