Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad SAW (Bagian 1)

 
Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad SAW (Bagian 1)
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Hari-hari, waktu dan zaman berlalu begitu cepat, dengan berlalunya zaman dan hari-hari, berubahlah manusia menuju tradisi serta adat istiadat yang bersifat modern. Mengenal segala hal-hal yang bersifat modern, sampai tidak mengenal para pendahulu mereka, terlebih-lebih Nabi mereka yang seharusnya wajib untuk mereka ketahui.

Tentunya, seorang muslim dimana pun ia berada, harus mengetahui siapa Nabi yang diutus kepada mereka, jika belum mengenal siapa Nabi mereka, lantas siapa yang akan dijadikan suri tauladan dalam kehidupannya sehari-hari kalau bukan Nabi kita Muhammad SAW.

Khususnya bagi para remaja masa kini, yang semakin hari semakin banyak mengidolakan pemain sepak bola, artis, dan lain sebagainya, sampai ketika ditanya, "Bagaimana ahklaq Nabimu?” "Bagaimana perawakan Nabimu?" tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Maka dari itu, marilah sedikit demi sedikit kita mengenal Nabi kita yang mulia Sayyiduna Muhammad SAW, jika kita telah mengenal siapa Nabi Muhammad SAW, niscaya akan tumbuh dalam jiwa rasa cinta serta kedekatan dengan beliau SAW.

Perilaku Nabi Muhammad SAW terhadap Umat Islam

Perilaku beliau terhadap kaum muslimin sangatlah lemah lembut, menjaga kemuliaan kehormatan darah dan juga harta Umat Islam dan dengan sifat itulah beliau diutus oleh Allah SWT.

Adapun perkara yang paling diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah menjaga darah umat manusia khususnya Umat Islam. Hal ini telah beliau wasiatkan kepada umatnya, seperti yang beliau sampaikan dalam khutbahnya di padang Arafah ketika Haji Wada' dan di waktu yang lainnya.

Nabi Muhammad SAW merupakan Rahmat bagi seluruh alam semesta, peduli dan juga cinta kepada umatnya, mewaspadai permusuhan antara Umat Islam, entah itu karena sebab harta ataupun jiwa, dan juga pengkafiran, serta membentengi umatnya dari perbuatan syirik yang terbesar.

Timbul pertanyaan di benak kita, apa bahaya dari pengkafiran/penuduhan syirik sehingga Nabi Muhammad SAW begitu menjaga serta mewaspadai umatnya dari hal tersebut? mari kita baca:

Bahaya Penuduhan Syirik dan bid'ah

Penuduhan syirik dan bid'ah saat ini sedang beredar dan tersebar di antara umat Nabi Muhammad SAW yang datang membawa keyakinan yang sesungguhnya, beliau telah menjelaskan hal tersebut dalam Ayat-ayat yang diturunkan kepadanya serta membentengi umatnya dari perbuatan syirik.

Hal ini telah disebutkan di berbagai hadist yang telah diriwayatkan akan bahayanya pengkafiran dan menuduh orang dengan pengkafiran secara sembrono.

Bersamaan dengan itu, kita juga melihat beberapa penceramah/penyeru bodoh dan sesat yang menuduh saudara muslimnya sendiri sebagai kafir dengan alasan menjaga keutuhan aqidah. Sungguh mereka belum mengetahui apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan sesungguhnya, beliaulah yang membentengi umatnya.

Maka dari itu, Ayat-ayat Al-Qur'an, hadist, serta perkataan ulama dan juga ahli hikmah telah menegaskan bahwa umat Nabi Muhammad SAW dihindari dari perbuatan syirik.

Adapun kesalahan yang terjadi di antara umat Islam terkait masalah ini tidaklah lain hanya sebab berlebihan karena kebodohan yang ada dalam diri mereka, dan cara untuk menyadarkan mereka adalah ajakan untuk kembali kepada Allah SWT dengan cara yang bijak dan nasehat yang baik serta beretika dengan etika yang layak kepada semuanya, seperti yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجٰدلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضلّ عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين (النحل : ١٢٥).

