Tazkiyatun Nafs Via Ibadah

 
Tazkiyatun Nafs Via Ibadah
Sumber Gambar: dok. pribadi

Laduni.ID, Jakarta – Tazkiyatun nafs itu tidak hanya bermakna thaharah (suci) tapi juga nama/نم (tumbuh) dan zaada (bertambah). Artinya, orang yang melakukan Tazkiyatun Nafs tidak sekedar mendapat manfaat kuratif atas dosa kita, melainkan juga mendapatkan manfaat preventif dan development, yakni pemeliharaan, pengembangan dan penyempurnaan diri kita sebagai seorang hamba (abid).

Selain mental bersih menjadi dasar untuk menjaga kesucian jiwa, tadharru', tawadhu, dan taslim juga modal utama dalam bertazkiyatun nafs.

Di antara metode yang dapat digunakan adalah ibadah. Ibadah adalah penghambaan yang akan memberikan pengaruh positif dalam diri setiap orang. Manfaat lahir/bathin, dunia/akhirat, personal/sosial akan sekaligus didapatkan melalui sholat, puasa, zakat, haji, zikir, tilawah dan ibadah lainnya.

Kesungguhan dan keikhlasan dalam ibadah akan menumbuhkan khusyu dan tuma'ninah. Syariat yang terpenuhi dan ilmu yang kuat akan menjadikan ibadah kita semakin berkuantitas dan berkualitas.

Sungguh, manusia diciptakan Allah untuk beribadah. Loyalitas dan keistiqomahan menjalankannya, akan mendatangkan berbagai ke-hasanah-an dan keberkahan dunia akhirat.

Namun demikian, berbagai tantangan ibadah kerap mengintai dan tak terelakkan. Maka murnikan niat dengan lillah dan bermujahadah dalam taqwa kepada Allah SWT.

Imam Al-Ghazali dalam "Minhajul Abidiin" memberikan resep dalam 7 tahap menyempurnakan ibadah, yakni:

1. Ilmu yang memadai

2. Taubat

3. Hadapi godaan (dunia, syetan, hawa nafsu)

4. Hadapi kendala ibadah

5. Ciptakan pendorong ibadah (khauf & raja')

6. Hindari perusak ibadah (riya & ujub)

7. Haturkan puji syukur kepada Allah.

Semoga beruntung orang yang selalu mensucikan diri dengan selalu beribadah kepada Allah SWT.

Oleh: Rakimin Al-Jawiy – Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Editor: Daniel Simatupang