Malas Ibadah? Berikut Tinjauan Psikologisnya

 
Malas Ibadah? Berikut Tinjauan Psikologisnya
Sumber Gambar: Facebook Rakimin Al Jawiy

Laduni.ID, Jakarta – Salah satu tugas utama manusia adalah untuk beribadah. Tanpa ibadah, manusia akan gunda gulana, menyalahi fitrah, juga merupakan contoh nyata tidak bersyukur kepada Allah SWT (QS. adz-Dzariyat: 56).

Hidup manusia itu layaknya perjalanan musafir musim panas yang istirahat sesaat di bawah pohon (di dunia) dan melanjutkan perjalanan kembali ke tempat yang abadi (syurga). Sungguh! Allah menciptakan hidup manusia itu tidak main-main (QS. Al Mu’minun: 115).

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al Qiyamah: 36).

Tentu tidak bukan! Namun, tetap saja manusia adalah makhluk yang memiliki rasa malas. Tanpa sadar malas beribadah pun menggelayut dalam jiwanya.

Dalam psikologi, malas itu diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dia lakukan. Wujudnya bisa bermacam-macam. Diantaranya adalah menolak perintah, tidak disiplin, tidak tekun, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dan selalu mencari alasan-alasan pembenaran. Tentu saja, sikap seperti itu merupakan perilaku negatif yang sangat merugikan, baik masa kini maupun masa depan, terlebih jika kemalasan ibadah itu terjadi dalam bulan ramadhan? Celakalah kita tanpa ampunan Allah di bulan mulia ini.

Malas ibadah itu bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja, termasuk orang Islam di bulan ramadhan ini. Berhati-hatilah, jika rasa malas beribadah mulai mendera jiwa raga kita. Ada beberapa penyebab malas ibadah yang barangkali kita miliki yakni:

  1. Bersahabat dengan dosa dan maksiat (QS. Asy-Syura: 30).
  2. Melupakan hakikat utama ibadah (QS. Al-ankabut: 69).
  3. Terlalu mencintai dunia dan lupa akhirat (QS. Ali Imran: 185).

Bisa pula malas ibadah itu disebabkan karna faktor personal-sosial, seperti:

  1. Malas hadir beribadah, karena hati kita lebih tertarik pada hal-hal yang melenakan, seperti tidur saat Shubuh dan main gad-get yang mengasyikkan sehingga tanpa sadar kita pun dibuat menyesal karena kehilangan waktu berharga.
  2. Malas hadir karena belum adanya kesungguhan hati untuk berkomitmen mendisiplinkan diri, baik dalam hal waktu, tugas, maupun ibadah. Kalau seseorang tidak benar-benar mengikrarkan diri dan berusaha mati-matian untuk disiplin alias tidak malas, sampai kapanpun malas akan mudah menyerang.
  3. Faktor pergaulan. Bagaimana kita mau disiplin ibadah dan mengerjakannya kalau kita bergaulnya sama orang-orang yang malas, suka hura-hura dan bahkan tak pernah ibadah.

Kalau begitu bagaimana cara mengusir rasa malas? Secara teori baik dalam tinjauan psikologis dan motivasi, terdapat banyak cara. Tetapi, coba amalkan resep yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pertama, memahami konsep waktu. “Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Imam Bukhari).

Pahami benar pentingnya waktu. Kalau ada hal paling misteri di muka bumi ini, itulah waktu. Mengapa kita tidak boleh menunda apalagi malas, karena waktu tak ada yang bisa jamin. Dan, boleh jadi saat kita menunda beribadah ternyata kala waktu itu tiba. Akhirnya pun kematian itu pun menghampiri kita. Imam Ghazali mengatakan yang terjauh dari hidup kita itu adalah waktu. Maka pahami dan hargai waktu (wal ashr, waddhuha, wal fajr).

Kedua, milikilah mental bersegera dalam kebaikan dan ampunan-Nya. Setelah memahami pentingnya waktu, ikutilah perintah Allah SWT untuk kita bersegera dalam kebaikan dan ampunan Allah SWT. Ya, kalau dengar adzan, berjuanglah untuk bisa sholat tepat waktu, syukur berjama’ah ke masjid.

Ketiga, berdoalah kepada Allah SWT. Trik dan tips apapun tidak akan benar-benar menyelamatkan diri kita dari malas jika tanpa pertolongan Allah kepada kita.

Oleh karena itu Rasulullah Saw mengajarkan kita sebuah doa agar dilindungi dari sifat malas.

اللَّـــهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهـمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْـِز وَاْلكَسَلِ. وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُـبْنِ وَالْبُخْـلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَـهْرِ الرِّجَالِ.

“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan duka cita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat ujub dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud)

Wallahu a’lam.

 

Oleh: Rakimin Al-Jawiy – Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)