Khutbah Jumat: Belajar Dari Perjuangan Dakwah Nabi Nuh AS

 
Khutbah Jumat: Belajar Dari Perjuangan Dakwah Nabi Nuh AS
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

KHUTBAH PERTAMA
  للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذِي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُواْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan, kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Dan memulai hari-hari dengan amalan-amalan saleh yang nyata sebagai pembuktian kebenaran Iman. Sebab, segala perbuatan dan amal manusia, baik maupun buruk merupakan pencerminan imannya kepada Allah SWT.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pada zaman Nabi Nuh, peradaban manusia di dunia sudah semakin berkembang. Ajaran ketauhidan yang disampaikan oleh Nabi Adam mulai memudar. Hal ini terjadi karena perubahan pola kehidupan dari umat manusia. Mereka menghadapi berbagai ajaran dan kecenderungan untuk memperturutkan hawa nafsu. Pudarnya keyakinan tauhid yang diajarkan oleh Nabi Adam dan nabi-nabi sebelum Nabi Nuh terjadi secara bertahap.

Pada awal mulanya, mereka membuat lukisan-lukisan dari para pemimpin agama mereka yang asal mulanya hanya untuk mengenang perjuangannya. Dengan lukisan saja, mereka merasa kurang puas, mulailah memahat patung patung untuk mengenang jasa-jasa para pemimpin tersebut. Patung-patung itu kemudian mereka jadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selanjutnya mereka menyembah patung-patung itu sehingga benar-benar menjadi musyrik. Setelah umat manusia sudah jauh dari ajaran para nabi dan rasul yang mengajarkan tauhid, maka Allah s.w.t. mengutus Nabi Nuh a.s. untuk mengembalikan umat manusia ke jalan yang benar dan diridai Allah s.w.t.. Nabi Nuh mengarahkan kaumnya agar meninggalkan berhala-berhala sembahan mereka dan kembali hanya menyembah Allah saja. Beliau memperingatkan, sekiranya umatnya tidak kembali kepada kebenaran, dikhawatikan akan ditimpa oleh azab yang besar.

Kaum Nabi Nuh, terutama dari kalangan pembesarnya menolak ajakan beliau, disebutkan dalam ayat berikut ini:

قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ (٦٠)

Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-A’raf, 07:60).

Kaum Nabi Nuh menolak ajakannya untuk kembali kepada agama tauhid, bahkan mereka menuduh Nabi Nuh berada dalam kesesatan yang nyata. Karena Nabi Nuh melarang mereka untuk menyembah berhala, dan diperintahkan hanya menyembah Allah yang Esa, sehingga kaumnya menuduh Nuh dalam keadaan sesat. Tuduhan itu terutama disampaikan oleh para pembesar kaumnya. Demikianlah tingkah laku orang-orang kafir yang selalu menentang kebenaran dan menuduh para nabi yang mengajaknya sebagai orang-orang yang sesat. Allah berfirman:

وَاِذَا رَاَوْهُمْ قَالُوْٓا اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَضَاۤلُّوْنَۙ (٣٢)

Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat". (QS. Al-Muthaffifin, 83:32).

Disebutkan dalam firman Allah yang lain:

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَّا سَبَقُوْنَآ اِلَيْهِۗ وَاِذْ لَمْ يَهْتَدُوْا بِهٖ فَسَيَقُوْلُوْنَ هٰذَآ اِفْكٌ قَدِيْمٌ (١١)

Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama”. (QS. Al-Ahqaf, 46:11).

Nabi Nuh a.s. menolak pandangan kaumnya yang sesat dan menyesatkan, sebagaimana disebutkan al-Qur’an:

قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ ضَلٰلَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ (٦١)

Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". (QS. Al-A’raf, 07:61).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Nabi Nuh a.s. menegaskan bahwa sesungguhnya beliau tidak berada dalam kesesatan, sesungguhnya dia adalah Rasul Allah yang diutus untuk mengembalikan umat manusia pada jalan yang benar dan diridhai oleh Allah s.w.t.. Apa yang disampaikannya bukanlah atas kemauan dirinya atau kepentingan pribadanya. Akan tetapi dia hanya menyampaikan wahyu (petunjuk) dari Allah s.w.t.. Petunjuk itu akan mengantarkan umat manusia pada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.

Nabi Nuh a.s. menegaskan bahwa sesungguhnya beliau adalah benar-benar mendapat tugas dari Allah s.w.t. untuk menyampaikan petunjuk Tuhannya, supaya mereka kembali ke jalan yang benar.

اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنْصَحُ لَكُمْ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ (٦٢)

Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-A’raf, 07:62).

