Syajaratul Ma’arif Bagian 1a: Berakhlak dengan Sifat Sang Maha Rahman

 
Syajaratul Ma’arif Bagian 1a: Berakhlak dengan Sifat Sang Maha Rahman

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini adalah penjelasan tentang kitab Syajaratul Ma’arif karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, yang berkaitan dengan tema “Berakhlak dengan Sifat-Sifat Sang Maha Rahman Sesuai dengan Kemampuan”. Secara khusus, dalam bagian ini dibahas mengenai Sifat Sang Maha Rahman, Berakhlak dengan Sifat-sifat yang Ternafikan dari-Nya, serta Kesatuan Dzat dan Sifat. Selamat membaca.

***

Sifat Sang Maha Rahman
Tidaklah pantas seseorang mendapatkan perwalian dari Yang Mahaagung, jika dia tidak berperilaku sesuai dengan adab-adab Al-Qur‘an dan tidak berakhlak dengan sifat-sifat Sang Maha Rahman sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sebab, Dia Mahabaik dan memerintah dengan kebaikan, Mahautama memerintah dengan keutamaan, Yang Mahaindah memerintah dengan keindahan, Sang Mahapemberi manfaat yang memerintah dengan manfaat, Sang Maha Pengampun yang memerintah dengan ampunan, Sang Maha Penutup aib yang memerintah menutup aib. Sang Maha Perkasa yang memerintah dengan keperkasaan, Yang Maha Penyantun yang memerintah dengan santun, Sang Mahatahu memerintah dengan ilmu, Yang Maha Bijaksana yang memerintah dengan bijaksana. Sang Maha Pengasih yang memerintah dengan kasih sayang, Sang Mahasabar yang memerintahkan kesabaran, Sang Maha Menyukuri yang memerintahkan kesyukuran, Sang Mahakudus yang memerintah dengan kudus, Sang Mahadamai yang memerintah dengan damai.

Maka, barang siapa yang berakhlak dengan sifat Dzat-Nya, dia pantas untuk mendapatkan kewalian dan ridha. Kami akan menyertakan dalil pada setiap sifat itu dan buah dari berakhlak dengannya.

Berakhlak dengan Sifat-sifat yang Ternafikan dari-Nya
Ma’rifat adalah celah yang dilihat darinya pada alam dhamir. Maka, hati melihat Dzat-Nya dan sifat-sifatNya dan hati-hati itu berinteraksj dengan-Nya sesuai dengan kemuliaan dan keindahan-Nya. Kemudian dia memerintah anggota tubuh dan organ-organ lainnya untuk berinteraksi dengan-Nya sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Hati manusia akan senantiasa mengagungkan-Nya saat berada di hadapan-Nya, dan anggota tubuh saat berada di gerbang-gerbang hati akan menghormati dan beribadah pada-Nya. Maka tidaklah ada seorang pun yang pantas untuk dekat dengan-Nya dan berintim ria dengan-Nya kecuali dia harus berakhlak dengan adab-adabnya dan bersifat dengan sifat-sifatNya, merendah kala beribadah pada-Nya dan berindah-indah dengan sifat-sifatNya, maka orang yang paling utama dalam hal ini adalah orang yang paling mulia dalam pandangan-Nya dan orang yang terdekat pada-Nya.

Maka di antara sifat-sifatNya adalah sifat yang menegasikan beberapa hal dari-Nya. Dan yang demikian itu ada dua: Pertama: Negasinya sifat-sifat kurang, aib dan ciri-ciri kebaruan dariNya. Kedua: Negasinya sekutu bagi-Nya dalam Dzat, sifat dan perbuatan. Sedangkan dalil-dalil yang menunjukkan pada hal itu adalah firman-firmanNya di bawah ini:

Apakah kamu mengetahui ada seseorang yang serupa dengan Dia?“ (Maryam: 65)
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (Asy-Syuura: 11)
Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlas: 4)
Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah.” (Muhammad: 19)
Dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong.” (Al-Israa‘: 11)
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya.” (Al-Mukminun: 91)
Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (Maryam: 92)
Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri.” (Al-An’am: 101)
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (Al-Ar’am: 57)
Adakah pencipta selain Allah.” (Fathir: 3)
Sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” (Thaha: 110)
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah: 255)
Tidak mengantuk dan tidak tidur.” (Al-Baqarah: 255)
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Baqarah: 255)
Dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (Qaaf: 38)
Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya.” (Ar-Ra‘d: 11)
Tidak ada yang dapat dilindungi dari adzab-Nya.“ (Al-Mukminun: 88)
Dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.” (Al-Kahfi: 51)
Dan sekali-kali tidak di antara mereka yang menjadi pembantunya.” (Saba’: 22)
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (Al-An’am: 17)
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.” (Yunus: 107)
Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk.” (Al-Araf: 186)
Dan Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak Seorang pun yang dapat menyesatkannya.” (Az-Zumar: 37)
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah.” (Al-Imran: 126) “Dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).” (Al-Araf: 7)
Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami.” (Al-Mukminun; 17)
Dan tidaklah Tuhanmu lupa.” (Maryam: 64)
Tuhan kami tidak akan salah dan tidak akan pula lupa.” (Thaha: 52)
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.” (Al-Imran: 5)
Dan tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata.” (Al-An’am: 103)
Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezhaliman terhadap hambahambaNya.” (Ghafir: 31)
Dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hambaNya.” (Fushshilat: 46)
Dan tidaklah mereka menganiaya Kami.” (Al-Baqarah: 57)
Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zhalim.” (Asy-Sy’uara: 209)
Sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun.” (Al-Imran: 177)
Dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun.” (Hud: 57)
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Al-Ankabut: 6)
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati,” (Al-Furqan: 58)
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah.” (Al-Qashash: 88)
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir.” (Al-Hadid: 3)
Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera.’ (Al-Hasyr: 23)

Kesatuan Dzat dan Sifat
Adapun Dzat maka dia bersatu dalam keilahian, keazalian, abadiyah dan tidak membutuhkan pada sesuatu yang mewajibkan dan mewujudkan. Menafikan keserupaan dan kesamaan, dari tandingan yang serupa serta penolong.

Sedangkan sifat Dzat. Maka dia menyatu dengan keazalian, dengan abadiyah (keabadian), dengan ahadiyah (keesaan) dan jauh dari menghajatkan pada yang mewajibkan dan mengadakan, dan dia senantiasa memiliki kekudusan dengan tidak adanya yang serupa dan sama denganNya, bersama dengan keumuman hubungan-hubungan sifat-sifat itu dan kekomprehensifan cakupannya.

Ilmu dan kalam (sifat bicara) berhubungan dengan semua yang wajib, mungkin dan mustahil dengan cara general dan detail.

Qudrah dan iradah berhubungan dengan segala sesuatu yang terbatas dengan semua yang mungkin.

Sama’ berhubungan dengan semua yang bisa didengar yang tersembunyi ataupun yang tampak.

Bashar (penglihatan) berhubungan dengan semua yang wujud, baik yang lama ataupun yang baru dari dzat ataupun sifat, yang tampak ataupun yang tidak dan sama sekali tidak berhubungan dengan hidup.


Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.