Menghilangkan Sifat Hasad di Hati

 
Menghilangkan Sifat Hasad di Hati

LADUNI.ID, Jakarta - Sebagian orang tidak menyadari bahwa masih terdapat sifat hasad di dalam hati, karena sifat ini cenderung mudah singgah di setiap hati umat manusia. Namun, jika tidak diupayakan untuk menghilangkannya, akan sangat dikhawatirkan berubah menjadi penyakit yang akan terus mengotori hati kita.

Untuk menghilangkan sifat hasad di hati, perlu kiranya kita merenungi nasihat berikut ini.

Apapun yang Allah berikan, syukuri.
Apapun musibah, tabahkanlah hatimu.
Apapun ujian dari-Nya tetaplah bersabar.
Rezeki Sudah Dibagi, Jangan Hasad, Jangan Khawatir!

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

...نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا...

"Kami telah menentukan di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia." (QS. Az-Zuhruf: 32).

Qatadah rahimahullah, ketika mengomentari ayat di atas berkata: "kamu dapati seseorang kurang cekatan, tidak pandai bicara, tetapi diberikan kelapangan rizki, dan kamu dapati juga seseorang sangat cekatan, pandai bicara, tetapi sempit rizkinya, sebagaimana Allah telah menentukan bentuk rupa dan akhlak mereka…" (lihat: Tafsir Ath-Thobari 20/584-585,).

Allah telah menentukan rizki bagi setiap hamba-Nya, masing-masing mendapatkan jatahnya, dan itu sudah menjadi sunnatullah. Jadi seorang hamba tidak perlu hasad dengan pendapatan orang lain. Allah Maha Bijaksana, menjadikan ini kaya itu miskin, ini penjual bakso itu penjual tahu tempe, ini petani itu pengepul beras, dan sebagaianya, yang terpenting halal dan berbarokah buat perutnya dan anak istrinya.

Ibnu Mas'ud Radhiallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menentukan Akhlak (masing-masing) di antara kalian, sebagaimana telah menentukan rizki (masing-masing) di antara kalian, dan Allah Ta'ala memberi harta kepada orang yang Ia cintai dan orang yang tidak Ia cintai, tetapi Ia tidaklah memberi iman kecuali kepada yang Ia cintai saja..." (kitab Az-Zuhd li ibni-Mubarok hal. 399 no. 1134).

Semoga kita termasuk hamba yang diberikan keimanan oleh Allah (tanda cinta-Nya), sehingga  denganya kita berusaha mendapatkan yang halal dan berbarakah, dan sekali lagi jangan hasad, jangan khawatir, masing-masing dapat bagian yang telah ditentukan.

__________________________
Catatan: Hadits Ibnu Mas'ud di atas sebenarnya diriwiyatkan secara marfu' (disandarkan kepadai Nabi shollallohu 'alaihi wasallam) dan mauquf (hanya disandarkan kepada sahabat –dalam hal ini IBNU Mas'ud-), akan tetapi penulis memilih mencantumkan yang mauquf karena riwayat mauquf lebih kuat (Lihat: kitab 'Ilal Ad-Daruquthni ).

***

Sumber: Dakwah Para Habaib dan Ulama Was Sholihin
Editor: Muhammad Mihrob