Nabi Nuh menyampaikan nasihat kepada mereka dengan sepenuh hati agar menerima kebenaran dan meninggalkan kebatilan. Beliau menegaskan bahwa sesungguhnya dia memperoleh pengetahuan dari Allah s.w.t. berupa pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran agama. Dengan demikian, Nabi Nuh lebih mengetahui berbagai masalah kehidupan dari kaumnya.

Nabi Nuh a.s. memberikan peringatan kepada kaumnya bahwa sesungguhnya mereka tidaklah layak untuk mendustakan kebenaran. Tidak layak pula, mereka merasa heran atau ragu-ragu terhadap datangnya peringatan dari Allah s.w.t. melalui salah seorang pria di antara mereka sendiri.

اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوْا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ (٦٣)

Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A’raf, 07:63).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Nuh a.s. memperingatkan kaumnya tentang datangnya azab yang akan menimpa mereka apabila mereka menolak kebenaran dan tetap dalam kesesatan mereka. Dengan peringatan itu, diharapkan agar mereka dapat memelihara diri dari akidah syirik, menghindari perbuatan keji dan mungkar, sehingga mereka kan mendapat karunia dan rahmat dari Allah s.w.t.. Yang mengakibatkan keheranan dan keraguan dari kaumnya mengenai kerasulan Nuh a.s., karena mereka memandang bahwa dia sebagai manusia biasa seperti mereka yang biasa makan, minum, berkeluarga, dan mencari nafkah. Karena itu, mereka menganggap bahwa Nuh tidak memiliki keistimewaan. Mereka tidak mampu memahami bahwa keistimewaan yang dimiliki Nabi Nuh yang berbeda dengan manusia biasa adalah karena menerima wahyu dari Allah s.w.t.. Karena itu mereka ditimpa azab yang sangat berat, sebagaimana firman Allah:

فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ فِى الْفُلْكِ وَاَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا عَمِيْنَ ࣖ (٦٤)

Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (QS. Al-A’raf, 07:64).

Sebagian besar kaum Nabi Nuh masih tetap mendustakan dan mengejek nabinya. Mereka tetapi menentang petunjuk Tuhannya dan bertambah hanyut dalam kedurhakaan mereka. Hati nurani mereka tertutup sehingga tidak mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda keagungan Allah. Mereka juga tidak dapat mengambil hikmah dan manfaat dari diutusnya seorang rasul yang akan menyelamatkan mereka. Pendengaran mereka menjadi buta, sehingga tidak dapat menerima informasi tentang hari kemudian, hari pembalasan dan hari kebangkitan. Karena pembangkangan mereka sangat luar biasa dan tidak lagi bisa diharapkan kesadarannya dari petunjuk itu, kecuali sebagian kecil dari mereka. Selanjutnya Allah s.w.t. menurunkan azab kepada mereka dengan wujudnya tsunami yang sangat dahsyat. Tsunami itu sangat tinggi sehingga menenggelamkan gunung-gunung. Maka punahlah kaum Nabi Nuh, tenggelam dalam tsunami itu, kecuali mereka yang beriman.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Mereka yang beriman yang jumlahnya sangat kecil, diselamatkan bersama Nabi Nuh dengan naik perahu yang telah disipakan oleh beliau dan orang-orang beriman, sebelum peristiwa itu terjadi. Selamatlah mereka dari musibah itu dan mereka inilah sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan keturunan umat manusia sampai ke akhir zaman.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa ajaran tauhid yang semula ditegakkan oleh para nabi yang membimbing mereka, ditinggalkan sehingga menuju kemusyrikan. Maka pada suasana seperti ini diutuslah nabi berikutnya untuk mengembalikan manusia ke jalan yang benar. Nabi Nuh berfungsi sebagai rasul yang mengembalikan umat manusia kepada agama tauhid. Dalam menjalankan risalahnya, Nabi Nuh menyampaikan informasi kepada kaumnya mengenai akan adanya azab apabila manusia terbelenggu dalam kekafirannya. Beliau juga menginformasikan berita-berita yang penting pada masa lalu dan masa depan dan mengajak kaumnya mentaati Allah dan bertakwa kepada-Nya. Hanya sebagian kecil saja kaum Nabi Nuh yang menerima ajakannya. Bukan hanya menolak ajakannya, tetapi mereka juga menghina dan mengejek nabinya. Karena itu Allah menurunkan azab kepada mereka sehingga mereka tenggelam dalam banjir bah yang besar. Sedangkan orang-orang yang beriman yang jumlahnya sangat kecil itu diselamatkan dengan menaiki perahu yang disiapkan Nabi Nuh dan para pengikutnya yang setia.  Wallahu A’lam

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah SWT untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Amin...

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

DO’A KHUTBAH

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

           

_________________________
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA