Ngaji Islam Nusantara: Pepakuning Nusa Jawi

 
Ngaji Islam Nusantara: Pepakuning Nusa Jawi

LADUNI.ID, Jakarta - Pada awal tahun 1990-an Gus Dur pernah menyebut NU sebagai jangkar politik-nya NKRI, yakni segenap elemen masyarakat  menerima dan membutuhkan NU. 

Buktinya, di antaranya, sastrawan dan penulis novel terkenal, Pramoedya Ananta Toer, pas wafat dan dimakamkan, keluarga beliau meminta didoakan dan ditalqinkan di atas pusaranya dengan cara NU.

Dulu para Wali Songo disebut sebagai “paku bumi”-nya Tanah Jawa atau "Pepakuning Nusa Jawi", yakni yang menjaga stabilitas dan keamanan bumi Nusantara ini. Sehingga masyarakat Jawa, yang abangan hingga orang Hindu Tengger, Bali dan Tionghoa sekalipun, mengikuti ajaran para Wali.

Disebut dalam babad Gresik, Kangjeng Sunan Ampel, gurunya Kangjeng Sunan Giri, mendoakan santrinya itu di hadapan ibu angkatnya, Nyai Gede Piantih:

"putramu iku dadiya pepakuning jagad, kedhepa wong sanungsa Jawi, kedhepa wong sanungsa Jawi" (putramu itu suatu saat akan menajdi paku-nya Nusantara; yang akan dihormati dan diterima oleh segenap penduduk Nusantara).

Dari situ kemudian beliau diberi nama Raden Paku. karena Sunan Giri akan menjadi Paku-nya Nusantara, jangkar-nya Bumi Indonesia ini.

Pangeran Diponegoro dan kalangan bangsawan Yogyakarta menyebut jaringan pesantren-pesantren sebagai “pathok nagari”. Yakni pagar-pagar atau pilar-pilar yang menjamin keamanan dan keselamatan negeri.

Gus Dur dan Islam Nusantara memberi bukti akan hakikat NU dan komunitas pesantren sebagai  jangkar, paku bumi atau pathok nagari-nya NKRI, "kedhepa wong sanungsa Jawi", yang akan dihormati dan diterima oleh segenap penduduk Nusantara. Barakah…(*)

***

Penulis: Ahmad Baso
Editor: Muhammad Mihrob