Jalan Cinta Istri Pejuang

 
Jalan Cinta Istri Pejuang

LADUNI.ID, Jakarta - Inilah sebuah kisah, kisah yang lama terpendam, kisah tentang kesetiaan dan pengorbanan seorang istri pejuang.

Adalah Na-Ilah binti Al-Farafishah, seorang gadis kristen cantik dari negeri Kufah, berkulit putih, berparas jelita,  berfikiran jernih dan  berakhlak penuh pesona. Laksana bunga harum lagi mekar yang menjadi incaran "para" kumbang.

Keelokan dan keindahannya telah sampai ke telinga sang khalifah amirul mukminiin Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, maka beliau pun meminang gadis idaman, dan sang khalifah pun menikahinya setelah dia masuk Islam.

Tahukah engkau terpautnya umur di antara keduanya? Seorang khalifah Islam berumur senja, menikahi seorang gadis yang masih belia. Sebagian riwayat mengatakan umur khalifah 81 tahun, sedang umur Na-ilah masih 18 tahun, sebagian lagi mengatakan  umur Utsman 76 tahun sedang umur Nailah 16 tahun. Dan masih ada riwayat lainnya.

Apakah anda mengira ini pernikahan ala Siti Nurbaya atau pernikahan yang terpaksa? Tidak, sekali lagi tidak. Tapi ini adalah pernikahan karena cinta, pernikahan yang sejarah akan gagal menggoreskan tintanya untuk menulis kisah semisalnya, cinta seorang gadis muslimah dengan seorang kesatria Islam di zamannya.

Di malam pertama, khalifah menyapa lembut kekasihnya: "wahai Na-ilah, kenapa  engkau mau menikah dengan lelaki tua seperti aku?"

Nailahpun menjawab: "aku suka dengan lelaki yang lebih tua".

Khalifah pun berkata: "Tapi masa tuaku telah melampaui masa tua yang ada"

Na-ilah-pun menjawab: “Tetapi masa mudamu telah engkau habiskan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.”

Allahu Akbar… Lihatlah! Dia telah memilih pemilik sepasang mata yang dulu pernah melihat dan bersua dengan Rasulullah. Dia telah memilih lelaki kesatria yang menghabiskan masa mudanya demi membela Nabi yang Mulia.

Biduk pernikahanpun berjalan, Utsman bin Affan diperlakukan dengan penuh cinta dan akhlak yang mulia. Na-ilah pun dianugrahi oleh Allah keberkahan cinta sang Khalifah.

Hari-Hari berjalan, sang Khalifah menaklukkan negeri-negeri kafir, menundukkan dan mengislamkan penduduknya, hingga negeri Islam terbentang dari Timur hingga ke Barat, terbentang dari Afrika Utara hingga ke Azerbaijan. Semua itu tidak lepas dari peran istri pejuang, istri seorang kesatria yang menemani sang suami dalam suka dan duka. Tentunya setelah taufik dari Rabb semesta alam.

Hingga tibalah hari-hari kelam dalam sejarah Islam, mucul lah ribuan manusia-manusia durjana berhati syetan berkumpul di Kota Madinah di saat para sahabat senior beribadah haji di tanah haram, kaum munafikin pengikut Abdullah bin Saba' mengepung rumah sang khalifah, ingin menjatuhkannya dan mengobarkan api revolusi dan melengserkannya dari tampuk kekhalifahan.

Para anak-anak shahabat yang kalah jumlah bergegas dan segera menuju rumah sang khalifah, menghunuskan pedang dan membela sang khalifah. Akan tetapi, sang Khalifah memerintahkan mereka untuk pulang dan menyarungkan pedang-pedang mereka.

Hingga akhirnya manusia-manusia syetan itu berhasil mendobrak pintu rumah sang khalifah, sedang sang khalifah dalam keadaan berpuasa lagi khusyu' melantunkan Al-Qur'an. Ditemani Nailah sang istri yang tidak sejengkalpun mundur dari menjaga dan melayani sang khalifah Ustman bin Affan.

Hingga takdir Allah berjalan, datang lah manusia terlaknat masuk ke rumah sang khalifah, mengayunkan pedang ke arah tubuh sang khalifah yang sedang membaca al-Qur'an. Maka dengan cepat Na-ilah maju menangkis mata pedang yang tajam, hingga jari-jari Nailah terputus demi membela suaminya Utsman bin Affan.

Namun, apalah daya seorang wanita lemah yang sedang melawan manusia iblis yang penuh dengan amarah dan kebencian, tatkala Utsman melihat Nailah belum sempat mengenakan hijab demi membelanya, maka Utsman pun berkata: "Masuklah ya Na'ilah, demi Allah aku terbunuh lebih aku cintai daripada  auratmu dilihat oleh manusia-manusia ini."

