Kisah Umpatan Imam Junaid al-Baghdadi Kepada Seorang Pengemis

 
Kisah Umpatan Imam Junaid al-Baghdadi Kepada Seorang Pengemis
Sumber Gambar: Imam Junaid al-Baghdadi (Foto: Ist)

Laduni.ID, Jakarta- Suatu hari Imam Junaid al-Baghdadi duduk-duduk di Masjid asy-Syuniziyyah. Bersama penduduk Bagdad lainnya ia menunggu beberapa jenazah yang hendak mereka shalati. Di depan mata Imam Junaid, seseorang yang tampaknya ahli ibadah terlihat sedang meminta-minta. "Andai saja orang ini mau bekerja hingga terhindar dari perbuatan meminta-minta tentu lebih bagus," kata Imam Junaid dalam hati.

Kondisi aneh terasa ketika Imam Junaid pulang dari masjid itu. Ia punya rutinitas shalat dan munajat sampai menangis tiap malam. Tapi, kali ini ia benar-benar sangat berat melaksanakan semua wiridnya.

Ulama yang juga biasa disapa Abul Qasim ini hanya bisa begadang sambil duduk hingga rasa kantuk menaklukannya. Dalam gelisah, Imam Junaid pun terlelap. Tiba-tiba saja orang fakir yang ia jumpai di Masjid asy-Syuniziyyah itu hadir dalam mimpinya. Anehnya, si pengemis digotong para penduduk Bagdad lalu menaruhnya di atas meja makan yang panjang. 

Orang-orang berkata kepada Imam Junaid, "Makanlah daging orang fakir ini. Sungguh kau telah mengumpatnya." Imam Junaid terperangah. Ia merasa tidak pernah mengumpat pengemis itu. Sampai akhirnya ia sadar bahwa ia pernah menggunjingnya dalam hati soal etos kerja. Dalam mimpi itu Imam Junaid didesak untuk meminta maaf atas perbuatannya tersebut.

Sejak saat itu Imam Junaid berusaha keras mencari si fakir ke semua penjuru. Berulang kali ia gagal menjumpainya, hingga suatu ketika Imam Junaid melihatnya sedang memunguti dedaunan di atas sungai untuk dimakan. Dedaunan itu adalah sisa sayuran yang jatuh saat dicuci. Segera Imam Junaid menyapanya dan tanpa disangka keluar ungkapan balasan; "Apakah kau akan mengulanginya lagi wahai Abul Qasim?" tanya sang pengemis itu kepada Imam Junaid. 

"Tidak. Semoga Allah mengampuni diriku dan dirimu," kata Imam Junaid. 

Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Junaid sendiri sebagaimana terekam dalam Raudlatur Rayâhîn karya 'Abdul As'ad al- Yafi'i. (Sumber tulisan IG: pecinta_dzurriyat_rasul)
Editor : Ali Ramadhan