Cara Menyikapi Perasaan pada Lawan Jenis Menurut Islam

 
Cara Menyikapi Perasaan pada Lawan Jenis Menurut Islam

LADUNI.ID, Jakarta - Beberapa teman (laki-laki dan perempuan) dan termasuk juga saya sendiri, pernah mengalami hal yang sama, tentang perasaannya terhadap lawan jenisnya. Bagaimana cara menyikapinya? Yuk, simak.

Manusia memang sudah dilengkapi dengan benih-benih cinta (condong terhadap lawan jenisnya) sejak dalam penciptaanya. Jadi, tidak usah dihindari ataupun dilawan, bahkan dianggap tidak normal bila terlalu cepat dilanda perasaan seperti ini.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa, sangat penting dalam menjaganya agar tidak tergelincir ke jalan maksiat. Ya, sebenarnya ada tahapan-tahapan yang dilalui hingga perasaan itu benar-benar menjadi sebuah cinta.

1.  Terpikat: Hal ini akibat pengaktifan reseptor opiod yang terdapat dalam otak. Bisa saja dipicu oleh adanya hal-hal yang yang ia sukai dari seseorang tersebut. Misal, akhlaknya, kesopanannya, pola bicaranya, ilmunya dan lain-lain.

2. Kesmaran: Di tahap ini kamu selalu ingin berada didekatnya. Ya begitulah. Di situasi ini juga muncul euforia atau perasaan sangat gembira dan antusias berlebihan. Di saat inilah tubuh akan memicu produksi hormon dopamin, adrenalin, dan norepinefrin.

Tapi, tidak jarang terjadi stress. Ya, stress akibat diiringi rasa tegang. Kok ya saya tau ya? Yups, karena baca buku, eh baca pengalaman.

3. Ingin mengenalnya lebih dekat: Di situasi ini aliran darah ke otak (nukleus akumben atau bagian yang mengendalikan kenikmatan) semakin deras. Ya, sehingga hal-hal yang berhubungan dengannya, kamu selalu akan merasa bahagia.

4. Hidup merasa sangat ketergantungan terhadap orang yang disukai: Pada tahap ini bisa jadi terobsesi.

5. Munculnya hormon oksitosin dan vasopresin, kedua hormon ini berperan dalam membuat hati tenang nyaman, dan inilah yang dikatakan benar-benar cinta.

Lalu,  apakah ketika perasaan seperti ini langsung direspon, apakah harus pacaran?

Sebenarnya, pacaran bukan hal yang diperbolehkan dalam agama kita (Islam). Jika memang tidak ada niatan mau menikah dalam waktu dekat. (Pacaran di sini: pendekatan, ta'aruf). Sebab sering kali mengundang kemaksiatan. Jadi, cukup menahan diri saja dulu ya.

Lalu, bagaimana jika perasaan terus memaksa, hingga rasanya ingin pecah?

Santai saja, dekatkan diri kepada Allah, minta doa diberi kekuatan. Tidak usah Khawatir, andaikata kamu meninggal di saat memendam rasa cinta dan rindumu terhadap seseorang tersebut, kamu takut memyampaikannya lantaran takut terjerumus dalam dosa, maka syahid lah bagimu.

من عشق فعفّ وكتم فمات مات شهيدا

Lalu, bagaimana jika memang sudah mau dan siap menikah?

Jika sudah benar-benar siap, sudah tahu orangnya baik, silakan ungkapkan. Silakan luapkan perasaamu, sampaikan maksudmu. Kalau tidak sanggup, silakan minta bantuan keluarga. Untuk melakukan pendekatan lebih lanjut (pacaran; pengenalan mendalam).

Setelah benar-benar klop, silahkan dilamar/dikhitbah. Sesimpel itu.

 Tapi, saya kan perempuan, saya malu?

Duhai, saudariku, mengapa kamu harus malu? Ini bukan lah aib, ini bukan merendahkan harga diri. Harusnya kita malu jika tergelincir di jalan yang salah (pacaran bukan niat nikah). Kamu boleh meluapkan hasratmu ingin hidup bersamanya. Ini perkara yang halal. Bahkan, Rasulullaah pun pernah dilamar oleh seorang wanita. Akan tetapi, sebelum melamarnya, pikirkan dulu alasannya. Pilihlah alasan yang baik. Misal; sebab kesalehannya, kesopanan kata-katanya dan lain-lain.

Banyak perempuan yang melamar laki-laki (orang-orang shalih) jadi kamu tidak sendirian.

عَرْضُ الْمَرْأَةِ نَفْسَهَا عَلَى الرَّجُل الصَّالِحِ,  يَجُوزُ عَرْضُ الْمَرْأَةِ نَفْسَهَا عَلَى الرَّجُل وَتَعْرِيفُهُ رَغْبَتَهَا فِيهِ ، لِصَلاَحِهِ وَفَضْلِهِ أَوْ لِعِلْمِهِ وَشَرَفِهِ أَوْ لِخَصْلَةٍ مِنْ خِصَال الدِّينِ ، وَلاَ غَضَاضَةَ عَلَيْهَا فِي ذَلِكَ ، بَل ذَلِكَ يَدُل عَلَى فَضْلِهَا

Boleh hukumnya bagi wanita menawarkan dirinya atau memberitahukan perasaan cintanya pada seorang pria karena mendamba keshalihannya, keutamaannya, keilmuannya, kemuliaannya atau apapun yang berkaitan dengan keagamaan. Yang demikian tidak lah merendahkan martabat seorang wanita namun justru menunjukkan keutamaannya, karena dia mementingkan sisi agama. (Lihat Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 30/50). Wallaahu a'lam.

Demikian lah. Jadi bukan hanya laki-laki saja yang harus menyatakan perasaan ataupun meminang. Perempuan juga boleh. Sebagaimana juga yang dilakukan Ibunda Sayyidah Khodijah terhadap Rasulullah.

Jomblo bukan aib, begitupun dengan wanita yang mengungkapkan perasaan dan  melamar laki-laki juga bukan aib.
P: Kalau sudah saya ungkapkan terus ditolak gimana?
Saya: enggak apa-apa, setidaknya perasaanmu tersampaikan, dan ke depan akan lebih tenang. Ada banyak laki-laki/perempuan lain di muka bumi ini. Tetap semangat ya.

Jadi, intinya jangan gegabah dan jangan menyalahkan perasaanmu. Kenali dulu, dari jauh, Ketika sudah yakin. Ajak berjumpa, atau wakilkan dengan keluarga. Lalu luapkan.

Jadi, tidak usah pacar-pacaran sebelum ada niat yang baik. Tidak usah yakin dengan rayuan-rayuan atau gombal-gombalan sehidup semati tapi belum apa-apa sudah ditinggal. Semoga bermanfaat.(*)

***

Penulis: F. Yuman Hasibuan
Editor: Muhammad Mihrob