Sejumlah Teladan Akhlak Mulia Rasulullah SAW

 
Sejumlah Teladan Akhlak Mulia Rasulullah SAW
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang sangat istimewa dengan akhlak yang sangat mulia. Kata Sayyidah Aisyah, akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an, Wa Kana Khuluquhul Qur'an. Begitu jawaban paling tegas dan paling tepat dalam menggambarkan Rasulullah SAW. Segala hal tentangnya adalah keteladanan belaka. Tak ada satu pun cela atau aib yang bisa ditemukan. Karena memang Rasulullah SAW adalah makhluk yang paling mulia dan terpuji sebagaimana namanya yang berarti demikian, yakni Muhammad atau "Terpuji".

Tidak terhitung banyaknya teladan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Namun di antara sekian teladan itu, beberapa bisa dihimpun dalam tulisan berikut ini. Telada-teladan ini bisa ditemukan di berbagai kitab maulid, Hadis ataupun sirah (sejarah riwayat hidup Nabi). 

Berikut contoh atau teladan akhlak mulia Rasulullah SAW.

  • Bila menjabat tangan seseorang, Nabi Muhammad SAW tidak pernah melepaskan tangannya terlebih dahulu.
  • Bila berjalan, Nabi Muhammad SAW tak pernah menyeret kakinya.
  • Bila berbincang dengan seseorang, Nabi Muhammad SAW menanggapinya sepenuh hati hingga setiap orang merasa mendapatkan perlakuan khusus.
  • Bila sedang duduk bersama seseorang, Nabi Muhammad SAW tidak bangkit lebih dulu.
  • Bila dihampiri seseorang, Nabi Muhammad SAW tidak duduk tapi bangkit dan menyambut.
  • Bila dipanggil seseorang, Nabi Muhammad SAW tak menoleh tapi membalikan seluruh tubuh menghadapnya.
  • Bila tamunya hendak pulang, Nabi Muhammad SAW mengantarkannya hingga ujung kampung.
  • Bila diundang jamuan, beliau Nabi Muhammad SAW mengambil makanan yang terjangkau oleh tangannya.
  • Bila akan bepergian, Nabi Muhammad SAW mengundang orang-orang miskin, janda dan anak-anak yatim lalu meminta doa kepada mereka.
  • Saat makan sendirian dan bersama orang lain, Nabi Muhammad SAW tak bersendawa dan tak bersuara bila mengunyah.
  • Nabi Muhammad SAW tidak pernah memanggil seseorang dengan julukan jelek yang diberikan orang lain kepadanya.
  • Bila sahabatnya sakit, Nabi Muhammad SAW menjenguknya meski tinggal di ujung Madinah.
  • Bila menghadiri sebuah acara atau undangan, Nabi Muhammad SAW tidak memilih atau meminta tempat khusus, tapi duduk di barisan yang kosong.
  • Bila jadi tuan rumah, Nabi Muhammad SAW adalah yang terakhir selesai makan (agar tamu tak sungkan). Bila jadi tamu, beliau yang pertama selesai makan.
  • Bila tiba waktu makan, Nabi Muhammad SAW selalu mengajak siapapun yang melintas depan rumahnya untuk menjadi teman makannya.
  • Bila terdengar tangisan bocah saat shalat, Nabi  MuhammadSAW memilih surah pendek dan usai sholat bergegas merangkulnya.
  • Bila terhibur, Nabi Muhammad SAW senyum dan tak pernah tertawa terbahak-bahak.
  • Nabi Muhammad SAW tidur tanpa lelap.
  • Bila berbicara dengan banyak orang, mata Nabi Muhammad SAW tak tertuju pada satu orang.
  • Bila menunggang kuda dan unta, Nabi Muhammad SAW tak pernah mencambuknya.
  • Nabi Muhammad SAW tak pernah menyuruh istri melakukan hal-hal yang leluasa dilakukannya sendiri, beliau menjahit sandal dan menambal pakainnya.
  • Bila orang miskin bertanya, Nabi Muhammad SAW menjawab dengan cepat.
  • Di hadapan anak yatim (termasuk anak terlantar), Nabi Muhammad SAW bercerita jenaka, dan menghibur mereka.

Dengan keteladan itu, tidakkah beliau pantas menjadi primadona untuk dicontoh? Tentu hal ini tidak bisa terbantahkan dengan cemoohan orang-orang pembenci. Tapi bagi seorang muslim sejati, Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling sempurna dan paling mulia yang diciptakan oleh Allah SWT. Dan Allah pun mengatakan (QS. Ali Imran: 31) jika seseorang mengatakan mencintai Allah, maka harus juga mengikuti teladan dan petunjuk Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah Hadis disebutkan,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ، وَوَالِدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

"Tidak sempurna keimanan setiap kalian sampai aku lebih kalian cintai daripada orang tua kalian, daripada anak kalian, dan daripada seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim).

Karena itu, tidak ada yang boleh menandingi cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, sebab dengan petunjuk beliau pula kita bisa menumbuh cinta seutuhnya kepada orang lain. Bahkan, cinta Nabi Muhammad SAW kepada umatnya sudah sejak dulu tertanam dan lebih besar kadarnya dibanding dengan pengakuan cinta kita kepada beliau. Nabi Muhammad SAW mencintai umatnya sejak dulu kala dan sampai di Akhirat kelak, beliau rela menjadi tameng jaminan untuk umatnya agar mendapatkan rahmat dari Allah SWT, dengan hak syafaat yang telah dianugerahkan khusus oleh Allah kepada beliau. Jadi dari sini tidakkah sudah sepantasnya cinta dan perhatian beliau itu kepada kita semua, sebagai umatnya, lalu kita balas pula dengan mencintai beliau melebihi yang lainnya, dengan meneladani akhlaknya dan senantiasa bershalawat kepadanya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سَيَّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 10 November 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim