Murid Imam Syafi’I yang Hafal 1 Juta Hadis Ini Dikalahkan Penjual Roti

 
Murid Imam Syafi’I yang Hafal 1 Juta Hadis Ini Dikalahkan Penjual Roti

LADUNI.ID, Jakarta - Salah satu murid Imam Syafi’I yaitu Imam Ahmad bin Hanbal r.a. atau yang dikenal dengan Imam Hambali pernah bercerita di masa akhir hidupnya. Cerita tersebut termuat dalam Manaqib Imam Ahmad bin Hambal.

“Suatu ketika, ketika saya sudah usiatua, saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak.” Dalam manaqib Imam Ahmad tertulis beliau menuju Bashrah. Padahal, tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad bin Hambal r.a. berangkat sendiri menuju Kota Bashrah.

Beliau meriwayatkan, “Saat tiba di sana waktu isya, saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian tiba-tiba saya ingin istirahat.”

Selapas shalat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba sang marbot masjid datang menemui Imam Ahmad bin Hambal sambil bertanya, “Kenapa syaikh, mau ngapain di sini?”

Marbot tidak mengetahui kalau beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Padahal, di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahdli hadis, beliau hafal sejuta hadis, sangat saleh dan zuhud.

Ketika itu belum ada teknologi kamera dan media sosial seperti sekarang, sehinga orang tidak tahu wajahnya, hanya saja namanya sudah terkenal Ahmad bin Hanbal r.a. “Saya ingin istirahat, saya musafir.”

Kata marbot, “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.”

Imam Ahmad melanjutkan bercerita, “Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid. Setelah keluar masjid maka dikuncilah pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid.”

Ketika sudah berbaring di teras masjid, marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syaikh?”

“Mau tidur, saya musafir,” jawab Imam Ahmad. Lalu marbot berkata, “Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh.”

Imam Ahmad diusir, Imam Ahmad bercerita, “Saya didorong-dorong sampai ke jalan.”

Sementara itu, di samping masjid, ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang mengolah adonan roti, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi.

Saan Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil.”

“Baik,” kata Imam Ahmad.

Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir.

Penjual roti ini punya perilaku yang bisa dibilang unik, kalau Imam Ahmad mengajak berbicara, maka ia jawab. Kalau tida, dia erus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah.

Saat meletakkan garam mengucap istighfar, memecahkan telur dengan istighfar, mencampur gandum mengucap lagi istighfar. Selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu Imam Ahmad bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini?”

Orang itu menjawab, “Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan.”

Imam Ahmad bertanya, “Apa hasil dari perbuatanmu ini?”

Orang itu menjawab, “berkah wasilah istighfar, tiada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta, Allah langsung kabulkan.”

Nabi SAW pernah bersabda: “Siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya.”

Lalu orang itu melanjutkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan.”

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya, “Apa itu?”

Penjual roti menjawab, “Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad bin Hanbal.”

Saat itulah Imam Ahmad bin Hambal bertakbir, “Allahu Akbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu.”

Penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di hadapannya adalah Imam Ahmad bin Hambal.