Kimia Harapan, Ide dan Perjuangan

 
Kimia Harapan, Ide dan Perjuangan
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Hamdan Suhaemi

Laduni.ID, Jakarta – Dalam bentangan tahun ini musibah (datang) bertubi-tubi, kedua orang tua, paman dan adik ipar. Kini pun kiai yang saya anggap orang tua, murobbi, sekaligus mursyid tarekat telah diambil oleh yang maha kuasa. Seperti deretan badai silih berganti menerjang.

Terkadang jiwa ini merasa terpelanting di titik lemahnya, kendurnya semangat hidup, pucatnya gairah bahkan nafsu sedikit demi sedikit menipis. Seoalah sudah tidak ada harapan lagi untuk terus hidup. Meski bukan kepada keputusasaan, seperti umumnya kedungungan nalar yang merasuki jiwa manusia.

Menurut Sigmund Freud (1856-1939), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku.

Mungkin yang saya alami adalah tak sadar, arti penting kehidupan yang menyimpan jutaan makna yang tersirat dan tersurat. Seperti tafsir atas diri yang belum tuntas dijelaskan dalam tampakan ketenangan batin.

Al-Farabi (filsuf muslim) mengatakan, jiwa adalah “kesempurnaan pertama bagi jisim (tubuh) alami yang organis yang memiliki kehidupan dalam bentuk potensial”. Ini diterjemahkan secara hermeneutis oleh Mohammad Iqbal (filsuf muslim India) yang berpendapat bahwa, amal manusia penting bagi upaya aktualisasi diri.

Diri manusia itu bukan merupakan satu kesatuan hidup yang telah sempurna. Watak manusia adalah perjuangan untuk mecapai kesatuan yang lebih inklusif, efektif, seimbang, dan unik. Diri manusia penuh dengan potensi yang tidak akan terkuras habis. Menurut Iqbal, pusat kehidupan kemanusiaan dan sumber eksistensi manusia adalah diri. 

Raja' (harapan), menjadi diri yang terus hidup, dalam bungkus kimia jiwa, semacam senyawa yang bernyawa, terus ada dalam menghidupi gerak langkah hidup. Al-raja’ menurut Imam al-Ghazali (1111) merupakan kesenangan hati karena menanti sesuatu yang sangat disenangi kedatangannya.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa, supaya dapat sampai pada hakikat al-raja’ itu sendiri, sebuah harapan tentu harus disertai dengan adanya sebab. Oleh karenanya, selain menjadi sebab yang membuatnya rela menanti, sebab yang dimaksud juga dapat menjadi bukti dari sebuah harapan.

Sadar, bahwa diri yang menyimpan raja' adalah diri yang hidup, di antara tumpukan jiwa-jiwa gelisah, putus asa dan lari dari kenyataan. Sementara hidup harus terus diperjuangkan. Sekali badai datang, sekali itu pun biarlah berlalu. Ketika mengukir makna maka sekali itu ketenangan.

Serpong, 18 November 2021

Oleh: Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten


Editor: Daniel Simatupang