Keutamaan dan Adab Tadarus Al-Quran di Bulan Ramadhan

 
Keutamaan dan Adab Tadarus Al-Quran di Bulan Ramadhan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID Jakarta - Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu oleh seluruh umat Muslim dunia. Pasalnya dibulan ini, semua bentuk kegiatan ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Dan salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan suci ini adalah membaca Al-Qur'an. Hal ini dikarenakan bahwa bulan Ramadhan itu juga disebut sebagai bulan Al-Qur'an, sebab di bulan suci tersebut Al-Qur'an diturunkan. 

Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Karena itu, sangat dianjurkan untuk mengisi momentum bulan suci Ramadhan ini dengan rajin membaca Al-Qur'an. Bahkan membaca Al-Qur'an itu pahalannya dilipatkan bukan dengan dihitung perkata, melainkan perhuruf. Hal ini sebagaimana keterangan di dalam Hadis Rasulullah SAW berikut:  

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ 

"Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi)

Tentang Tradisi Tadarus Al-Qur'an

Sejak dulu telah berkembang tradisi membaca Al-Qur'an secara bergantian, yang kemudian dikenal dengan istilah Tadarus, lalu di Indonesia disebut dengan Tadarusan. Istilah tersebut diambil dari bahasa Arab dari kata  ﺗَﺪَﺍﺭُﺱ  berasal dari kata  ﺩَﺭَﺱَ   (darasa) yang artinya adalah belajar. Kemudian mengikuti wazan ﺗَﻔَﺎﻋَﻞَ , sehingga mauzunnya menjadi ﺗَﺪَﺍﺭَﺱَ. Dalam gramatikal bahasa Arab, fi’il (kata kerja) yang mengikuti wazan ini, salah satu pengaruhnya adalah mempunyai arti ﻟِﻠْﻤُﺸَﺎﺭِﻛَﺔِ yakni bahwa fa’il (subjek) dan maf’ul (objek) bersamaan dalam melakukan perbuatan, sehingga artinya menjadi saling mempelajari. Kemudian di-tashrif (mengalami derivasi):

ﺗَﺪَﺍﺭَﺱَ – ﻳَﺘَﺪَﺍﺭَﺱُ – ﺗَﺪَﺍﺭُﺳﺎً

Sehingga kemudian menjadi kata ﺗَﺪَﺍﺭُﺳﺎً (tadaarusan), yang berkedudukan sebagai mashdar yang artinya adalah pembelajaran secara bersama-sama. Makna ini seperti yang terdapat pada kalimat berikut:

ﻭَ ﻳﺘَﺪَﺍﺭَﺳُﻮْﻧَﻪُ ﺑَﻴﻨَﻬُﻢ

“Dan mereka saling mempelajari Al-Qur'an di antara mereka.”

Dalam contoh kalimat di atas, kata  ﻳﺘَﺪَﺍﺭَﺳُﻮْﻥَ terdiri dari kata  ﻳَﺘَﺪَﺍﺭَﺱُ dan dhomir muttashil ﻫُﻢْ hum (mereka). Sehingga, dengan demikian artinya menjadi "mereka saling mempelajari". Maka tradisi Tadarusan itu tidak lain adalah suatu kebiasaan mempelajari Al-Qur'an atau bisa juga kebiasaan membaca Al-Qur'an yang dilakukan secara saling bergantian di dalam satu majelis. Dan demikian ini biasanya dilakukan di dalam masjid, mushola atau langgar yang ada di desa-desa.

Keutamaan Tadarus Al-Qur'an

Dalam sebuah Hadis disebutkan:

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: ﻭَﻣَﺎ ﺍﺟْﺘَﻤَﻊَ ﻗَﻮْﻡٌ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺖٍ ﻣِﻦْ ﺑُﻴُﻮْﺕِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻳَﺘْﻠُﻮْﻥَ ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻳَﺘَﺪَﺍﺭَﺳُﻮْﻧَﻪُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺇلَّا ﻧَﺰَﻟَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢِ ﺍﻟﺴَّﻜِﻴْﻨَﺔُ ﻭَﻏَﺸِﻴَﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔُ ﻭَﺣَﻔَّﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻼﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺫَﻛَﺮَﻫُﻢُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﻦْ ﻋِﻨْﺪَﻩُ

"Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah bersabda: 'Dan tidaklah satu kaum berkumpul dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan akan turun kepada mereka, kasih sayang akan menyelimuti mereka, malaikat akan menaungi mereka, dan Allah akan menyebut mereka di tengah makhluk yang ada di sisi-Nya." (HR. Muslim)

Adapun yang dimaksud rumah Allah adalah masjid, sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an berikut ini:

ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺕٍ ﺃَﺫِﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻥ ﺗُﺮْﻓَﻊَ ﻭَﻳُﺬْﻛَﺮَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﺳْﻤُﻪُ ﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻐُﺪُﻭِّ ﻭَﺍﻟْﺂﺻَﺎﻝِ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.” (QS. An-Nur: 36)

Dari Hadis di atas, kita bisa mendapat keterangan bahwa keutamaan Tadarus Al-Qur’an adalah sebagaimana berikut:

1. Mendapatkan ketenangan
2. Mendapatkan anugerah kasih sayang
3. Mendapatkan penjagaan malaikat yang akan menaungi
4. Disebut oleh Allah di tengah-tengah makhluk yang ada di sisi-Nya

Tentang keutamaan Tadarus Al-Qur'an ini, terdapat penjelasan Imam An-Nawawi di dalam Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an. Beliau mengatakan berikut ini:

ﻓِﻲ ﺍﻻِﺩَﺍﺭَﺓِ ﺑِﺎﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻥْ ﻳَﺠْﺘَﻤِﻊَ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺃَﻭْ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﻜُﺖُ ﻭَﻳَﻘْﺮَﺃُ ﺍﻵﺧَﺮُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ ﺍﻷُﻭْﻝَ ﺛُﻢَّ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﺍﻵﺧَﺮُ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺟَﺎﺋِﺰٌ ﺣَﺴَﻦٌ ﻭَﻗَﺪْ ﺳُﺌِﻞَ ﻣَﺎﻟِﻚٌ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻻ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﻪِ

"Tentang membaca Al-Qur’an bergantian (Idarah), yakni berkumpul sekelompok orang, sebagian mereka membaca 10 juz, atau 1 juz, atau yang lainnya, kemudian yang membaca diam (berhenti), dan yang lain membaca (melanjutkan) pada tempat (ayat) berhentinya yang pertama. Kemudian yang lain baca di mana berhentinya, dan ini boleh serta bagus. Imam Malik pernah ditanya tentang acara-cara seperti ini, lalu ia menjawabnya tidak apa-apa."

Jadi, praktik Tadarus Al-Qur'an itu bermanfaat untuk bisa saling men-tashhih dengan mendengarkan dan menyimak secara seksama orang yang sedang membaca Al-Qur'an. Tentunya hal ini sangat baik dan dianjurkan, apalagi dilakukan di tempat ibadah dan di momen bulan suci Ramadhan. Tetapi ada hal yang perlu dihindari agar keutamaan Tadarus Al-Qur'an itu utuh, yakni adanya praktik sebagian orang yang terkadang saat ada orang yang satu baca, ia justru makan atau tidur. Jika demikian, maka itu dapat mengurangi faedahnya. Karenanya, harus kita perhatikan bahwa bagusnya adalah yang satu membaca dan yang lainnya menyimak atau memperhatikannya secara seksama bacaan yang lain, kemudian saling bergantian melakukan hal itu. Demikian itu adalah sebagaimana makna dari istilah Tadarus Al-Qur'an itu sendiri.

Adab Tadarus Al-Qur'an

Bagi yang melakukan Tadarus Al-Qur'an, maka perlu memperhatikan adab-adab penting berikut ini:

1. Bersuci dari hadas dan najis. Hal ini sebagaimana keterangan di dalam firman Allah: “Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur'an) kecuali orang-orang yang suci.” (QS. Al-Waqi'ah: 79)
2. Membersihkan mulut dengan bersiwak atau menggosok gigi, karena Al-Qur'an adalah bacaan yang sangat mulia
3. Membaca ta’awwudz, sebagaimana yang difirmankan Allah: “Apabila engkau membaca Al-Qur'an, maka berlindunglah kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl : 98)
4. Membaca Al-Qur'an dengan tartil, sebagaimana firman Allah: “..dan bacalah Al-Qur'an dengan tartil.” (QS. Al-Muzammil: 4). Maksudnya adalah membaca Al-Qur'an dengan perlahan-lahan, jelas, dan tidak memotong ayat secara sembarangan.
5. Membaca dengan suara indah. Sebagaimana sebuah riwayat di dalam Kitab Kanz Al-Ummal fi Sunan Al-Aqwal wa Al-Af'al, yang menyatakan bahwa nabi pernah bersabda: “Setiap sesuatu ada hiasannya, dan hiasan Al-Qur'an adalah suara yang indah.” Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang orang yang paling indah dalam membaca Al-Qur'an, maka beliau menjawab, “Orang yang jika engkau dengar suaranya, engkau akan melihatnya sebagai orang yang takut kepada Allah.”
6. Tadabbur, yaitu merenungi makna-makna ayatnya dan mengambil pelajaran darinya. Hal ini sebagaimana firman Allah: “Kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, agar mereka mentadabburi (merenungi) ayat-ayatnya dan agar ulul albab mengambil pelajaran darinya.” (QS. Shad: 29). Selain itu juga berlandaskan firman Allah berikut: “Apakah mereka tidak (tadabbur) memikirkan Al-Qur'an itu, atau hati mereka tertutup.” (QS. Muhammad: 24). 
7. Mengimani seluruh isinya. Sebagaimana firman Allah SWT: “Alif lam mim, inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 1-2). “Apakah kamu percaya dengan sebagian Al-Kitab (Al-Qura'n) dan ingkar dengan sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian, kecuali kehinaan pada kehidupan dunia dan pada Hari Kiamat. Mereka akan dilemparkan ke dalam azab yang pedih. Dan Allah tidak pernah lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85)

Dengan memperhatikan adab-adab di atas, insya Allah setiap kita melakukan Tadarus Al-Qur'an, maka akan menghasilkan energi dan semangat baru serta jiwa yang kokoh. Karena kita bukan hanya sekedar membacanya, tetapi juga menyelami kandungan maknanya. Dengan demikian kita mejadi takut saat membaca ayat siksa dan dipenuhi harapan saat menemukan ayat-ayat rahmat.

Diceritakan dalam sebuah riwayatb bahwa Khalifah Umar bin Khattab r.a. pernah membaca Al-Qur'an yang berbunyi :

ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﻤُﻮﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤﺎﺀُ ﻣَﻮْﺭﺍً ﻭَ ﺗَﺴﻴﺮُ ﺍﻟْﺠِﺒﺎﻝُ ﺳَﻴْﺮﺍً ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻟِﻠْﻤُﻜَﺬِّﺑﻴﻦَ ﺍﻟَّﺬﻳﻦَ ﻫُﻢْ ﻓﻲ ﺧَﻮْﺽٍ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﻳُﺪَﻋُّﻮﻥَ ﺇِﻟﻰ ﻧﺎﺭِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﻋًّﺎ ﻫﺎﺫِﻩِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺍﻟَّﺘﻲ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺑِﻬﺎ ﺗُﻜَﺬِّﺑُﻮﻥَ

“Pada hari ketika langit benar-benar berguncang. Dan gunung benar-benar berjalan. Maka kecelakaan besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Yaitu orang-orang yang bermain-main dengan kebathilan. Pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka) inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” (QS. At-Thur: 9-14)

Setelah membaca ayat tersebut, jiwa Khalifah Umar r.a. terguncang dan dipenuhi dengan ketakutan serta kengerian akan peristiwa Hari Kiamat. Dikabarkan beliau jatuh sakit hingga sebulan lebih sebab kejadian itu. Begitulah dampak luar biasa dari perenungan mendalam terhadap ayat-ayat suci Al-Qur'an. Khalifah Umar membaca Al-Qur'an dengan menyelami kandungan maknanya, sehingga seolah-olah sedang berbicara langsung dengan Al-Qur'an dan menyaksikan setiap peristiwa yang disampaikannya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 30 April 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim