Khutbah Jumat: Bagaimana Seharusnya Berinfak?

 
Khutbah Jumat: Bagaimana Seharusnya Berinfak?

KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di masa pandemi seperti sekarang ini, kompleksitas persoalan sosial menjalar ke semua lini. Segala macam kesusahan menimpa berbagai lapisan masyarakat, terutama pada sisi ekonomi. Berangkat dari kenyataan ini, Islam dengan salah satu piranti ajarannya, yakni infak berusaha untuk mengurangi beban dari dampak pandemi tersebut. Segala sesuatu yang diinfakkan oleh seseorang pasti diketahui oleh Allah s.w.t, baik infak berupa nafakah, nadzar maupun sedakah. Allah s.w.t. mengetahui infak yang dilakukan seseorang, baik infak yang dilakukan secara ikhlas, atau pun yang dilakukan secara riya’, atau membuat malu para penerimanya. Karena itu Allah s.w.t. akan memberikan balasan kebaikan yang sangat tinggi bagi mereka yang berinfak dengan ikhlas, semata-mata mencari ridha-Nya. Mereka akan memperoleh kebahagiaan baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sebaliknya bagi mereka yang berinfak dengan riya, karena ingin memperoleh kemewahan duniawi atau pujian orang lain, bahkan mereka berinfak dengan menyakiti para penerimanya, akan mendapatkan balasan kehidupan yang sangat sulit. Dalam kehidupan dunia mereka akan mengalamai berbagai macam rintangan, dan di akhirat akan mendapatkan azab yang menyakitkan. Sikap seperti ini disebut juga sebagai prilaku yang dzalim, atau menganiaya terhadap sesama, bagi mereka tidak akan mendapatkan penolong dan pelindung, bahkan akan dimusuhi oleh umumnya manusia.

Sebagaimana berinfak, maka apa yang dinadzarkan seseorang juga diketahui secara detail oleh Allah s.w.t.. Karena itu barang siapa yang bernadzar dengan baik, dan melaksanakan nadzar itu dengan sungguh-sungguh, maka akan mendapat balasan kebaikan duniawi dan ukhrawi. Sebaliknya mereka yang bernadzar dengan baik, tetapi tidak melaksanakannya, atau bernasdzar dengan hal yang buruk akan dicampakkan dalam kehidupan yang hina, baik di dunia maupun di akhirat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Nadzar pengertian dasarnya adalah berjanji, baik secara tersembunyi atau pun terbuka, bahwa ia akan melaksanakan suatu kebajikan apabila memperoleh suatu anugerah. Misalnya orang mengatakan: “Apabila anak saya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik, saya akan bernadzar untuk bersedekah kepada fakir miskin”. Termasuk dalam kategori nadzar juga, apabila seseorang mengatakan bahwa ia akan berbuat suatu kebajikan bila terlepas dari bencana. Misalnya, seseorang mengatakan: “Apabila anakku sembuh dari sakit, saya akan menginfakkan sebagian harta saya untuk pembangunan madrasah”.

Apabila nadzar tersebut dilaksanakan dengan baik dan secara sungguh-sungguh, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, akan memperoleh balasan kebaikan dari Allah s.w.t., dalam segala kehidupannya, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Sebaliknya apabila tidak melaksanakan nadzar tersebut, maka akan berdosa dan memperoleh balasan keburukan, baik di dunia maupun di akhirat. Mengenai nadzar yang tidak baik, itu harus dibatalkan, tidak boleh dilaksanakan, karena nadzar yang buruk itu, sudah merupakan suatu dosa, sedangkan melaksanakannya juga merupakan dosa berikutnya. Contoh nadzar seperti ini misalnya, seseorang mengatakan: “Apabila kesebelasan kami menang dalam final pertandingan sepak bola di akhir tahun, saya bernadzar akan berlari telanjang mengelilingi lapangan”. Nadzar seperti ini tercela, karena itu wajib dibatalkan.

Bernadzar, meskipun diperbolehkan, sesungguhnya mengandung sesuatu yang kurang terpuji, karena nadzar itu digolongkan sebagai perilaku orang yang bakhil atau kikir. Karena orang yang bernadzar itu mau berbuat baik hanya kalau keinginannya tercapai, sedangkan kalau tidak tercapai keinginnanya, ia tidak jadi berbuat baik. Padahal seharusnya perbuatan baik itu dilakukan dalam segala keadaan, baik ketika meraih kesuksesan, atau pun sebelum meraihnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Penjelasan mengenai bahwa orang yang sering bernadzar itu tergolong orang yang bakhil, antara lain disebutkan dalam sabda Nabi s.a.w:

“Nadzar itu, tidak dapat mempercepat sesuatu atau mengakhirkannya (tidak bisa merubah takdir), sesungguhnya, nadzar itu keluar diucapkan dari orang yang bakhil (kikir)”. (HR. Muslim, 1639. Nasai, 3805. Tirmidzi 1538).

Mengenai infak secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, disebutkan ayat berikut:

اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ (٢٧١)

 “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan darimu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Baqarah, 02:271).