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

Bahaya Pengkafiran Terhadap Umat Nabi Muhammad SAW

Hal kedua yang yang menimpa umat Islam adalah munculnya kelompok yang mengkafirkan sesiapa yang menantang pendapat mereka terkait perkara Agama tanpa mengetahui sebab yang mengeluarkan seseorang dari Agama sehingga menghukumi dengan kekafiran.

Engkau akan melihat salah satu dari mereka, ialah yang belum membaca dan meneliti ilmu-ilmu Agama dan bergegas menghukumi saudara muslimnya dengan kekafiran hanya karena berbeda pendapat dari cabang masalah. Karena pandangan mereka yang sempit, mereka melihat tiada yang tersisa dari umat Islam di muka bumi ini kecuali hanya sedikit.

Dan yang lebih buruk dan pahit lagi dari hal tersebut, mereka meyakini bahwa hal ini berasal dari pendahulu umat ini, sedangkan mereka yang membawa agama ini kepada kita sebagai ganti dari sifat kasih sayang dan saling ridho di antara mereka serta melaksakan perintah Allah SWT yang tertulis dalam Al-Qur'an:

والذين جاءوا من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولإخوٰننا الذين سبقونا بالإيمٰن ولا تجعل في قلوبنا غلاّ لّلّذين ءامنوا ربنآ إنك رءوف رّحيم. (الحشر : ١٠).

Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Dan sebagai ganti dari perkara itu kita melihat kelompok tersebut melempari kesyirikan, kekafiran serta kesesatan kepada para pendahulunya, dan tiada daya dan upaya kecuali dari Allah SWT.

Pengkafiran adalah derajat dan puncak tertinggi dari sifat yang berlebihan serta keterlaluan, selain hal tersebut ada tingkatannya, terkadang bahayanya pun lebih ringan dan rendah dibandingkan hal ini.

Dan perlu diketahui, apa itu pengkafiran? ia adalah menghukumi/menganggap saudara muslimnya kafir, mencabut logo keimanan dan keislaman yang ada dalam diri saudaranya. Karena sebab hal tersebut darah, harta, dan jiwa umat muslim menjadi halal serta menjadikan saudara muslimnya seperti kedudukan orang kafir, bahkan hal ini lebih buruk, karena ia menduduki kedudukan orang-orang murtad yang keluar dari Agama Islam.

Maka dari itu, dengarlah seruan iman di keadaan yang menggambarkan saat peperangan ketika sebagian individu menganggap tak perlu untuk mencari kepastian terkait keadaan lawan yang mereka hadapi (Apakah ia beriman atau tidak), Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

يٰأيها الذين ءامنوٓا إذا ضربتم في سبيل الله فتبيّنوا ولاتقولوا لمن ألقىٓ إليكم السلٰم لست مؤمناً تبتغون عرض الحيَٰوة فعند الله مغانم كثيرة كذٰلك كنتم من قبل فمنّ الله عليكم فتبيّنوا إن الله كان بما تعملون خبيرا. (النساء : ٩٤).

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah (carilah keterangan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan ”salam” kepadamu, ”Kamu bukan seorang yang beriman,” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah memberikan nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 94)

Makna dari ayat يٰأيها الذين ءامنوٓا إذا ضربتم في سبيل الله yaitu jika kalian keluar untuk berperang di jalan Allah SWT. karena upaya dari keluarnya kalian adalah memerangi kekafiran dan juga pemeluknya.

Jika mereka berpaling dan enggan untuk hormat serta tunduk kepada Islam, maka saat itu perangilah mereka. Bersamaan dengan hal itu cari tau dan pastikan bahwa kalian tak berperang kecuali dengan kelompok yang pantas untuk diperangi, sebagaimana yang Allah SWT firmankan:

ولاتقولوا لمن ألقىٓ إليكم السلٰم لست مؤمناً.

Para Ahli Tafsir mengatakan arti dari kata السلام adalah Islam dengan ayat di atas لست مؤمنا, jika ada individu yang menampakan keislamannya maka jangan kau katakan bahwa ia bukan muslim, karena dengan hal itu engkau mencabut sifat keimanan serta keislaman yang ada pada dirinya.

Pendapat lain mengatakan, arti dari kata السلام adalah salam kehormatan / perdamaian dalam Islam, maka dari itu jangan kita katakan pada orang yang telah menampakan keislamanya "Kau tak beriman". Dan arti lain dari kata السلام adalah tunduk serta hormat kepada pemimpin Islam walaupun orang itu belum memeluk Islam.

Karena Agama Islam begitu perhatian dengan darah, menjaga serta melindungi jiwa dan harta pemeluknya, perkara ini tentungan sangat penting. Para Ahli tafsir telah menjelaskan terkait masalah tersebut, cari tau keadaan lawan yang kalian perangi dengan jelas sampai nampak bahwa dengan siapa kalian berperang pada saat itu.

Para Ahli Tafsir telah banyak meriwayatkan sebab turunnya ayat ini dengan berbagai riwayat kejadian ini banyak terjadi di sebagian sahabat Nabi SAW yang berusaha untuk mencabut logo Iman serta Islam dari individu yang menampakan keislamannya dari segi perkataan atau penampilan, karena sebab itulah turunnya ayat di atas.

Lalu bagaimana cara Nabi SAW menanggapi perkara tersebut? diriwayatkan dari Sahabat Usamah bin Zaid ia berkata, "Rasulullah SAW mengutus kami ke Huruqat salah satu desa di kota Juhainah, di sana kami menetap bersama mereka sampai larut pagi dan telah diberi peringatan, setelah itu kami keluar dari desa itu, kemudian Sayyiduna Usamah bertemu salah seorang dari mereka, dan orang ini selalu berucap " لا إله إلا الله " ketika bertemu Sayyiduna Usamah, sampai beliau mengira ia mengucapkan kalimat ini karena takut terhadap pedang, akhirnya pedang itu pun dihembuskan ke dirinya hingga terbunuh setelah orang itu terbunuh terlintaslah dalam jiwa beliau keinginan balas budi/upah atas terbunuhnya orang tersebut.

Beliau pun mendatangi Nabi Muhammad SAW, Nabi bertanya kepadanya, "Apakah kau membunuhnya setelah ia mengucap kalimat لا إله إلا الله?” Beliau menjawab, "Ia mengucapkan kalimat itu bukan dari lubuk hatinya melainkan hanya takut dari hembusan pedang."

Nabi bertanya yang kedua kalinya, "Apakah kau bunuh setelah ia mengatakan لا إله إلا الله? Sudahkah kau belah hatinya sampai kau katakan bahwa ia mengucapkannya karena takut dari hembusan pedang?” Berkata Sahabat Usamah, "Rasul SAW terus mengulangi kalimat tersebut sampai ku kira bahwa aku tak masuk Islam kecuali pada saat itu.”

Referensi:

Kitab Hakaza Ta'amal An-Nabi SAW. Karya Ahmad bin Abdul Malik Al-'Iwadiy.

Kitab Gaist Sahabah Al-Mutirrah Syarh Hadiqah An-Nadirah. Karya Sayyidiy Syekh Al-Alamah Al-Murabbiy Dr. Muhammad bin Ali Ba'atiyah.

Kitab Wasailul Wusul Ila Syamail Ar-Rasul SAW. Karya As-Syekh Al-Alamah Yusuf bin Ismail An-Nabhani.

Jum'at, 21 Mei 2021 M / 8 Syawwal 1442 H

Mukalla, Hadramaut, Yaman

Oleh: Abdullah Matin as-Syatiri – Mahasiswa Tingkat 1, Fak. Syari'ah, Imam Shafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman


Editor: Daniel Simatupang