Keberanian Mbah KH. Muslim Imampuro di Depan Presiden Soeharto

 
Keberanian Mbah KH. Muslim Imampuro di Depan Presiden Soeharto
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Malam itu Mbah Lim (KH. Muslim Imampuro) bersama putra-putrinya sholat tarawih di Cendana, kediaman Pak Harto. Sesaat setelah Sholat Tarawih, Mbah Lim, Gus Syaifuddin Zuhri (Putra ketiga Mbah Lim), Ning Choir (putri Mbah Lim), Pak Harto, Mbak Tutut dan salah seorang pengurus MUI duduk layaknya tamu yang ditemui tuan rumahnya.

Beberapa saat kemudian Pak Harto berkata, “Pak (ditujukan ke nama pejabat MUI yang hadir), ini loh Mbah Lim gurunya Gus Dur.” Spontan Mbah Muslim berdiri dengan sikap sempurna dan berkata “Jangan dulu percaya kata orang meskipun presiden (sambil menunjuk dirinya). Iki loh wonge, arep ngopo ngajak opo (ini orangnya, mau apa, ngajak apa)? Sing penting NKRI Pancasila aman makmur damai selamanya.” Marahkah tuan rumah? Tidak! Pak Harto dan Mbak Tutut malah tersenyum dan tertawa lirih.

Lalu Mbah Liem duduk lagi dan oleh Pak Harto dan Mbak Tutut mempersilakan Mbah Muslim menikmati suguhan. Tiba-tiba Mbah Lim berkata, “Wuk... wuk... wis tuwo soyo tuwo... ngene iki (sudah tua tambah tua, ya begini),” sambil menunjuk (suguhan). “Wis ayem, enake karek loro teh com karo udud (tenang sudah, enaknya sekarang tinggal nge-teh dan merokok, red), bolehkah saya merokok?” tanya Mbah Lim.

Pertanyaan Mbah Lim ini sungguh aneh, saat itu beliau tidak bawa rokok karena semua bawaan harus ditinggal di pos depan sesuai aturan protokol masuk ke rumah Presiden Soeharto. Melihat Mbah Lim tidak membawa rokok, Pak Harto lalu bilang ke Mbak Tutut, “Ambilkan.”

Seketika ajudan membawa beberapa slop rokok berlogo istana, lalu satu bungkus dibuka oleh Pak Harto dan disodorkan ke Mbah Liem sekaligus Presiden RI kedua itu menyalakan rokok yang sudah ada di bibir Mbah Liem.

Bul... bul... asap rokok mengepul, Mbah Liem nglepis (baca: merokok) di depan Pak Harto Mbak Tutut dan pejabat MUI di ruang tamu rumah Cendana milik Presiden Soeharto. (Sebagaimana diceritakan Gus Saifuddin Zuhri)

Saya sendiri pernah menyaksikan Mbah Lim "nyiwir" (memegang kuping) seorang Komandan Kopassus Solo yang bertamu ke rumah Mbah Lim di Klaten. Sang Komandan tidak marah, malah tersenyum.

Keterangan foto: Alm. KH. Socheh Rozaq, KH. Muslim Imampuro (Mbah Lim), KH. Soleh Abdul Hamid (Tambakberas), dan KH. Syukron Makmun (Jakarta) ketika menghadiri acara aqad nikah saya di Singosari.

Oleh: KH Imron Hamid


Editor: Daniel Simatupang