Pelaksanaan infak yang dilakukan seseorang boleh dengan jalan terang-terangan atau pun tersembunyi. Keduanya memiliki keistimewaan dan kelemahan masing-masing. Infak yang dilakukan secara terang-terangan, bisa menjadi contoh bagi orang lain yang belum berinfak, sehingga hal itu bisa diikuti oleh mereka. cara seperti ini akan menimbulkan dampak yang baik dalam menggalakkan pengembangan infak itu sendiri, dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian infak terang-terangan harus dilakukan secara ikhlas dan dengan niat untuk memberikan contoh bagi yang lain. Kelemahan dari infak model terang-terangan ini, kalau tidak hati-hati bisa menimbulkan riya, karena tidak kuat menerima pujian dari orang lain, bahkan bisa juga menyakiti para penerima infak tersebut, atau paling tidak membuat mereka malu di tengah masyarakat. Hal ini terjadi apabila infak itu dilakukan dengan cara sembrono dan tidak hati-hati.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Berinfak dengan cara tersembunyi, kebaikannya, bisa menghindarkan orang yang berinfak tersebut dari sikap riya, dan para penerima infak itu tidak disakiti dan tidak dibikin malu. Kelemahannya dari cara ini, tidak bisa untuk menggairahkan berinfak, sehingga bisa ditiru oleh orang lain sebagaimana infak terang-terangan. Dengan infak secara sembunyi ini, masyarakat tidak mengetahui kebaikan orang tersebut, sehingga bisa dianggap sebagai orang yang bakhil. Karena itu kita bisa melakukan hal yang terbaik, mengurangi dampak keburukan dari kedua cara tersebut di atas, yaitu dengan membedakan antara infak wajib yang disebut zakat dan infak sunnah yang disebut sedekah.

Infak wajib atau zakat, sebaiknya disampaikan secara terang-terangan, sehingga masyarakt mengetahui bahwa seseorang itu telah menunaikan zakatnya. Dengan demikian tidak digolongkan sebagai seorang yang bakhil. Sebaliknya apabila infak itu berupa infak yang sunnah yang disebut sedekah, lebih baik diberikan secara sembunyi-sembunyi, sehingga ia terhindar dari sikap riya dan tidak menyakiti atau membuat malu penerima sedekah tersebut. Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa bersedekah dengan cara tersembunyi adalah lebih baik daripada bersedekah secara terang-terangan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengenai sedekah secara tersembunyi, keutamaanya banyak disebutkan dalam sabda Nabi s.a.w., antara lain:

“Sedekah yang terbaik, adalah sedekah yang tersembunyi kepada fakir miskin dan berusaha keras bagi orang yang belum memiliki kecukupan”. (HR. Ahmad, 278).

Dalam hadis yang cukup panjang, Rasulullah Muhammad s.a.w. menuturkan bahwa mereka yang bersedekah secara tersembunyi termasuk tujuh golongan dari orang-orang yang mendapat naungan Allah, pada saat tidak ada naungan lain kecuali naungan-Nya.

Hadis tersebut lengkapnya sebagai berikut:

“Ada tujuh golongan orang yang Allah menaungi mereka dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan (lain) kecuali naungan-Nya. Yaitu: (1) Pemimpin yang adil, (2) seorang anak muda yang tumbuh kembang dalam beribadah pada Tuhannya, (3) seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid-masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan dan cantik, kemudia ia menolak sambil mengatakan: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”, (6) seseorang yang bersedekah, dan menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan (7) seseorang yang mengingat Allah dalam suasana sepi, sambil menitikkan air mata”. (HR. Bukhari: 1423. Muslim: 1031).

Selain Allah s.w.t. memberikan balasan pahala yang berlimpah, berupa keridhaan-Nya bagi mereka yang berinfak, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, Allah juga memberikan ampunan pada mereka. Selanjutnya Allah s.w.t. akan menghapuskan dosa-dosa mereka, sehingga mereka akan meraih ridha dan sekaligus ampunan-Nya. Keridhaan dan ampunan yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia yang beriman dan beramal shaleh.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ringkasnya, Allah s.w.t. Maha Mengetahui terhadap segala infak dan nadzar yang dilakukan umat manusia, baik yang dilakukan secara terang-terangan atau pun tersembunyi. Orang-orang yang berinfak dengan baik akan mendapat karunia Allah yang terpuji dalam kehidupannya, sedangkan mereka yang berlaku dzalim akan tercampakkan dalam kehinaan dan kenistaan. Infak pada dasarnya boleh dilakukan secara terang-terangan atau pun tersembunyi, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Agar terhindar dari kekurangan-kekurangannya, maka infak dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu infak wajib dan infak sunnah. Infak wajib yang disebut juga zakat sebaiknya diberikan secara terang-terangan, sedangkan infak sunnah yang disebut juga sedekah sebaiknya diberikan secara tersembunyi. Dengan demikian akan terhindar dari sikap riya. Para pelaku infak agar senantiasa menjaga infaknya supaya tidak menyakiti para penerima infak dan tidak membuat mereka malu dalam kehidupan bermasyarakat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikianlah khutbah jumat yang dapat saya sampaikan, semoga kita dapat mengambil hikmah dari yang saya sampaikan.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

DO'A KHUTBAH :

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

______________________________________

Oleh; Dr. KH. Zakky Mubarak, MA