Khutbah Jumat: Tobat yang Sesungguhnya

 
Khutbah Jumat: Tobat yang Sesungguhnya
Sumber Gambar: Foto (dok Laduni.ID)

KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Mengawali khutbah jumt’at ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita dengan menjalankan hal-hal yang menyebabkan kita mendapatkan pahala, yang mengantarkan keselamatan di dunia.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Betapapun banyak dan besarnya dosa yang dilakukan seorang manusia, apabila ia bertobat dengan tulus dan dilakukan secara bersungguh-sungguh serta menjalani tata caranya yang benar, maka tobatnya akan diterima oleh Allah s.w.t. Hadis berikut ini menjelaskan, betapa Maha Besar dan Maha Kasih Allah s.w.t. terhadap hamba-Nya yang berniat kembali kepada-Nya dan bertobat, berapapun banyaknya ia melakukan dosa, tetap tobatnya diterima oleh Allah S.W.T. 

Baca juga: Khutbah Jumat: Perempuan dan Hakikat Emansipasinya

Dalam riwayat Shahih al-Bukhari disebutkan; Pria yang bertobat itu lebih dekat sejengkal ke tempat yang baik itu, maka ia dikelompokkan bersama orang-orang yang shalih di tempat tersebut. Pada kitab Shahih al-Bukhari juga disebutkan bahwa Allah s.w.t. mewahyukan (memerintahkan) pada daerah yang buruk itu supaya menjauh dari daerah yang baik, dan daerah yang baik itu lebih dekat pada posisi pria yang bertobat itu, kemudian diukur oleh kedua malaikat tersebut. Kedua malaikat itu mendapati posisi jenazah lebih dekat sejengkal ke daerah yang baik, maka pria itu diampuni oleh Allah s.w.t.. Pada riwayat yang lain Allah membuat dada orang tersebut cenderung untuk menuju ke daerah yang baik. (al-Nawawi: 1992: 50).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Perbuatan dosa dan kesalahan, besar atau kecil yang dilakukan manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, karena manusia selalu terlibat konflik antara baik dan buruk. Suatu saat kebaikan pada diri manusia muncul sebagai pemenang, sehingga ia menjadi manusia yang luhur dan mulia. Pada saat yang lain terjadi sebaliknya, naluri keburukan muncul menguasai diri seseorang, sehingga ia tercampakkan ke lembah kehinaan. Dorongan kebaikan dan dorongan berbuat buruk yang bersifat antagonis itu terus silih berganti mempengaruhi manusia. Bila kebaikannya yang diunggulkan, maka ia menjadi insan yang mulia, sebaliknya apabila keburukan yang menguasainya, maka ia menjadi makhluk yang hina.

Menyadari kenyataan itu, hendaklah setiap orang memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya, mengobati penyakit yang menggerogoti jiwanya dan senantiasa memelihara kesucian jiwa yang agung itu. Menyadari kesalahan, kemudian menyesalinya, lalu menggantinya dengan melakukan kebaikan-kebaikan itulah yang dimaksud dengan bertobat. Hal ini diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُوْلِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاء وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ -٣١-

Artinya   :  “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung”. (QS. al-Nur,24: 31).

Dalam firman-Nya yang lain disebutkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ -٨-

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia....” (QS. al-Tahrim,66: 8).

Baca juga: Khutbah Jum’at: Peran Akhlak dan Etika dalam Berbangsa dan Bernegara

Bertobat dari segala kesalahan, noda dan dosa, baik besar maupun kecil adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang muslim. Dengan bertobat itu seseorang akan menyadari kekeliruannya di masa yang lalu dan tidak akan mengulanginya di masa yang akan datang. Nabi s.a.w. bersabda:

كُلُّابْنِآدَمَخَطَّاءٌوَخَيْرُالْخَطَّائِينَالتَّوَّابُونَ

Artinya: “Setiap orang pernah berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang pernah berbuat kesalahan adalah mereka yang bertobat”. (Hadis Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 2423, Ibnu Majah: 4241, Ahmad: 12576, Imam al-Darimi: 2611. teks hadis di atas riwayat al-Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Tobat yang sebenar-benarnya dalam istilah agama disebut “Taubatan Nasuha” yaitu tobat dengan penyesalan yang dalam terhadap segala kesalahan masa lalu, diteruskan dengan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa yang akan datang. Selain kedua ketentuan tadi, tobat juga harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, bukan karena tujuan lain. Tobat seperti itu akan membentuk jiwa seseorang yang jujur, arif, dan bijaksana, sehingga dapat melaksanakan ajaran agamanya dengan baik, guna memperoleh ridha Tuhannya.

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ -٢٥-

Artinya:“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya, memaafkan segala kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Syura, 42: 25).
Betapa besarnya cinta dan ridha Allah bagi mereka yang bertobat, dilukiskan dalam ayat berikut ini:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ -٢٢٢-

Artinya:“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. al-Baqarah, 2: 222).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Sebagian dari rahmat Allah yang agung yang dikaruniakan kepada setiap diri manusia adalah bahwa Dia selalu membuka pintu tobat bagi semua hamba-Nya. Dia senantiasa membuka pintu harapan dan cita-cita bagi setiap orang yang ingin kembali mendekatkan diri kepada-Nya.

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ -٥٣-

Artinya: Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Zumar, 39: 53).

Baca juga: Meredam Islamofobia dengan Kode Etik Dakwah Nabi Muhammad SAW

Tobat bukanlah sesuatu yang sulit untuk dikerjakan, karena ia merupakan kesadaran hati yang bersih, pengakuan terhadap prilaku yang salah, berusaha kembali ke jalan yang benar dan teguh menjalani kebenaran itu. Di antara sikap orang beriman adalah menyadari kesalahan-kesalahannya, kemudian segera mengingat Allah dengan penuh ketundukan.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ -١٣٥- أُوْلَـئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ -١٣٦-

Artinya: “Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang yang beramal”. (QS. Ali Imran, 3: 135–136).

Tobat bukanlah berarti pengakuan lisan semata dalam bentuk-bentuk kepatuhan lahiriyah saja, tetapi harus dibuktikan dengan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga harus dibarengi dengan amal yang shalih dan keyakinan yang dalam serta keikhlasan yang sempurna.

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى -٨٢-

Artinya:“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar”. (QS. Thaha, 20: 82).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Berdasarkan uraian di atas, bertobat merupakan station pertama dari perjalanan yang ditempuh kaum sufi, dan merupakan tahapan pertama dari beberapa tingkatan yang ditempuh oleh mereka yang mendekatkan diri kepada Allah s.w.t.. Makna tobat dalam bahasa Arab adalah kembali. Seseorang yang bertobat, berarti ia kembali. Dengan demikian tobat adalah meninggalkan kehidupan yang tercela dan menuju pada kehidupan yang terpuji. Rasul s.a.w. bersabda: “Menyesali suatu kesalahan, merupakan tobat”. (Hadis Shahih, Riwayat Ibnu Majah: 4242 dan Ahmad: 3387. teks hadis riwayat Ahmad).

Hadis di atas menunjukkan kepada kita betapa agungnya tobat itu, seperti Nabi s.a.w. bersabda: “Haji adalah Arafah”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa'i: 2994 dan Ibnu Majah: 3006. teks hadis riwayat al-Nasa'i dan Ibnu Majah). Dalam hadis tersebut terkandung pesan, betapa pentingnya wukuf di Arafah dalam pelaksanaan ibadah haji, bukan berarti menafikan unsur-unsur lainnya seperti, thawaf, sa’i dan sebagainya. Pesan itu hanya untuk menekankan betapa pentingnya ibadah wukuf, disejajarkan dengan rukun-rukun haji yang lain. Demikian juga yang terkandung dalam pesan hadis di atas bahwa “menyesali kesalahan merupakan suatu tobat”. Jadi bagian penting dalam bertobat adalah menyesali perbuatan dosa. Maksudnya, orang tidak mungkin bertobat dari suatu perbuatan dosa atau kesalahan yang tetap dilakukannya secara terus menerus, atau bermaksud untuk melakukannya kembali.

Tobat mempunyai sebab, urutan, aturan dan bagian-bagiannya sendiri. Sebab langsung yang pertama dari tobat adalah sadarnya hati seseorang dari kealpaan, menyadari bahwa dirinya telah melakukan perbuatan yang buruk. Orang tersebut dapat menggapai hal ini dengan petolongan Allah s.w.t., setelah ia mengatasi berbagai kendala yang diujikan Allah s.w.t. terhadap dirinya. Keadaan seperti ini berlangsung dengan cara memperhatikan dan mendengarkan kata hati dan bisikan sanubarinya. Disebutkan dalam sebuah hadis:

...أَلاَوَإِنَّفِيالْجَسَدِمُضْغَةًإِذَاصَلَحَتْصَلَحَالْجَسَدُكُلُّهُوَإِذَافَسَدَتْفَسَدَالْجَسَدُكُلُّهُأَلاَوَهِيَالْقَلْبُ (رواهالبخاريومسلم)

Artinya:“....Ketahuilah! Sesungguhnya pada tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah kalbu”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 50, dan Muslim: 2996. teks ).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Bila seorang manusia merenungi secara mendalam terhadap perbuatan-perbuatan jahatnya, ia pasti akan menyadari perbuatan-perbuatan tercela yang dilakukannya itu, maka kerinduan untuk bertobat akan terukir dalam lubuk hatinya. Keadaan seperti itu biasanya dibarengi dengan sikap menahan diri dari tindakan-tindakan yang tercela. Allah s.w.t. akan berkenan memberikan pertolongan kepadanya dalam melaksanakan niatnya yang kuat itu, untuk menempuh jalan kembali pada kebaikan. Langkah untuk bertobat yang paling awal adalah memisahkan diri dari orang-orang yang biasa berbuat jahat. Karena lingkungan seperti itu akan mendorong seseorang pada perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga memalingkannya dari tujuan tobatnya. Hal ini juga dapat menimbulkan keraguan dari kejujuran niat untuk bertobat yang telah terpatri dalam dirinya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah SWT untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Amin...

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

DO’A KHUTBAH

اَللهُمَّ ٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

_____________________________
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA