Khutbah Jumat: Karakteristik Kepribadian Manusia Menurut Al-Qur’an

 
Khutbah Jumat: Karakteristik Kepribadian Manusia Menurut Al-Qur’an

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Bila kita mengamati kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, maka akan dijumpai berbagai macam manusia dengan kepribadiannya masing-masing yang berbeda. Ada di antara mereka yang merupakan pribadi tangguh, dapat mewarnai masyarakat dan ada pula pribadi-pribadi yang lemah yang selalu diwarnai oleh orang lain. Kepribadian merupakan faktor penentu bagi baik atau buruknya seseorang, pada hakikatnya setiap diri seseorang, kualitasnya akan ditentukan oleh kuat atau lemahnya kepribadian yang bersangkutan.

Bila dilakukan pengamatan yang teliti terhadap berbagai macam kepribadian manusia itu, pada dasarnya dapat dikategorika menjadi tiga golongan atau kelompok. Kelompok pertama, mereka yang tidak yakin akan kemampuan dirinya dan menyia-nyiakan potensi yang ada pada dirinya, sehingga kepribadiannya sangat lemah. Mereka hanya mau berpegang kepada tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dan para pendahulunya belaka. Mereka tidak kritis terhadap warisan nenek moyang dan para pendahulunya itu dan bersikap tertutup dari segala yang baru. Karena itu mereka selalu menolak pembaharuan dan perbaikan, dan tidak menggunakan akal pikirannya dengan baik. Mereka menolak petunjuk dari ilmu pengetahuan yang mengarahkan manusia pada kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.

Kelompok ini disitir dalam beberapa ayat al-Qur’an sebagai kelompok yang tidak memiliki kepribadian yang tangguh dan baik, sifat ini dicela dengan keras, antara lain disebutkan:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ (١٧٠)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Q.S. Al-Baqarah, 2: 170).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam ayat lain disebutkan bahwa sikap mereka selalu mengikuti jejak-jejak para pendahulu, meskipun jalan mereka tersesat dan tidak mendapat petunjuk. Bersikap membuta tuli terhadap segala pembaharuan dan perubahan, meskipun perubahan dan pembaharuan itu mengarah kepada kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat. Pernyataan mereka disitir dalam suatu ayat:

وَكَذٰلِكَ مَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍۙ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمْ مُّقْتَدُوْنَ (٢٣)

"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. ". (Q.S. Al-Zukhruf, 43:23).

Sikap mereka jelas sekali, tidak mau menggunakan akal pikirannya, tetapi lebih menyukai jalan hidup yang sesat, terbelenggu dalam kejumudan dan kebodohan, dan sebaliknya menolak jalan hidup yang dinamis dan rasional serta mengikuti petunjuk Ilahi. Keadaan mereka digambarkan dengan jelas dalam al-Qur’an:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ (١٧٩)

 “Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (Q.S. Al-A’raf, 7: 179).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kelompok kedua, adalah mereka yang terbawa oleh arus mayoritas, bersifat acuh tak acuh terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Mereka tidak mempunyai pedoman yang pasti, terombang-ambing dalam berbagai suasana dan perubahan. Kelompok ini selalu mengikuti arus, terdorong oleh keadaan dan diwarnai oleh kelompok lain. Bila orang banyak berbuat baik, ia ikut berbuat baik dan bila orang banyak berbuat kesalahan dan keburukan ia ikut berbuat kesalahan dan keburukan pula. Mengenai kelompok ini, Nabi mengisyaratkan dalam salah satu hadisnya:

“Janganlah ada salah seorang di antaramu menjadi seorang yang pandir, yaitu orang yang mengatakan: “Bila orang berbuat baik, aku juga berbuat baik, dan jika orang lain berbuat aniaya akupun berbuat aniaya pula”, tetapi putuskanlah: “Apabila orang lain berbuat kebaikan maka kamupun berbuat kebaikan pula, dan apabila orang lain berbuat aniaya, maka janganlah kamu berbuat aniaya”. (HR. Tirmidzi, No 1930).

Kelompok kedua ini tidak kalah tercelanya dari kelompok pertama, karena merupakan kelompok manusia yang tidak memiliki kepribadian yang kokoh. Mereka adalah umat yang rapuh, tidak memiliki sikap yang tegas dan akan tercampakkan dalam ketidak pastian. Kelompok seperti ini mudah terjerumus dalam kemunafikan dan menimbulkan suatu generasi yang pandir yang menjadi bahan cemoohan generasi lain pada masanya dan masa generasi mendatang.

