Kisah Inspiratif: Fokus pada Tujuan Hidup

 
Kisah Inspiratif: Fokus pada Tujuan Hidup
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Sebagai makhluk hidup yang menjalin relasi komunal dengan sesamanya, manusia tak mampu menghindar dari sisi buruk sesamanya. Hal tersebut memang sudah menjadi mekanisme kehidupan yang terus berlangsung.

Namun jika manusia mampu menitikberatkan fokusnya pada tujuan, mereka akan terus maju tanpa terganggu oleh kebisingan sisi buruk orang lain.

Hal tersebut sejalan dengan teori psikologi yang mengharuskan manusia untuk fokus pada hal yang bisa mereka kendalikan seperti persepsi, sikap, perilaku, dan cara pandangnya sendiri. Manusia dilarang berfokus pada hal di luar kendali dirinya, persepsi orang lain, sikap orang lain, perilaku orang lain, dan cara pandang orang lain terhadapnya.

Jika manusia berfokus pada orang lain, maka ia hanya akan hidup di masa lalu dan tidak bergerak ke masa depan.

Mungkin kisah ini dapat menginspirasi kita semua, supaya kita mampu untuk fokus pada tujuan, visi dan misi kita ke depan.

Ada seorang anak yang rajin pergi ke masjid untuk menunaikan shalat, namun suatu hari ia melihat banyak orang yang sibuk pada kegiatan mereka masing-masing. Lalu si anak pergi menemui ayahnya dan berkata, “Mulai besok aku tak mau lagi ke masjid.”

Si ayah terkejut mendengar pemintaan anaknya, lalu ia bertanya, “kenapa, nak”

Sang anak menjelaskan dengan penuh emosi, “Karena di masjid aku menemukan orang-orang yang terlihat agamis namun sesungguhnya tidak, mereka hanya sibuk dengan gadgetnya, sementara yang lain membicarakan keburukan orang lain.”

Si ayah berpikir sejenak dan mengabulkan permintaan anaknya dengan syarat, “Oke, ayah turuti permintaanmu. Tapi ayah punya satu syarat dan jika kamu berhasil melakukannya maka kamu bisa melakukan apa saja sesuka hatimu.”

Lalu si ayah menyebutkan syarat tersebut, “ambillah satu gelas air penuh, lalu bawa gelas berisi air itu mengelilingi masjid. Lakukan itu tanpa ada sedikit pun air yang tumpah.”

Pergilah sang anak mengambil gelas berisi air dan membawanya mengelilingi masjid, dengan hati-hati ia berjalan hingga ia menyelesaikan tugasnya dan taka da sedikitpun air yang tumpah.

“Sudah,” kata sang anak.

“Apakah ada yang tumpah?” tanya si ayah.

“Tidak,” tukas si anak.

“Apakah di masjid tadi ada orang yang sibuk dengan gadgetnya?” tanya ayah.

“Entahlah, aku hanya memandangi gelas yang kubawa,” jawab anak.

“Apakah di masjid tadi ada orang-orang yang membicarakan kejelekan orang lain?” tanya ayah lagi.

“Tidak tahu, aku hanya fokus pada gelas yang kubawa,”

Si ayah tersenyum sambal berkata, “Begitulah hidup nak, jika kamu fokus pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan punya waktu untuk menilai kejelekan orang lain, dan jika kamu fokus pada tujuanmu kamu tidak akan punya waktu untuk mendengarkan penilaian mereka padamu. Jangan sampai kesibukanmu menilai kualitas orang lain yang membuatmu lupa akan kualitas dirimu.”

Kisah di atas mengajarkan kita untuk menata hati dan niat, supaya kita dapat terus berbenah diri dan tidak memiliki waktu untuk menilai orang lain. Serta tidak memiliki waktu untuk mendengar penilaian mereka tentang diri kita.


Editor: Daniel Simatupang