Hingga akhirnya gugurlah sang khalifah Utsman bin Affan sebagai martir Islam, darah Nailah bercampur dengan darah syahid sang khalifah.

Nailah berkata kepada kaum pemberontak: "Celaka kalian, kalian telah membunuh manusia yang selalu sholat malam dan membaca al-Qur'an.”

***

Madinah pun bergejolak membara, dalam riwayat tiada manusia yang berani mengubur Utsman karena banyaknya para syetan berkeliaran, hingga Nailah setia mendampingi jenazah sang suami. Nailah meminta bantuan Jubair bin Muth'im untuk mengubur jenazah khalifah, tapi karena bergejolaknya Madinah, maka pemakaman-pun ditunda hingga waktu malam.

Ketika malam tiba, Na-ilah membewa lentera bersama Jubair bin Muth'im dan beberapa wanita dan lelaki lainnya, Jubair meminta agar Nailah mematikan lentera agar syetan syetan itu tidak mengacaukan pemakaman sang khalifah, Utsman dimakamkan sedangkan Nailah diterpa kesedihan yang mendalam.

Sambil mengubur jenazah sang suami Na-ilah berkata: "ya ustmaaanaaahhhh.... ya amiral mukminiiinah, bagaimana aku tidak bersedih dengan kepergianmu?!"

Nailah pun memperjuangkan hak Qishas suaminya. Ia mendatangi manusia-manusia di Kota Madinah, akan tetapi usahanya tak berbuah. Akhirnya Na-ilah menulis surat kepada Mu'awiyah selaku Amir negeri Syam dan sebagai keluarga dekat ustman bin Affan. Hingga terjadilah apa yang terjadi antara Ali dan mu'awiyah.

Waktu terus berjalan, Na-ilah menjanda ditinggal suami tercinta, hari-harinya dipenuhi dengan kerinduan dengan sang khalifah, hingga cinta itu  tak usang dimakan zaman tak lapuk dimakan waktu.

Status janda belum lah memudarkan kecantikannya, hingga datanglah lelaki rupawan, bangsawan bahkan bergelar amirul mukminin khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan datang  melamar Nailah, maka Nailah pun bertanya ke wanita yang ada di dekatnya: "apa yang membuat lelaki tertarik denganku padahal aku adalah seorang wanita janda yang terputus jari-jarinya?”

 Wanita itu menjawab: “Gigi serimu, maka Nailah-pun memecahkan gigi serinya dan berkata: "demi Allah aku tak akan pernah mengganti cinta Utsman bin Affan."

***

Masya Allah… Lihatlah wanita ini, dilamar seorang lelaki yang memiliki dunianya, tapi dia menolaknya dan lebih berharap menjadi istrinya Utsman bin Affan di dunia dan di akhirat, padahal dia seorang janda yang membutuhkan perlindungan.

Waktu telah berlalu. Nailah si cantik ini, senyap dari keramaian, dia mengurus putra-putri buah hatinya bersama Utsman membesarkannya dengan penuh cinta, dan dia tidak menikah lagi hingga ajal menjemputnya. Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raji'uun...

Semoga Allah merahmatimu wahai Nailah. Semoga Allah mempertemukanmu kembali dengan kekasihmu Utsman bin Affan. Di syurga Utsman akan menjadi pemuda gagah dan engkau menjadi bidadari jelita, insya Allah… Aamiin.

Semoga wanita-wanita muslimah setelahmu bisa meneladani kesetiaanmu dan pengorbananmu demi agama dan cintamu.

***

Penulis: Fadlan Fahamsyah
Editor: Muhammad Mihrob

__________________________
Disarikan dari:

  1. Abdul Malik al-Qasim, nikah Ash-Shalihat tsimaaruhu wa aatsaaruhu (Dar al-Qasim) hal. 15, .
  2. Imam Adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam (Dar Al- hari al-Islam, 2003) vol. 2, hal.242. Dan 257.
  3. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-nihayah (Dar al-Hijr, 1418 H), vol. 10, hal. Wanita 307
  4. Utsman bin Muhammad al-Khamis, Hikqbah minat tarikh,
  5. https://ar.m.wikipedia.org/wiki/%D9%86%D8%A7%D8%A6%D9%84%D8%A9_%D8%A8%D9%86%D8%AA_%D8%A7%D9%84%D9%81%D8%B1%D8%A7%D9%81%D8%B5%D8%A9
  6. Dll.