Kelompok ketiga, adalah umat yang bersikap kritis terhadap warisan nenek moyangnya. Mereka selalu memilah dan memilih antara yang baik dan yang buruk dan kemudian mengikuti yang terbaik. Memilah dan memilih warisan itu standarnya adalah dengan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah. Bila sesuai dengan petunjuk itu maka diambilnya dan bila bertentangan maka ditolaknya dengan segera. Kelompok ini juga senantiasa menggunakan akal pikirannya serta potensi yang ada pada dirinya untuk mengadakan perbaikan di muka bumi, dan selalu terbuka menghadapi segala perubahan dan pembaharuan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Bagi kelompok ini, dari manapun datangnya, dari para pendahulu atau pembaharu asal tidak bertentangan dengan petunjuk Ilahi dan sesuai pula dengan akal pikirannya, maka hal itu akan diterima. Mereka selalu mengusahakan perbaikan di muka bumi dan menolak kemungkaran. Kelompok ini akan terus melaksanakan kebaikan meskipun banyak orang yang meninggalkannya, dan selalu menolak kemungkaran, meskipun banyak orang yang mengerjakannya. Nabi berpesan terhadap  kelompok ini:

“Bersikaplah, jika orang berbuat baik maka berbuat baiklah kamu dan jika mereka berbuat keburukan maka janganlah berbuat aniaya”. (HR. Al-Tirmidzi, 1930).

Sikap kelompok ketiga, merupakan cerminan dari sosok-sosok pribadi yang tangguh, mereka merupakan umat yang terpuji sepanjang masa, kelompok inilah yang memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

وَالَّذِيْنَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوْتَ اَنْ يَّعْبُدُوْهَا وَاَنَابُوْٓا اِلَى اللّٰهِ لَهُمُ الْبُشْرٰىۚ فَبَشِّرْ عِبَادِۙ (١٧)

الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ (١٨)

”Berikanlah berita gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan (ide, teori, pemikiran dan sebagainya), lalu mengikuti apa yang paling baik di antara semua itu. mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang memiliki akal pikiran”. (Q.S. Al-Zumar, 39: 17-18).

Dalam ayat tersebut di atas, diberikan pujian kepada mereka yang selalu membuka diri untuk menerima berbagai informasi. Informasi yang diterima itu tentunya berbaur dalam berbagai macam ide, pemikiran, gagasan dan pendapat baik yang terpuji, tercela atau yang belum jelas identitasnya. Dari informasi yang diperoleh itu kemudian diolah dan dikaji secara kritis dan diukur dengan akal pikiran dan diukur dengan standar kebenaran yang datangnya dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Setelah jelas antara yang baik dan buruk demikian juga antara yang terpuji da tercela, lalu segera mengambil yang baik lagi terpuji dan menolak yang buruk serta tercela.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam menghadapi dunia modern dan post modern, dimana era globalisasi menandai abad tersebut, maka kemampuannya menyaring dan mengantisipasi terhadap segala informasi itu menjadi sangat penting. Mereka yang mampu membentengi dirinya dari berbagai perubahan dan informasi yang merusak, maka akan memperoleh keselamatan dan kesuksesan dalam kehidupannya. Sedang mereka yang gagal dalam membentengi diri dari berbagai efek yang buruk yang ditimbulkan oleh era membanjirnya informasi, akan terombang-ambing dalam kesesatan dan kekeliruan. Memperhatikan uraian di atas, maka langkah yang terbaik bagi kita, hendaknya mengarahkan generasi muda agar memiliki pemahaman yang dalam terhadap akidah islamiyah, jangan membelenggu mereka dalam adat dan tradisi masa lalu yang tidak bermanfaat.

Manusia muslim yang telah memiliki iman yang kuat, ke manapun mereka terjun dalam belantara kehidupan dunia, tidak akan terjerumus ke dalam kesesatan. Mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam berbagai kegiatan dan daya tahan yang kuat dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan. Keimanan merupakan ruh bagi seseorang, dengan berpegang teguh kepadanya ia akan hidup bahagia dan sejahtera. Iman adalah ibarat cahaya yang menerangi bagi seluruh manusia yang berada dalam kegelapan. Dengan cahaya itu mereka akan dapat memahami secara luas petunjuk Ilahi.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

بارَكَ اللهُ لِي ولَكُمْ فِي الْقُرْءانِ الْعَظِيمِ  ونَفَعَنِي وإِيَّاكُمْ مِنَ الْآياتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُلُ قَوْلِي  هذا وَأَسْتَغفِرُ اللهَ لِيْ ولَكُمْ ولِجَمِيعِ الْمٌسلِمِين فاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه تعالى جَوادٌ كَرِيمٌ مَلِكُ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

KHUTBAH 2

سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ  ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ. ( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا  أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ  اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ

DOA KHUTBAH

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ.

_________________________
Oleh:  Dr. KH. Zakky Mubarak, MA