Biografi Raden Sutisna Sendjaya Garut

 
Biografi Raden Sutisna Sendjaya Garut

Daftar Isi Biografi Biografi Raden Sutisna Sendjaya Garut

1.   Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
2.   Sanad Ilmu dan Pendidikan
3.   Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.   Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Raden Sutisna Sendjaya atau yang kerap disapa dengan panggilan Sutsen lahir pada tanggal 27 Oktober 1890 M di Wanaraja, Garut, Jawa Barat.

1.2 Wafat
Raden Sutisna Sendjaya wafat pada tanggal 11 Desember 1961 di Bandung, Jawa Barat.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Pendidikan Raden Sutisna Sendjaya ditempuh di Sakola Raja (KweekSchool) di Bandung pada tahun 1911. Raden Sutisna Sendjaya pernah mengajar di HIS Banten kemudian di HIS Bandung. Kemudian beliau melanjutkan belajar ke HKS, dan kemudian melanjutkan kembali kegiatan mengajar di HIS Pasundan 1 Tasikmalaya.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Beliau
Pada zaman penjajahan Belanda, Raden Sutisna Sendjaya bersama pengurus NU Tasikmalaya seperti KH. Ruhiat (ayah dari Rois 'Aam PBNU KH. Ilyah Ruhiat), berpandangan, gelar Ulil Amri bagi pemerintah kolonial harus dipandang sebagai suatu siyasi (politik). Pemerintah Hindia Belanda sebagai pemerintahan yang sah, tetapi statusnya tetaplah penguasa asing yang hanya berkuasa secara politik.

Dalam dunia jurnalistik, selain di Al-Mawaidz, beliau pernah menjadi redaktur di beberapa surat kabar pada masa penjajahan Belanda seperti Silliwangi (1921-1922). Aktif menulis di surat kabar Sipatahoenan (1923). Dalam menulis, beliau sering menggunakan inisial Sutsen.

Raden Sutisna Sendjaya dikenal sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Al-Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel ‘Oelama yang diterbitkan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tasikmalaya pada bulan Agustus 1933. Pengabdian beliau di NU dilanjutkan hingga tingkat wilayah. Tahun 1948 menjadi Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat. Selain aktif di NU, beliau juga salah seorang tokoh pergerakan di Paguyuban Pasundan.

Pada zaman penjajahan Jepang, beliau menjadi anggota Chuo Sangi in. Kemudian menjadi koordinator pergerakan perjuangan rakyat pada zaman revolusi fisik dan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Tasikmalaya.

Dengan demikian, pemerintah hanya berwenang mengatur masyarakat berkaitan urusan politik. Masalah lain seperti keagamaan, sejatinya diserahkan sepenuhnya kepada para ulama yang menjadi panutan rakyat.

Pada tahun 1952, Raden Sutisna Sendjaya menjadi Kepala Kantor Urusan Agama di Jakarta. Setelah pensiun pada tahun 1954, beliau bergabung dengan Daya Sunda. Kemudian bersama teman-temannya kembali aktif dalam jurnalistik. beliau menerbitkan mingguan berbahasa Sunda Kalawarta Kudjang (1956) dan bertindak sebagai pemimpin redaksi.

4. Referensi

NU Online Jabar

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 27 Oktober 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 11 Desember 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya