Khutbah Jumat: Makna Tersirat Emosi dalam Al Quran

 
Khutbah Jumat: Makna Tersirat Emosi dalam Al Quran
Sumber Gambar: Foto : (dok. Laduni.ID)

KHUTBAH PERTAMA:

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الّذِيْ فَرَّضَ الْحَجَّ بِقَوْلِهِ: وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا .أشْهَدُ أَن لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَه. وَأَشهَدُ أنَّ محمدًا عَبدُهُ وَرَسُولُه .اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا محمدٍ, وَعلى الِهِ وَأَصْحَابِهِ. أمَّا بَعْد. فَياَ عِبَادَ الله, أُوْصِيكُم وَإِيَّايَ بِتَقْوَالله. وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’ah rohimakumulloh,

Sebagai wujud rasa syukur Kita marilah Kita meningkatkan ketaqwaan Kita kepada Allah S.W.T. yang telah mewajibkan kita untuk menunaikan Ibadah Haji bagi kita yang sudah memenuhi syarat wajibnya haji.

Dalama bulan dzulqo’dah ini, banyak sekali saudara-saudara Kita yang akan segera menunaikan ibadah haji. Alangkah mulianya jika seorang hamba bisa memenuhi panggilan Tuhannya ke Baitulloh itu.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Alloh,

Manusia adalah, makhluk yang diciptakan Allah secara sempurna. Kesempurnaan tersebut meliputi potensi akal dan hati. Potensi akal untuk berfikir dan bertindak di dalam kehidupan, sedangkan potensi hati untuk berperasaan dan bersimpati dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Disinilah, Allah mengungkapkan kesempurnaan mahluknya melalui beberapa kata di dalam firmannya. Ada tiga kata yang digunakan Al Quran untuk menunjuk pada manusia: (Quraish Syihab: 1996:280)

a. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins, nas, dan unas.
b. Menggunakan kata basyar.
c. Menggunakan kata bani Adam, dan Zurriyat Adam

Kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, senang, dan tampak nyata berbeda dengan jin (Iqbal Zakki:2008:29). “Kata insan juga disebutkan berasal dari kata nasiya-yansa-masyan wa nisyanan, yang artinya mahluk yang sering lupa. Bahkan ada riwayat dari Ibnu Abbas R.A bahwa Rasulullah bersabda:

 “Sesungguhnya manusia dinamai al-insan, karena sesungguhnya berjanji kepada-Nya kemudian ia lupa.” (al-Thabrani dalam al-Mu’jam alshaghir, III/64;942)

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Alloh,

Adapun kata al-Insaan disebutkan di dalam Al Quran sebanyak 61 kali, sedangkan kata al-insu disebutkan di dalam Al Quran sebanyak 18 kali. Misalnya, di dalam firman Allah disebutkan:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ -١٤-

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."(QS: Luqman:14)

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ -٣٣-

Artinya: "Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan." (QS:Ar-Rahman 33)          

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Alloh,

Sedangkan kata basyar berasal dari kata  al-basyarah yang artinya kulit bagian luar manusia manusia yang sangat sensitif (Ibnu Mandzur:2009:276). Lafadz tersebut berlaku secara umum untuk lafadz mudzakar (maskulin), muannats (feminin), mutsanna (menunjukkan makna dua) atau jama’. Karena itu seorang laki-laki disebut al-basyar, untuk seorang wanita disebut juga al-basyar, dan demikian juga untuk dua orang dan jama’. Sebagaimana Firman Allah:

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْياً أَوْ مِن وَرَاء حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ -٥١-

Artinya: "Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana."(QS:Al-Syura’:51)

Melalui kata basyar tersebut entitas psikologis manusia berkaitan dengan emosi. Sebab kondisi manusia berubah ubah dari waktu-waktu. Misalnya, seseorang senang jika ia menerima hadiah, seseorang sedih apabila ia menerima kabar buruk, seseorang  marah bila ada sesuatu yang membuatnya kesal, dan seseorang takut apabila melihat sesuatu yang menyeramkan. Ketidakstabilan perasaan dan emosi tersebut ada pada diri manusia karena kepekaan terhadap sesuatu yang dialaminya.

Emosi secara etimologi yaitu kekuatan perasaan seperti cinta, marah, atau perasaan-perasaan lainnya (Colin MCintosh:2013:495). Definisi tersebut memberi gambaran bahwa emosi merupakan perasaan yang timbul dari hati manusia yang disebabkan kondisi tertentu yang dihadapinya. Emosi manusia terkadang terekspresikan oleh raut wajah.

Daniel Goleman menggambarkan bahwa emosi yaitu kosakata yang tidak mampu disebutkan secara persis keseluruhan emosi yang kita rasakan. Namun demikian, para psikolog mencoba mengklasifikasi emosi menjadi dua kelompok besar: emosi dasar (primer emotion) dan emosi campuran (mixed emotion). Emosi dasar yaitu hanya memiliki satu emosi misalnya marah, sedangkan emosi campuran contohnya apabila seseorang lulus dengan predikat cumlaude pasti ia senang dan bercampur gembira.

Emosi menurut Jeanne Segal berperan penting bagi kehidupan.menurut banyak bukti, perasaan adalah sumber daya terampuh yang kita miliki. Emosi adalah penyambung hidup bagi kesadaran diri dan kelangsungan diri yang secara mendalam menghubungkan kita dengan diri kita sendiri dan orang lain, serta dengan alam dan kosmos. Emosi memberitahu kita tentang hal-hal yang paling utama bagi kita- masyarakat, nilai-nilai, kegiatan, dan kebutuhan yang memberikan motivasi, semangat, kendali diri, dan kegigihan (Jeanne Segal:1997:19).

Dua definisi di atas tentang emosi mengisyaratkan emosi bersifat abstrak dan subjektif. Sebab emosi seseorang itu banyak dipengaruhi oleh keadaan diri. Emosi itu ada karena seseorang itu mengamati, menangkap, membayangkan, mengingat, dan merasakan sesuatu. Kondisi yang demikian berkaitan dengan psikologis pribadi seseorang. Hal itu ditandai dengan perubahan psikis, ekspresi wajah manusia, dan prilakunya.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Alloh,

Keterbangkitan emosi ditandai adanya perubahan faali (fisiologis) dan terekspresikan dalam bentuk sikap atau tingkah laku.  Perubahan faali di saat emosi oleh alquran diindikasikan antara lain dengan degup jantung (wujilat qulubuhum – Al-Anfal/8:2, Al-Hajj/22:35), GSR (galvanic skin response) atau reaksi kulit (taqsya’irru minhu julud- Az-Zumar/39:23), reaksi pupil mata (‘tasykhashu fihi al-abshar – Ibrahim/14:42, Al-Anbiya/21:97), reaksi pernapasan (‘shadrahu dhayyiqan–Al-An’am/6:125, Al-Hijr/15:97, Asy-S-Syu’ara/26:13) (Darwis Hude:2017:82).

Adapun ekspresi wajah merupakan ekspresi paling terlihat terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa emosi. Gambaran tersebut antara lain wajah yang berseri-seri bahagia (‘wujuhuy yawmaidzin musfirah, dhahikatum musytabsyirah- A’basa/80:38-39), wajah hitam pekat atau merah padam (‘wajhuhu muswadda’ Al-Nahl/16:58, Al-Zumar/39:60, Al-Zukhruf/43:15), dan padangan tidak konsentrasi (‘zagati al-abshar’- Al-Ahzab/33:10, Shad/38:63, Al-Najm/53:17) (Darwis Hude:2017:82)

Memang kosakata yang berdenotasi emosi tidak tersirat di Al Quran, akan tetapi ayat-ayat yang berbicara tentang prilaku emosi dasar manusia dijelaskan oleh Al Quran meskipun topik utamanya bukan masalah emosi. Emosi-emosi dasar tersebut antara lain emosi senang, emosi marah, emosi sedih, emosi takut, emosi benci, dan emosi heran atau kaget. Begitu kayanya Al Quran, hingga mencakup pembahasan mulai manusia secara utuh hingga detail kecil yang tak terlihat seperti emosi. Maha Benar Allah dalam segala Firman-Nya.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Alloh,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

DO’A KHUTBAH:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

_____________________
Oleh: Muhammad Yusuf
Sumber: Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1997, 411