Memahami Makna Allah dari Penjelasan Prof Quraish Shihab

 
Memahami Makna Allah dari Penjelasan Prof Quraish Shihab

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam memahami kosakata yang ada di dalam agama Islam (terutama di dalam Al-Qur’an) harus betul-betul memiliki kajian mendalam. Sebab, ada banyak kekeliruan dan kesalahpahaman dalam mengartikan kosakata keislaman, contoh yang paling bisa kita sebutkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu kata Allah.

Dalam hal ini, Prof Dr H M Quraish Shihab memaknai Allah sebagai kata yang terambil dari kata “Ilah”. Sementara kata ilah terambil dari kata alihah. Sedangkan kata alihah memiliki dua makna yakni, pertama bermakna “menakjubkan”, sementara yang kedua adalah bermakna “mengherankan”. Lalu, kenapa Dia Yang Maha Kuasa itu dinamai Ilah atau Allah?

Alasannya adalah ketika kita bahas tentang hakikat dzat-Nya, maka akan membuat bingung si pembahas itu. Jadi, jangan coba-coba untuk membahas hakikat dzat Tuhan. Tidak bisa tergambakan dan membingungkan. Sementara itu, jika membahas tentang ciptaan-ciptaan Allah maka akan mengagungkan Allah. Sehingga, Dia Yang Maha Kuasa itu dinamai Allah.

Kata Allah yang berasal dari Ilah, terdapat penambahan huruf alif dan lam atau al. Huruf al dalam pandangan Prof Quraish Shihab menunjuk kepada sesuatu yang pasti. Ilah itu Tuhan yang ditaati, yang disembah. Maka Allah, adalah Tuhan yang ditaati dan disembah secara wajar dan wajib.

Oleh karena itulah, nafsu manusia adalah Ilah karena menaati dia maka kemudian menjadi tuhan. Hal ini sebagaimana firman Allah sebagai berikut,

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ (٤٣)

Ara-ayta mani ittakhadza ilaahahu hawaahu afa-anta takuunu 'alayhi wakiilaan

Artinya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,” (Q.S. Al-Furqon [25] ayat 43).

Oleh karena itulah sebaliknya, ide-ide buruk yang ditaati secara membabi buta maka itu adalah Ilaha menurut orang yang ditaati. Maka dalam kalimat tauhid, لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّٰهُ. Dalam diskusi kita tentang Allah, maka dalam Al-Qur’an Allah berfirman,

رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهٖۗ هَلْ تَعْلَمُ لَهٗ سَمِيًّا ࣖ (٦٥)

Rabbu alssamaawaati waal-ardhi wamaa baynahumaa fau'budhu waisthabir li'ibaadatihi hal ta'lamu lahu samiyyaan

Artinya: “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Q.S. Maryam [19] ayat 65).

Oleh karena itulah, tahukah engkah ada sesuatu yang wajar dinamai Allah? Maka dengan tegas Prof Quraish Shihab mengatakan, “Tidak ada!”. Bahkan dalam tulisan Allah dalam bahasa Arab, maka ada huruf alif, lam, lam dan ha’, sehingga jika kita hapus satu huruf depan dari kata Allah maka akan terbaca “lillah” yang berarti “kepada Allah”. Dan jika kita hapus lagi huruf pertama dan kedua maka akan terbaca “lahu” yang berarti “milik-Nya”. Dan, jika kita hapus lagi huruf pertama, kedua dan ketiga, maka akan terbaca “hu” yang berarti “Dia”.

Bahkan, ketika semua huruf yang ada pada kata “Allah” (dalam bahasa Arab) itu dihapus, akan tetap menuju pada Allah. Maka, ketika manusia mengeluh dan mengucapkan “ah”, itulah sebenanya gambaran dari fitrah kita sebagai manusia yang memanggil Dia Yang Maha Kuasa. Semua manusia begitu. Karena itu merupakan kesadaran tentang kehadiran Allah dan merupakan fitrah yang ada pada manusia.

“Agungkan Dia, itu arti Allah,” begitu pungkas Prof Quraish Shihab. Menakjubkan, dan mengherankan!