Penemuan Terbaru Tulisan Tangan Syaikhona Kholil Bertahun 1285 H

 
Penemuan Terbaru Tulisan Tangan Syaikhona Kholil Bertahun 1285 H

LADUNI.ID, Jakarta - Naskah kitab tulisan tangan Syaikhona Kholil, kitab Alfiyah, ditemukan kembali. Kitab ini adalah kitab keempat yang tercatat tahun 1285 Hijriyah. Diperkirakan, kitab ini ditulis sewaktu Syaikhona Kholil berusia 33 tahun.

Keterangan ini disampaikan oleh Muhammad Ismael Al Kholilie. Menurutnya, dalam kitab penemuan terbaru itu sangat jarang menggunakan makna dengan bahasa Jawa, melainkan lebih dominan menggunakan syarah yang berbahasa Arab.

Sementara itu, di bagian akhir kitab tersebut, terdapat catatan tentang karya-karya beliau Syaikhona Kholil yakni mengenai “Ilmu Arudh”.

Hingga saat ini, total keseluruhan tulisan Syaikhona Kholil yang telah dikoleksi oleh Lajnah Turots sementara berjumlah 26 judul kitab.

 فلله الحمد أولا وآخرا، باطنا وظاهرا، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

“Apresiasi khusus untuk Ketua Tim kami Lora Su Kakov yang sangat gigih dan bersemangat dalam memimpin kami menelusuri jejak Syaikhona Kholil selama ini,” tutur Muhammad Ismael sebagai ditulis di akun facebook pribadinya.

Sebelumnya diceritakan di Laduni.id bahwa terdapat salah seorang murid Syaikhona Kholil bernama Moh. Rowi Mancengan Modung Bangkalan. Ia merupakan salah satu santri Syaichona Moh. Cholil yang beruntung mendapatkan kitab Alfiyah dari Sang Guru. Moh. Rowi muda awalnya mondok di Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo.

Kesehariannya beliau sibukkan dengan mengaji berbagai macam kitab. Selain itu, beliau juga sering bertapa di waktu malam. Tempat pertapaannya agak aneh karena beliau selalu berendam di sungai yang ada di samping pondok, sambil berdzikir secara terus-menerus sampai Shubuh menjelang.

Suatu ketika di malam yang gelap dan dingin, beliau turun ke sungai seperti biasanya, berendam sambil berdzikir tiada henti. Dalam ke-khusyu’an-nya, tiba-tiba beliau tertidur dan bermimpi.

Dalam mimpi itu, beliau bertemu dengan seseorang berpakaian putih serta berwibawa, di atas sebuah bukit orang itu berkata, “Kalau kamu ingin alim ilmu Nahwu, datanglah ke pondok Demangan, belajarlah kepadaku!”.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob