Perang di Jalan Allah itu Ada Ilmunya

 
Perang di Jalan Allah itu Ada Ilmunya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ilmu itu penting sebagai dasar untuk melakukan berbagai hal. Apalagi hal-hal yang berkenaan dengan ibadah. Karena itu setiap Muslim diwajibkan menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan ilmu tersebut langkah yang akan diambil mempunyai landasan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. 

Di dalam Islam terdapat anjuran untuk berjihad, yang jika dimaknai sempit maka akan muncul pemahaman sempit pula. Maknanya cenderung pada ajakan untuk melaksanakan perang. Sekalipun makna ini tidak salah, tetapi jika pandangan ilmunya luas, maka akan semakin luas pula memaknainya.

Memang ada anjuran untuk berperang, tetapi hal itu juga tidak bisa terlepas dari konteksnya. Dalam sebuah riwayat terdapat kisah yang berkenaan dengan perang yang perlu dicermati dengan seksama. 

Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW menanyakan perihal perang. 

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮْﺳَﻰ، ﻗَﺎﻝَ: ﺟَﺎءَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇِﻟَﻰ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ اﻟﻠﻪِ ﻣَﺎ اﻟْﻘِﺘَﺎﻝُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻞِ اﻟﻠﻪِ؟ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻧُﺎ ﻳُﻘَﺎﺗِﻞُ ﻏَﻀَﺒًﺎ، ﻭَﻳُﻘَﺎﺗِﻞُ ﺣَﻤِﻴَّﺔً

Abu Musa berkata bahwa ada seseorang datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu perang di jalan Allah? Sebab ada di antara kami yang berperang karena marah dan ingin melindungi keluarga."

ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻣَﻦْ ﻗَﺎﺗَﻞَ ﻟِﺘَﻜُﻮْﻥَ ﻛَﻠِﻤَﺔُ اﻟﻠﻪِ ﻫِﻲَ اﻟْﻌُﻠْﻴَﺎ، ﻓَﻬُﻮَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻞِ اﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ

Nabi menjawab: "Orang yang perang untuk menjadikan agama Allah yang paling tinggi, maka dialah yang berada di jalan Allah." (HR. Bukhari)

Dari sini, maka kita harus berhati-hati. Sebab jika niatnya tidak benar maka hasilnya juga akan salah. Bahkan dalam keterangan lain terdapat Hadis yang membuat kita benar-benar tidak bisa gegabah dalam memaknai perang dengan tujuan sekadar mati syahid.

Rasulullah SAW bersabda:

ﺃَﻭَّﻝُ اﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳُﻘْﻀِﻰ ﻳَﻮْﻡَ اﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭَﺟُﻞٌ اِﺳْﺘَﺸْﻬَﺪَ، ﻓَﺄُﺗِﻲَ ﺑِﻪِ ﻓَﻌَﺮَّﻓَﻪُ ﻧِﻌَﻤَﻪُ ﻓَﻌَﺮَﻓَﻬَﺎ، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻤَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖَ ﻓِﻴْﻬَﺎ؟

"Orang yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah orang yang berusaha mati syahid. Kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Lalu Allah bertanya: "Apa yang telah kau perbuat untuk itu?".

ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﺗَﻠْﺖُ ﻓِﻴْﻚَ ﺣَﺘَّﻰ اﺳْﺘَﺸْﻬَﺪْﺕُ، ﻗَﺎﻝَ: ﻛَﺬَّﺑْﺖَ، ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻚَ ﻗَﺎﺗَﻠْﺖَ ﻷَﻥْ ﻳُﻘَﺎﻝَ: ﺟَﺮِﻱْءٌ. فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ 

"Orang itu menjawab: 'Aku berperang di jalanMu hingga aku mati syahid'. Allah berkata: 'Bohong kamu! Kau berperang cuma ingin dikatakan pemberani dan (orang-orang) telah menyebutkan demikian itu' kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan dilemparkan ke dalamnya." (HR. Muslim)

Sekali lagi, dari Hadis Qudsi ini kita perlu berhati-hati dalam menata niat. Boleh jadi niatan kita perang di jalan Allah tetapi Allah menilai salah. Hanya Allah yang Maha Tahu.

Meniru sahabat Umar bin Khattab yang pemberani dalam medan perang, berjihad untuk Allah, adalah juga perlu dengan mengikuti prinsipnya. Beliau tidak hanya berani dengan gertakan saja, melainkan juga berani secara lahir dan batin. Harta dan jiwanya dipertaruhkan dengan tanpa gentar sama sekali demi berjihad di jalan Allah SWT. 

Dalam sebuah riwayat dijelaskan tentang prinsip sahabat Umar itu. 

قَالَ ﻋُﻤَﺮُ ﺑْﻦُ اﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ: ﺃَﻣَﺮَﻧَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻥْ ﻧَﺘَﺼَﺪَّﻕَ ﻓَﻮَاﻓَﻖَ ﺫَﻟِﻚَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﻣَﺎﻻً، ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺠِﺌْﺖُ ﺑِﻧِﺼْﻒِ ﻣَﺎﻟِﻲْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: ﻣَﺎ ﺃَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻷَﻫْﻠِﻚَ؟ ﻗُﻠْﺖُ: ﻣِﺜْﻠُﻪُ

Umar berkata bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, kebetulan saya punya harta. Saya bawa kepada Nabi separuh harta saya. Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Berapa yang kau sisakan untuk keluargamu?" Umar menjawab: "Sama seperti ini?" (HR. Tirmidzi)

Jihad dalam arti perang di jalan Allah tidak bisa hanya berdasarkan dengan emosi belaka, apalagi dengan hanya keinginan mendapat status simpati atas keberaniannya. Karena itu, perlu dicatat dan diperhatikan dengan seksama, bahwa perang di jalan Allah itu ada ilmunya! []  


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 September 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma’ruf Khozin

Editor: Hakim