Jangan Keliru! Ini Perbedaan Konseling dan Psikoterapi

 
Jangan Keliru! Ini Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Kesehatan mental adalah aset yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik, adanya gangguan mental yang kronis akan menyebabkan kesehatan fisik juga ikut bereaksi. Jika sudah begitu maka sangat dianjurkan pergi ke psikolog atau psikiater.

Psikolog dan psikiater akan melakukan asesmen guna memberikan pendekatan yang tepat pada klien, pendekatan tersebut ialah konseling atau terapi, tergantung seberapa parah gangguan tersebut muncul.

Dalam psikologi, konseling dan psikoterapi merupakan metode penanganan psikologis pada klien yang berpusat pada diri klien tersebut. Konseling hanya mampu memberikan intervensi kepada klien dengan tingkat keparahan yang rendah, sedangkan psikoterapi diberikan kepada individu dengan tingkat keparahan yang tinggi.

Walaupun sama-sama memberikan intervensi pada klien, konseling dan psikoterapi memiliki perbedaan mendasar yang sering kali diartikan terbalik.

Dilansir dari unggahan Instagram Aditi Psychological Center (3/9/2021), konseling merupakan motode jangka pendek yang berfokus pada perilaku klien (Feltham dan Palmer, 2015). Konseling juga dikenal sebagai bentuk konsultasi umum yang biasa ditemui di segala bidang profesi, namun dalam psikologi, konseling ini membantu klien untuk menyelesaikan masalah dan memberi dukungan pada klien untuk masalah yang sedang dialami.

Sedangkan psikoterapi adalah metode jangka panjang yang berprinsip pada pola piker klien (Ofovwe, 2011). Psikoterapi hanya bisa dilakukan oleh terapis professional (psikolog dan psikiater) yang memiliki lisensi praktek. Metode ini biasanya diberikan untuk mengatasi gangguan mental, namun tidak semua jenis gangguan mental dapat menerima psikoterapi.

Dikutip dari hallosehat, hanya ada beberapa jenis gangguan mental yang dapat diatasi dengan terapi, berikut diantaranya:

1. Gangguan kecemasan atau anxiety disorder, seperti obsessive-compulsive disorder (OCD), fobia, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan jenis gangguan kecemasan lainnya.

2. Gangguan mood, seperti depresi atau gangguan bipolar (bipolar disorder).

3. Kecanduan, seperti kecanduan alkohol atau ketergantungan obat.

4. Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.

5. Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder).

6. Skizofrenia atau gangguan lain yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan khayalan dan kenyataan (psikosis).

Salah satu kesalahpahaman yang beredar di masyarakat adalah konseling dan terapi hanya diperuntukkan bagi orang dengan gangguan jiwa, padahal tidak. Selain membantu menyelesaikan masalah, konseling dan terapi juga dapat digunakan untuk mengenal lebih baik diri sendiri, merubah kebiasaan buruk, membantu supaya lebih konsentrasi.


Editor: Daniel Simatupang