Khutbah Jumat: Memaknai Kembali Ukhuwah Islamiyah

 
Khutbah Jumat: Memaknai Kembali Ukhuwah Islamiyah
Sumber Gambar: Foto Ist

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kondisi dimana adanya perasaan tenang dan nyaman pada saat berada diantara sesamanya, selain itu dorongan kebutuhan ekonomi merupakan faktor-faktor penunjang yang akan melahirkan rasa persaudaraan. Persaudaraan pada akhirnya dapat mewujudkan integrasi. Dan sebaliknya hilangnya rasa persaudaraan antara sesama dan kelompok dapat melahirkan disintigrasi. Begitu juga halnya dengan rasa persaudaraan itu harus ditanamkan dalam pribadi setiap individu agar keamanan dan ketentraman tetap lestari dan terjaga.

Sebagai seorang Muslim tentunya kita harus mempercayai bahwa standar yang diberikan Al-Qur’an dalam menjalani hidup ini merupakan sesuatu yang terbaik, termasuk persaudaraan dalam rangka melestarikan integritas bangsa disuatu Negara. Maka makna ukhuwah perlu dikaji secara mendalam agar menjadi pedoman serta panutan bagi umat Islam.

Ukhuwah diartikan dengan “persaudaraan”. Ukhuwah tersebut dalam bahasa Arab (ukhuwah) terambil dari kata akha dari sini kemudian melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya “memberi perhatian” dan kemudian berkembang artinya menjadi “sahabat, teman yang secara leksikal menunjuk pada makna “dia bersama disetiap keadaan”, saling bergabung antara selainnya pada suatu komunitas.

Sedangkan Ukhuwah dalam arti luas merupakan jalinan persaudaraan diantara umat manusia yang melampaui batas-batas etnik, ras, Agama, suku, keturunan, latar belakang sosial dan sebagainya. Ukhuwah menuntut adanya saling pengertian, dan kerjasama antar semua pihak yang bersaudara. Dengan konsep ukhuwah diharapkan terjalin persaudaraan yang kokoh dan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat al-Hujurat ayat 10

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (Qs. Al Hujurat: 10).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa rasa persaudaraan yang ada dalam kesamaan identitas seorang Muslim harus selalu dipupuk karena hal itu akan mempererat tali komunikasi dan silaturrahim antar sesama serta dapat memperkokoh persatuan. Menjalin persaudaraan merupakan bagian dari implementasi ajaran Islam, kaum Muslimin diumpamakan sebagai satu tubuh.  Al-Qur’an sebagai kitab suci ini telah berbicara tentang persaudaraan. Ia menyebut persaudaraan dengan istilah ukhuwah. Kitab suci ini menilai pentingnya persaudaraan agar selalu dijaga, baik dalam ranah hubungan sosial atau hubungan personal.

Masyarakat Muslim mengenal istilah ukhuwah islamiyah. Istilah ini perlu didudukkan maknanya, agar bahasan kita tentang ukhuwah tidak mengalami kerancuan. Untuk itu terlebih dahulu perlu diakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah diatas. Selama ini, ada kesan bahasa istilah tersebut bermakna “persaudaraan yang dijalin oleh sesama Muslim”. Atau dengan kata lain “persaudaraan antar sesama Muslim”, sehingga dengan demikian kata “Islamiyah” dijadikan pelaku ukhuwah itu.

Pemahaman ini kurang tepat, kata Islamiyah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektifa (kata sifat), sehingga ukhuwah Islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh Islam. Paling tidak ada dua alasan untuk mendukung pendapat ini. Pertama, Al-Qur’an dan hadits memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan. Kedua, karena alasan kebahasaan. Di dalam bahasa Arab, kata sifat selalu harus disesuaikan dengan yang disifatinya, jika yang disifati berbentuk indefinitif maupun feminim, kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat secara jelas pada saat kita berkata ukhuwah Islamiyah dan al-ukhuwah al-Islamiyah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Persaudaraan yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas pada saudara yang masih ada hubungan darah atau saudara seketurunan, akan tetapi saudara seiman yakni tidak terbatas oleh suku, bangsa dan lain sebagainya. Hubungan tersebut akan melahirkan perasaan cinta, rindu, dan penghormatan terhadap sesama dalam hal akidah Islam. Persaudaraan akan mewujudkan rasa iman dan taqwa. Melalui ikatan ini muncul hal positif seperti saling mema‟afkan, saling menghargai, saling menghormati dan timbul rasa kasih sayang akan saudaranya.

Ukhuwah atau persaudaraan itu dapat didukung oleh bermacam-macam tali dan ikatan. Adakalanya karena pertalian darah dan keturunan (biologis, karena hubungan perkawinan, ikatan keluarga, budaya adat dan lain-lain). Berbeda dengan persaudaraan Islam, tali yang menghubungkannya yakni akidah, persamaan kepercayaan yang diperkuat pula oleh ruh dan semangat ketaatan yang sama kepada pencipta alam semesta ini.

Adapun salah satu tampilan yang menjadi ciri khas muslim sejati yakni cintanya kepada sesama saudara seiman. Sebuah cinta yang tidak ternoda oleh kecenderungan-kecenderungan duniawi atau hasrat-hasrat yang tersembunyi. Ini merupakan cinta persaudaraan sejati yang kemurniannya diturunkan dari cahaya petunjuk Islam. Pengaruhnya terhadap perilaku manusia sangat unik dalam sejarah hubungan manusia. Ikatan yang menghubungkan seorang muslim dengan saudaranya, tanpa memandang ras, warna kulit atau bahasa merupakan ikatan iman kepada Allah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Persaudaraan karena iman merupakan ikatan yang kuat antara hati dan pikiran. Tidak mengherankan perasaan persaudaraan ini akan melahirkan perasaan-perasaan mulia dalam jiwa seorang muslim dan membentuk sikap positif serta menjauhkan sikap-sikap negatif.

Dalam hal ini ada beberapa nilai-nilai yang terkandung dari Ukhuwah yakni:

  1. Nilai Inklusif (Terbuka) yaitu Nilai ini memandang bahwa kebenaran yang dianut oleh suatu kelompok, dianut juga oleh kelompok lain. Nilai ini mengakui terhadap adanya pluralisme atau keberagaman dalam suatu komunitas atau kelompok sosial dengan menumbuhkan prinsip inklusifitas yang bermuara pada kesadaran terhadap berbagai keragaman yang ada.
  2. Nilai Mengutamakan Dialog, yaitu Dengan dialog, pemahaman yang berbeda tentang suatu hal yang dimiliki masing-masing kelompok yang berbeda dapat saling diperdalam tanpa merugikan masing-masing pihak. Hasil dari mendahulukan dialog adalah hubungan erat, sikap saling memahami, menghargai, percaya, dan tolong menolong.
  3. Nilai Kemanusiaan (Humanis), yaitu Kemanusiaan manusia pada dasarnya adalah pengakuan akan Hak Asasi Manusia dengan menghargai pluralitas, heterogenitas dan keragaman manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa perbedaan ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, kebutuhan, tingkat ekonomi, dan sebagainya.
  4. Nilai Toleransi, yaitu nilai dipahami sebagai perwujudan mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam arti tidak adanya paksaan dalam hal agama, kebebasan berpikir atau berpendapat, kebebasan berkumpul, dan lain sebagainya.
  5. Nilai Tolong Menolong, Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian meski segalanya ia miliki. Harta benda berlimpah sehingga setiap saat apa yang ia mau dengan mudah dapat terpenuhi, tetapi ia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain dan kebahagiaan pun mungkin tak akan pernah ia rasakan.
  6. Nilai Keadilan, Keadilan merupakan sebuah istilah yang menyeluruh dalam segala bentuk, baik keadilan budaya, politik, maupun sosial. Keadilan sendiri merupakan bentuk bahwa setiap insan mendapatkan apa yang ia butuhkan, bukan apa yang ia inginkan.

Ukhuwah yang diajarkan oleh Islam yaitu saling menghargai, menghormati dan juga saling toleransi antar sesama Muslim dan sesama nonMuslim. Agar orang-orang nonMuslim tidak menganggap bahwa Islam adalah Agama yang buruk. Dengan demikian tetap menjaga hubungan persaudaraan dengan siapapun.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pembahasan tentang persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam dapat kita lacak dari kehidupan Rasulullah ketika di Makkah, karena pada masa ini Rasulullah telah bersinggungan dengan umat berbagai agama, khususnya Yahudi, Nasrani, Majusi, dan kaum paganis. Sejak masa ini Allah sudah menyinggung hubungan antaragama tersebut dengan saling menghormati dan tidak saling mencampuri urusan agama masing-masing, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur‟an Surat Al Kafirun ayat 6:

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

“Bagi kalian agama kalian dan untukku agamaku.”

Secara tidak langsung ayat ini menjelaskan bahwa agama adalah urusan privat. Ia tidak bisa dipertukarkan, dinegosiasi, diintervensi, atau dipaksakan. Terlebih ia merupakan intensitas keyakinan yang berkutat di hati, sehingga Allah yang mengetahui pasti hakekat keberagamaan atau keimanan seseorang. Oleh karena itu, bagi Islam, toleransi menjadi hal niscaya dalam konteks dinamika keberagamaan yang berpuspa-ragam. Dalam rangka toleransi itu pula umat Islam dilarang membenci, menghina, memaki atau menganiaya orang lain lantaran perbedaan pilihan agama atau keyakinan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Untuk membangun masyarakat madani yang kuat harus dilandasi ukhuwah Islamiyah yang dinamis, dan umat Islam harus membangun jembatan pemahaman dan kerja sama dialog-produktif dengan umat lain. Ini merupakan konsekuensi imperatif dari gagasan Islam itu sendiri bahwa “manusia adalah satu umat”. Gagasan ini bersifat universal, merengkuh segenap manusia di bawah satu otoritas ketuhanan, apapun pilihan agamanya. Ia menjadi basis teologi pluralis yang menuntut kesetaraan hak setiap pemeluk agama. Melihat eksistensi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini, dapat kita peroleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia terletak pada kebersamaan. Kerukunan dan kebersamaan ini bukan hanya tercipta pada komunitas se-agama saja, akan tetapi juga antarumat beragama.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

بارَكَ اللهُ لِي ولَكُمْ فِي الْقُرْءانِ الْعَظِيمِ  ونَفَعَنِي وإِيَّاكُمْ مِنَ الْآياتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُلُ قَوْلِي  هذا وَأَسْتَغفِرُ اللهَ لِيْ ولَكُمْ ولِجَمِيعِ الْمٌسلِمِين فاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه تعالى جَوادٌ كَرِيمٌ مَلِكُ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

KHUTBAH 2

سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ  ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ. ( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا  أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ  اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ

DOA KHUTBAH

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ.

_________________________
Oleh:  Ahmad Baedowi, M.Si.