Khutbah Jumat: Sya’ban, Akulturasi Antara Islam dan Budaya Lokal

 
Khutbah Jumat: Sya’ban, Akulturasi Antara Islam dan Budaya Lokal
Sumber Gambar: Foto Ist

KHUTBAH 1

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam serta nikmat sehat. Nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Mengawali khutbah ini khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi, dan kepada para jama’ah shalat Jum’at, marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban atas perintah-perintah-Nya dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari segala apa yang menjadi larangan-larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Relasi antara Islam dan budaya merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan. Dalam Islam sendiri ada nilai universal dan absolut sepanjang zaman. Namun demikian, Islam sebagai dogma tidak kaku dalam menghadapi perubahan zaman. Sebaga agama rahmatan lil alamin Islam selalu memunculkan dalam bentuk yang luwes dan fleksibel, ketika menghadapi masyarakat yang dijumpainya dengan beraneka ragam budaya, adat kebiasaan atau tradisi. Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol.

Sebagai Agama universal, ajaran-ajaran Islam diharapkan dapat mengakomodir setiap kultur dan kebudayaan kehidupan para pemeluknya, tidak terbatas ruang dan waktu. Islam yang lahir dan berkembang di wilayah jazirah Arab, tidak bisa terlepas dari kultur dan budaya masyarakat setempat. Dari itu tidak jarang perilaku keberagamaan pemeluknya lebih deket dengan nuansa arab.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam perkembangannya tidak sedikit pemeluk Islam mengekspresikan prilaku keberagamaannya dengan warna tempat asal agama tersebut lahir (Arab). Hal tersebut tidak bisa dipermasalahkan karena hal yang berkaitan dengan agama adalah hal privat dan selera. Yang menjadi problem adalah ketika sebuah “kepatuhan” dengan warna tertentu menjadikan seseorang beranggapan dialah yang paling benar paling islami dan syar’I, sedangkan yang lain salah atau  tidak sesuai dengan panduan Islam. Yang lebih parah adalah tuduhan atau cap bid’ah, khurafat, sesat dan kafir yang kemudian dilontarkan hanya karena tidak sejalan dan sama dengan pemahaman yang dia pegang. Padahal, jika kita tengok dalam sejarah perkembangan pemikiran hukum fikih (hukum Islam) memperlihatkaan bahwa perbedaan dalam pandangan keagamaan adalah hal yang biasa dan  persentuhan prinsip universalitas hukum Islam dengan kondisi budaya lokal adalah hal yang wajar.

Gejala ini merupakan salah satu pemicu pemikiran pribumisasi Islam dengan prinsip mengakomodasi  terhadap budaya lokal. Tentunya gagasan pribumisasi Islam yang tidak sampai meleburkan nilai-nilai Islam dan sesuai dengan nilai-nilai universalitas Islam itu sendiri. maka perbedaan hanya selera dan cara pandang dalam perilaku keberagamaan. Hal ini harus disikapi dengan adil dan bijak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadi perpecahan dalam tubuh umat.

Bagi sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia yang memeluk agama Islam sebelum masuk bulan suci Ramadhan diawali dengan bulan Sya’ban. Salah satu bulan yang dalam kalender hijriyah. Bulan sya’ban atau yang dikenal masyarakat muslim Jawa disebut bulan ruwah merupakan bulan dimana dijadikan persiapan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Dalam bulan Sya’ban ini mayoritas masyarakat Jawa Muslim mempersiapkan diri, baik jasmani maupun rohani, fisik maupun spiritual.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Banyak tradisi masyarakat muslim di Indonesia yang dilakukan dalam bulan sya’ban ini diantaranya adalah acara ruwahan yang merupakan salah satu kreatifitas ulama yang menyebarkan agama Islam khususnya di tanah Jawa. Tradisi ini merupakan bagian dari hasil pemahaman akulturasi, asimilasi budaya agama sebelum Islam dianut oleh orang-orang Islam di Indonesia. Tradisi ruwahan hari ini masih tetap dipertahankan karena termasuk dalam konteks realitas sosial sehingga masyarakat tetap menerima dengan baik Serta masih tetap berlangsung hingga saat ini. Bagi orang sebagian besar muslim di Indonesia, memegang dan melestarikan tradisi merupakan hal yang harus dipegang teguh yang bertujuan untuk mengingatkan manusia agar tidak lupa dengan asal-usulnya. Ketika manusia semakin jauh melangkahkan kaki dari asalnya, maka semakin rentan baginya untuk melupakan tradisi yang dibentuk oleh leluhurnya.

Ada makna dan filosofi yang terdapat dalam tradisi masyarakat muslim Indonesia. Hal tersebut merupakan bahasa kiasan dan harapan dari esensi (intisari; pokok; hakikat) yang dimaksud, karena falsafah tersebut merupakan seperangkat pengetahuan tentang dasar pikiran dan perilaku dalam mencari kebenaran dan prinsip-prinsip dengan menggunakan akal.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam masyararkat muslim di Indonesia menjadi sebuah tradisi ketika memasuki bulan Sya’ban, masyarakat muslim di Indonesia mempersiapkan diri dalam upaya peningkatan amal ibadahnya, seolah-olah bulan Sya’ban menjadi fase pemanasan beribadah untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mulai dari rutinitas puasa sunat semenjak awal Sya’ban hingga pelaksanaan shalat tasbih dan yasinan pada malam pertengahan bulan (nishfu Sya’ban). Rasulullah SAW Bersabda:

شعبان شهرى ورمضان شهر الله وشعبان المطهر ورمضان المكفر .الديلمى عن عائشة

“Sya’ban adalah bulanku, Ramadhan adalah bulan Allah. Sya’ban adalah bulan yang menyucikan dan Ramadhan adalah bulan penghapusan dosa” (HR. Imam al-Dailami)

Proses akulturasi antara Islam dan budaya terjadi pada saat bulan Sya’ban. Umat Islam khususnya di Indonesia dalam bulan Sya’ban banyak mengerjakan amalan-amalan antara lain berpuasa, terlebih Pada saat pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban) masyarakat beramai-ramai pergi ke masjid/mushalla/langgar untuk melakukan kegiatan ibadah shalat maghrib berjamah dan dilanjutkan dengan membaca surat yasin sebanyak tiga kali serta menjalankan ibadah puasa sunnah bulan Sya’ban keesokan harinya. Kegiatan semacam ini terus berlangsung setiap tahunnya, selain amal ibadah yang dilakukan, sebagian masyarakat muslim Indonesia juga menyiapkan acara-acara budaya antara lain seperti tari-tarian, serta mendatangkan da’I untuk memberikan nasihat-nasihat agama. Dalam sebuah hadis yang di Riwayatkan Siti Aisyah RA, Nabi SAW bersabda:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان وما رأيته في شهر أكثر منه صياما في شعبان

"Adalah Rasulullah SAW berpuasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka dan beliau berbuka sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan tidak pernah sama sekali saya melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan dan tidak pernah saya melihat beliau lebih banyak berpuasa dalam sebulan yang lebih banyak daripada bulan Sya`ban”. (HR. Imam Muslim).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Masyarkat muslim di Indonesia selain mengerjakan amalan-amalan ibadah yang tentunya sudah diajarkan oleh para alim ulama, dalam bulan sya’ban banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tradisi dan budaya. Tentu tradisi dan budaya yang dilakukan yang tidak bertentangan dengan ajaran dan syariat Islam. Sehingga hal ini merupakan kearifan sekaligus ciri khas masyarakat muslim di Indonesia. Mampu memadukan agama dan budaya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tidak menyia-nyiakan bulan Sya’ban, meski di tengah kesibukan duniawi yang luar biasa. Al-faqir mengajak kepada jamaah sekalian untuk menyisihkan waktu untuk meningkatkan kedekatan kita kepada Allah, melalui kontemplasi, dzikir, dan amal kebaikan, lebih-lebih di bulan mulia ini.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

KHUTBAH 2

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

  أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