Hubungan Sayid Muhammad Al-Maliki, Habib Hasan Baharun Dalwa dan KH. Yahya Syabrowi

 
Hubungan Sayid Muhammad Al-Maliki, Habib Hasan Baharun Dalwa dan KH. Yahya Syabrowi

LADUNI.ID, Surabaya - Sekitar 4 tahun lalu ketika saya diminta menjadi salah satu pemateri Madrasah Mafahim karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki bersama Hawari Ash-Shafwah Ust. Oemar Hawariy, terasa tabu bagi saya kalau tiba-tiba nyelonong ke acara itu. Maka jauh hari sebelum acara saya sowan kepada KH. Ihya', Santri pertama Sayid Muhammad sekaligus Ketua Umum alumni Sayid Muhammad.

Alhamdulillah Kiai Ihya' berkenan menjumpai saya di kantor Ash-Shafwah dekat Masjid Agung Surabaya. Lebih sempurna lagi ternyata di hari itu Habib Zain, putra Habib Hasan Baharun yang saat ini menjadi Pengasuh Pondok Dalwa, juga rawuh berkantor.

Setelah saya ditanya oleh Habib Zain tentang asal-usul dari mana, maka saya sampaikan bahwa saya dari Raudlatul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang, Habib Zain pun merasa tidak asing dengan kakek saya, Mbah Yahya Syabrowi (ayah Mantuan Gus Mad) dan Habib Zain menceritakan pertemuan kakek kami dengan Habib Hasan Baharun saat di Pontianak sekitar tahun 1960-an akhir, dan kakek kami inilah yang meminta agar Habib Hasan berkenan ikut ke Malang. Di pesantren Raudlatul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang Habib Hasan mengajar Bahasa Arab.

Di pondok Ganjar Habib Hasan tidak hanya aktif mengajar dan membuka kelas Takhassus, namun beliau juga aktif dalam kegiatan mendidik santri, di antaranya membangunkan santri untuk Salat Subuh. Para santri mengingat ciri khas Habib Hasan berupa kalimat "Qum Qum" (bangun, bangun) sambil memercikkan air dari timba ke wajah santri yang mbangkong (sulit bangun). Santri yang membawa timba itu adalah Haji Satrah Ponti.

Entah berapa tahun Habib Hasan berada di tengah-tengah santri Raudlatul Ulum 1 ini sebelum akhirnya beliau ke Bangil. Dalam proses dakwah panjang beliau dengan berpindah-pindah mengajar yang pada akhirnya menjadi pesantren besar dengan ribuan santri, Darul Lughah Wad Dakwah, Raci Bangil.

Meski Habib Hasan tidak lagi di Ganjar, namun hubungan keluarga kami tetap terjalin dengan Habib Hasan. Sekitar tahun 80-an Habib Hasan merawuhkan Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki ke Raudlatul Ulum 1 bersama keluarga kami.

Pada umrah 2015 lalu saya berjumpa dengan Habib Segaf, putra kedua Habib Hasan Baharun (beliau lahir di Ganjar) saat miqat di Bir Ali, dan sama-sama berpakaian ihram. Habib Segaf dawuh: "Dalwa tidak bisa dipisahkan dari Ganjar. Harus tetap dijaga hubungan ini".

*) Keterangan gambar: Dari kiri: KH. Mursyid Alifi, KH. Khalili Nawawi, KH. Qoffal Syabrawi, Habib Hasan Baharun, KH. Yahya Syabrawi.(*)

***

Penulis: Ustadz Ma’ruf Khozin
Editor: Muhammad Mihrob


Aktifkan NSP Tausiyah Ustadz Makruf Khozin "Dzikir Solusi Musibah"
Ketik DSMUA Kirim SMS ke 1212
Tarif: Rp. 9.900/bulan