Adab Para Ulama saat Menyebut Nama Rasulullah SAW

 
Adab Para Ulama saat Menyebut Nama Rasulullah SAW
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Fahrizal Fadhil

Laduni.ID, Jakarta – Saat Syekh Usamah Al-Azhari mulai menjelaskan kitab Fath Al-Bari karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, datang seorang dukturah masuk ke dalam ruangan. Syekh Usamah menyambut kedatangan beliau dengan hangat. Dukturah tersebut duduk, dan mulai mengungkapkan kekagumannya terhadap keilmuan Syekh Usamah. Ia mulai memuji dan memuji.

Saat dukturah masih terus memuji, saya melihat dengan kedua mata saya sendiri, wajah Syekh Usamah memerah, matanya berkaca-kaca. Gerak gerik tubuhnya seolah berkata, “Saya tidak pantas mendapatkan pujian ini.” Padahal keilmuan yang dimiliki oleh beliau sudah diakui oleh banyak ulama, bahkan Syekh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi pernah mengatakan, sebagaimana yang diceritakan Syekh Usamah, “Dunia masih tersisa kebaikan, selama orang ini yang hidupnya hanya untuk ilmu masih ada.”

Saya teringat di lain waktu, saat berada di majlis Syekh Zakariyya Ahmad Al-Thalib Al-Makki, saat itu beliau mendiktekan sanad hadis beliau, “Saya mendengar hadis dari Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, dari Syekh 'Umar Hamdan Al-Mahrusi, hingga sanadnya sampai mendekati Rasulullah. Wajah beliau memerah, terlihat kerinduan memuncak dalam benak beliau, kemudian beliau mengucapkan, ‘Rasulullah bersabda…’ Dan air mata pun mengalir. Mulut seolah terhenti berucap. Usai diri beliau tenang, dengan wajah yang masih terlihat merah, beliau baru membacakan hadis dengan perlahan dan khusu'.”

Guru saya yang lain, Syekh Abdul Karim Basyarahil salah seorang murid Al-Qutbh Al-Habib Abdul Qadir Al-Saqqaf Jeddah, setiap habis shalat Jumat kami biasa membaca kitab Al-Syifa karya Al-Qadhi 'Iyadh, kitab Wasail Al-Wushul karya Al-Nabhani, dan kitab yang lain.

Pernah di suatu Jumat, di akhir majlis, beliau mulai mengangkat tangan dan berdoa, saat membacakan shalawat kepada Rasulullah, air mata beliau tidak tertahankan, beliau menangis. Sesaat setelahnya beliau berkata, “Tadi terbayang di benakku, bahwa aku sedang berada di antara shirat, dan shalawat kepada Rasulullah yang menyelamatkanku secepat kilat saat melewatinya.”

Hal-hal yang seperti ini yang tidak akan didapatkan saat mengaji di layar laptop. Melihat dengan bola mata sendiri bagaimana keadaan jiwa para ulama saat berada di majlis ilmu, adab mereka saat menyebut Rasulullah. Adab yang diwariskan turun temurun, dari jiwa ke jiwa, hingga sampai ke zaman ini.

Ahad, 28 November 2021

Oleh: Gus Fahrizal Fadil


Editor: Daniel Simatupang