Menanamkan Akhlak dalam Jiwa Kaum Profesional

 
Menanamkan Akhlak dalam Jiwa Kaum Profesional
Sumber Gambar: entrepreneur.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Di dalam dunia kerja atau dunia profesional, tidak akan lepas dari akhlak. Akhlak di sini dapat diterjemahkan ke dalam segala aktivitas yang menuntun kita memproduksi kebaikan atau kebajikan tiap harinya. Dengan kebajikan inilah, seorang profesional yang bekerja di sebuah perusahaan atau di tempat kerjanya secara umum, akan memiliki kinerja yang diridhoi oleh Allah SWT.

Konsep akhlak dalam konteks pekerjaan ini sungguh merupakan hal yang sangat penting. Sebab, ketika konsep akhlak ini diterapkan ke dalam mekanisme kerja, maka akan menghasilkan dinamika kerja yang sangat luar biasa. Kontekstualisasinya adalah dengan melihat pada apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, “Wa innaka la’ala khuluqin adzim”, artinya, "Sesungguhnya Engkau Muhammad memiliki posisi akhlak yang agung, yakni akhlak Al-Qur’an itu sendiri".

Menurut KH. M. Luqman Hakim, dalam konteks yang lebih dalam dan luas, makna akhlak Al-Qur’an yang disebut di dalam Al-Qur’an di atas tidak harus selalu mengacu kepada terjemahan yang ada di dalam Al-Qur’an itu tadi. Lebih dari itu, makna akhlak tersebut dapat ditafsirkan secara lebih luas, yaitu bahwa hal apapun atau aktivitas apapun yang menjadi tujuan dari sebuah perusahaan akan tetap memiliki suasana yang Qur’ani.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa semua orang pasti menginginkan kehidupan yang selalu dilimpahi kebajikan oleh Allah SWT dan dijauhkan dari siksa neraka. Setiap orang yang hidup, baik itu hidup di dunia ataupun hidup di akhirat, akan selalu berharap bisa mendapat kebaikan. Akan tetapi, dalam hal doa keselamatan dunia akhirat yang sering kita panjatkan, Rabbana aatina fiddun ya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzabannar (Ya Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebijakan di akhirat), harus diterjemahkan ke dalam hal yang lebih luas.

Adapun kebajikan yang disebutkan di dalam doa tersebut, menurut KH. M. Luqman Hakim, sebenarnya adalah sumber dari akhlak. Lalu, dari mana datangnya kebajikan itu?

Pertama, kita perlu ingat bahwa Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW adalah karena di dunia yang serba perubahan dan, kita tahu, sekarang tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat di dalam hal teknologi-informasi, maka harus dibarengi dengan adanya spirit atau ruh kebajikan juga. Sebab, tanpa spirit kebajikan itu, maka hanya akan menciptakan kerusakan dan pada akhirnya mempercepat terjadinya Hari Kiamat.

Kedua, kebajikan itu sebenarnya adalah bentuk dari hadirnya nilai-nilai ketuhanan yang muncul di dalam aktivitas kita sehari-hari. Ketika Tuhan selalu hadir di dalam segala aktivitas yang kita lakukan, maka pada akhirnya akan membuat kita menjadi orang yang selamat, baik di dunia yang sedang kita jalani sekarang, maupun di akhirat kelak. 

Ketiga, kebajikan yang kita lakukan tersebut sebenarnya tidak lepas dari sebuah relasi atau hubungan-hubungan yang memiliki mata rantai, yang kelak kita sebut sebagai akhlakul karimah. Segala kebajikan ini sebenarnya adalah bersumber dari satu, yakni, nur (cahaya). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Athaillah bahwa ragam jenis kinerja/aktivitas/amaliyah yang dilakukan merupakan akibat dari cayaha Tuhan yang melimpah di dalam diri seseorang yang kemudian divisualisasikan. Sedangkan datangnya nur (cahaya Tuhan) ini adalah dari Allah SWT.

Keempat, kebajikan dalam aktivitas keseharian yang datang dari nur Tuhan itu selalu berhubungan dengan doa-doa yang telah kita panjatkan kepada Tuhan. Oleh sebab itulah, segala aktivitas kebajikan kita sehari-hari di dunia kerja atau dalam hal apapun, tidak lepas dari doa-doa yang kita panjatkan. Karena, sebagaimana dijelaskan KH. M. Luqman Hakim, tanpa adanya anugerah dari Allah maka manusia tidak akan bisa menjadi makhluk yang bermoral.

Dengan demikian, kita sudah tahu, bahwa itulah sebenarnya akhlak yang perlu dimiliki atau dilakukan oleh seorang profesional di dunia kerja. Adanya akhlak ini akan menciptakan suasana kerja yang Qur’ani, yakni segala aktivitas yang bersumber pada akhlak Nabi Muhammad SAW (akhlak Al-Qur’an). Wallahu A’lam bis Showab. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. M. Luqman Hakim. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 05 Oktober 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim