Ziarah Makam KH. R. Abdul Fattah, Muasis Pesantren Menara Al-Fattah Mangunsari

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah Makam KH. R. Abdul Fattah, Muasis Pesantren Menara Al-Fattah Mangunsari
Sumber Gambar: dok. Pribadi/FB Yunan Athoillah

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. R. Abdul Fattah merupakan salah satu ulama berpengaruh pada masanya, dalam perkembangan pesantren di Tulungagung, KHR. Abdul Fattah mendirikan madrasah yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Menara Al-Fattah Tulungagung, pondok pesantren tertua di wilayah Mangunsari, Tulungagung.

Selain perannya dalam perkembangan pesantren di Tulungagung, KH. R. Abdul Fattah juga menjadi pelopor dan perintis penggalian makam-makam kuno dan benda bersejarah. Salah satu yang menjadi penemuan terbesar beliau adalah saat menemukan Makam Bedalem yang di dalamnya dimakamkan para pejuang Islam seperti Pangeran Benowo, Raden Patah, dan Dampu Awang. Makam Bedalem terletak di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.

Profil

KH. R. Abdul Fattah lahir pada Kamis Pon, 11 Syawal 1290 H/1872 M, beliau dengan nama asli Muhammad Ma’ruf ini lahir dari pasangan KH Hasan Tholabi dan Nyai Dhokinah. Dari jalur ayah, Nasab beliau tersambung hingga Rasulullah SAW dan merupakan salah satu dzuriyyah dari Sayyid Nawawi (Sunan Bayat/Sunan Pandanaran/Ihsan Nawawi, Solo). Dari jalur ibu, beliau termasuk salah satu keturunan dari Prawiro Projo, Patih Ponorogo ke 5.

Guru-guru beliau di antaranya:

Sejak kecil KHR. Abdul Fattah selalu menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu, waktu yang beliau habiskan untuk menuntut ilmu ke berbagai guru dan pesantren adalah selama 24 tahun. Di antara guru-guru beliau adalah:
1. KH. Imam Bahri (Ponpes Mangunsari, Pace, Nganjuk)
2. KH. Zaenuddin (Ponpes Mojosari, Loceret, Nganjuk)
3. KH. Zaenuddin (Ponpes Cempaka, Brebek, Nganjuk)
4. KH. Idris (Ponpes Jamseran, Solo)
5. Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari (Ponpes Tebuireng, Jombang)
6. Syaikhona Kholil Bangkalan
7. KH. Munawwir (Ponpes Krapyak, Yogyakarta)
8. KH. Sayyid Zein dan Syekh Mahfudz At-Turmusy di Masjidil Haram, Makkah.

Lokasi Makam

KH. R. Abdul Fattah wafat pada Selasa Pon, 3 Rabiul Akhir 1327 H/29 November 1954 M, beliau dimakamkan di barat masjid Pondok Mangunsari, pada keesokan harinya. Masjid tersebut tidak terlalu jauh dari Pondok Pesantren Putra Menara Al-Fattah, Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Haul

Haul KH. R. Abdul Fattah diadakan pada bulan Rabiul Akhir di tahun hijriah, acara ini diadakan di Pesantren Al Fattah Mangunsari, Tulungagung.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. R. Abdul Fattah banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah  saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Mangunsari, Tulungagung.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. R. Abdul Fattah, maka akan dimudahkan dalam mencari ilmu baik ilmu agama maupun ilmu ilmu dunia, dimudahkan baginya dalam mencapai cita-citanya, dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak yang sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tulungagung di antaranya:
Getuk Pisang, Enting-Enting Kacang, Ledre Pisang, Kue Sagon, Jenang Syabun, Kerupuk Rambak, Kue Manco, Kacang Atom

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan

 

 

 

Sumber foto: FB Yunan Athoillah


Editor: Daniel Simatupang