Mengharap Berkah Ziarah Syaikh Abdul Syukur Kenari

 
Mengharap Berkah Ziarah Syaikh Abdul Syukur Kenari
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Hamdan Suhaemi

Laduni.ID, Jakarta – Sejak lama (sudah ada) niat untuk ziarah ke Kasunyatan, Kasemen, Serang, Banten, baru tahun ini kesampaian. Padahal jaraknya dekat, entah karena malas atau mungkin belum tergerak padahal nama sang ulama itu begitu masyhurnya. Bahkan nama itu saya kenali beberapa tahun yang lampau, saat mewawancari almarhumah ibu saya terkait penulisan Sejarah Hidup KH. Syanwani Sampang Tirtayasa. Nama tersebut muncul bersamaan dengan data manuskrip silsilah Kenari, Kali Dalung, Banten dan Gebang, Cirebon.

Kenari, nisbat atas Syaikh Abdul Syukur karena itu adalah nama kampung yang terletak di belakang kampung Sukamandi, Kasemen. Di mana maqbaroh Kanjeng Sultan Abul Mafakhir Abdul Qadir juga ada di Kenari, bahkan masjid tertua ada di sana.

Nama Kenari belum dipastikan merujuk pada nama sesuatu, ada yang bilang kampung itu banyak didiami oleh burung kenari, ada pula merujuk pada kenarian (tempat latihan menari), ini asumsi saja. Letaknya Kenari dekat dengan danau Tasik Kardi, semacam villa era dulu, tempat peristirahatan keluarga Keraton Surosowan, sisi timurnya. Sementara bagian selatan terdapat Krapyak (kebon binatang milik keluarga Keraton), keduanya dekat dengan danau tersebut.

Untuk pertama kalinya, Tasik Kardi pernah menjamu tamu dari Belanda, rombongan pedagang yang dipimpin Cornelis de Houtman (orang ini katanya congkak) di tahun 1596. Yang menjamu langsung Maulana Muhammad bin Maulana Yusuf, orang Banten menyebut beliau Ratu ing Banten.

Pada jamuan itu ada suguhan tari-tarian, mungkin sekedar penghormatan pada tamu semata, tidak lebih. Konon yang dihidangkan oleh Kanjeng Maulana Muhammad untuk dimakan tamu dari Belanda tersebut adalah Sate Bandeng, Pecak Bandeng dan Sayur Asem. Danau itupun dijaga oleh 40 orang prajurit yang semuanya perempuan.

Danau Tasikardi dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf (bertahta 1570-1580 M), sultan Banten kedua dan merupakan tempat peristirahatan sultan dan keluarganya. Peranannya ganda, yaitu menampung air dari Sungai Cibanten demi pengairan sawah, dan memasok air ke keraton dan masyarakat sekitarnya.

Tasikardi ini digunakan sebagai reservoir air ke Keraton Surosowan dan keperluan air penduduk Banten Lama, termasuk irigasi sawah. Saluran air dari Tasikardi dialirkan ke Keraton Surosowan, salah satunya untuk kolam pemandian Sultan, yaitu Rara Denok dan Pancuran Mas (Rita Laksmitasari: 2012).

Syaikh Abdul Syukur bin Syaikh Sulaeman ini lahir di bekas Keprabuan Kenari (pusat spiritualitas Kanjeng Sultan Abul Mafakhir Abdul Qadir), diperkirakan akhir abad 18 Masehi. Secara logis jika dirunut tahunnya, memang masih tahun-tahun di abad 18. Alasan logisnya, cicitnya yaitu Kiai Mardali wafat di tahun 1930-an.

Nama Abdul Syukur ini ternyata ada dua orang jika dilihat maqbarahnya, ada Syaikh Abdul Syukur Anom dan ada Syaikh Abdul Syukur Sepuh. Syukur Anom dekat pintu gerbang, sedangkan Syukur Sepuh agak ke dalam area maqbarah, letaknya di depan masjid kuno Kasunyatan. Diriwayatkan bahwa Syaikh Syukur Sepuh hidup di akhir abad 16 Masehi, semasa Kanjeng Sultan Maulana Muhammad bin Maulana Yusuf (Panembahan Pekalangan Gede).

Keturunan Pangeran Gebang ini, beranak pinak hingga bermukim di Kampung Ragas Purwadadi, putranya bernama Kiai Abdul Qadir, hijrah dari Kenari ke Ragas Purwadadi, menikahi cucu Pangeran Nabei Lintang Mengkara (Manikara) asal Pamarayan, yakni Nyai Mur binti Kiai Uja bin Pangeran Nabei Lintang Mengkara. Dari pernikahan para menak atau antar permas ini lahir keturunan yang rerata ulama, antara lain keturunannya terdapat Syaikh Muhammad Syanwani Sampang, Tirtayasa.

Maqbarah Syaikh Abdul Syukur Anom, berdampingan dengan Kanjeng Ratu Asiyah (mungkin ini dimaksud ibu dari Sultan Syafiudin) dalam satu ruangan. Sekitar makamnya terdapat beberapa makam keluarga Keraton lainnya. Sengaja ambil posisi di depan atau pas nisannya, ingin merasakan kekhusyukan ittishol ruhaniyah dengan sang leluhur. Paling tidak berharap ada limpahan berkah dari orang-orang saleh, berkahnya para wali dan ulama. Syahdu ruang maqbarah menggiring jiwa serasa dalam dimensi metafisik.

Semoga Gusti Allah SWT, memberkahi saya sama halnya limpahan berkah yang diterima sang leluhur tersebut. Niat karena Allah, ikhlas tanpa kepentingan, kepala saya tertunduk bersimpuh untuk munajat, semoga hamba doif, bodoh, dan serba faqir ini mampu Istiqomah menjalankan syari'at agama.

Kasunyatan,

Oleh: Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten


Editor: Daniel Simatupang