Ternyata Cacing Bershalawat Seribu Kali, Bagaimana dengan Kita?

 
Ternyata Cacing Bershalawat Seribu Kali, Bagaimana dengan Kita?

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu ketika, Nabi Daud AS sedang duduk di tempat ibadah beliau sambil membaca kitab Zabur. Tiba-tiba beliau melihat ada seekor cacing merah sedang berjalan di tanah.

Hati kecil beliau pun berbisik, "Apa yang Allah inginkan dari cacing ini? Untuk apa Allah menciptakan cacing ini?"

Dengan izin Allah, cacing itupun dapat berbicara. Ia pun berkata, "Wahai Nabi Allah, jika di siang hari, Allah memerintahkanku untuk berdzikir:

سبحان الله والحمد لله و لا اله الا الله 1000x

'Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaha illallah' 1.000x.

Sedangkan di malam hari Allah memerintahkanku untuk bersholawat,

اللهم صل على محمد النبي الامي و على اله و صحبه و سلم 1000x

 'Allahumma sholli 'ala muhammad nabiyyil ummi wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam' 1.000 kali setiap malam.

Sedangkan engkau wahai Nabi Daud, apa yang engkau ucapkan, agar aku dapat mengambil manfaat darimu?"

Nabi Daud pun menyesal telah meremehkan seekor cacing. Dan beliau pun kemudian bertaubat, memohon ampun kepada Allah SWT.

Ternyata, demikian indah hidup seekor cacing yang acapkali kita remehkan. Ternyata, lisannya senantiasa basah dengan dzikir dan shalawat. Padahal, ia tak pernah bermaksiat.

Bagaimana dengan Kita?

Bagaimana dengan lisan kita? Seberapa sering lisan ini berdzikir? Seberapa banyak sholawat yang keluar dari lisan yang penuh maksiat ini?

Akankah kita, yang diberi begitu banyak kelebihan oleh Allah, kalah dengan seekor cacing dalam ketaatan kepada Allah?

Ya Allah… Berilah taufiq-Mu untuk kami. Jadikan kami termasuk golongan ahli dzikir, yang senantiasa membasahi lisan kami dengan dzikir dan sholawat. Jangan biarkan sedikitpun waktu kami berlalu kecuali bertambah amal kami untuk hari perjumpaan dengan-Mu.

اللهم اعنا على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك

"Ya Allah tolong kami untuk senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu."

Aamiin ya Rabbal ‘alamiin…

***

Sumber: Imam Ghazali, Mukasyafatul Qulub
Editor: Muhammad Mihrob